Selasa, 04 Februari 2014

RODES di Jualo.com

RODES di Jualo.com: RODES posted his ads at jualo.com

Jualo.com the most advanced market place in Indonesia where you can post your ads

APLIKASI TEST IELTS
Blob?1391533412
Hubungi Kami


Sabtu, 01 Februari 2014

Fenomenal

INILAH catatan fenomenal selalu membuat pemburunya menjadi gregetan. Barangkali sifat memburu itu lebih dianggap baik daripada ‘diburu’. Tetapi, di dunia tertentu di profesi tertentu, banyak mereka ingin selalu ‘diburu’!
Di mana dunia itu? Itulah dunia panggung yang banyak sandiwaranya—sebab, tidak semua dunia panggung itu ada sandiwaranya. Kali ini, dunia panggung yang gemerlapan dengan sandiwara.
Entah itu perkataan orang nggak suka atau memang itulah adanya, tapi terlalu banyak benar daripada salah, jika tidak salah yang terlalu banyak muncul pada ‘pembenaran’ itu sendiri.
Di sini atau di mana-mana selalu kata ‘cinta’ dimunculkan dalam banyak bentuk, misalnya curhat, inbox, kabar-kabari, silet, insert atau juga tulisan-tulisan di facebook ini. Belum lagi melalui BBM yang dulu hanya dikenal dengan Bahan Bakar Minyak. BBM yang ini “buka-bukaan masalah!” di dalam istilah Black Berry Mesenger.
Orang yang menjadikan masyarakat adalah pasar empuk untuk mengeruk keuntungan uang miliaran rupiah mengatakan, “Kalau tidak ada para badut-badut seperti Olga Saputra cs, panggung televisi swasta tidak semarak”
Lalu ada yang menjawab, “Apa iya?”
Bagaimana dengan katamu, dan kata mereka di sana, juga kata mereka yang ada di tengah hutan belantara?
Seorang budayawan muda kawakan beberapa tahun silam mengatakan kepada rekan-rekan yang bertemu dengannya di sebuah kota kecil. Apa kata budayawan muda itu?
“Berita di media massa itu ambillah jangan lebih dari 5%, selebihnya buang,” kata dia saat itu. Tercengangkah kita yang ‘kutu’ baca surat kabar, majalah, jadi pemirsa televisi?
“Nggak juga, sih”, dan sekarang kita semakin tahu kalau 90% isi surat kabar adalah soal pejabat dan pengusaha. Sisanya soal kriminal, kemiskinan, pendidikan dll yang riil. Semikian pula materi acara televisi saat ini dan sejak lama berisi iklan-iklan kaum kapitalisme, lalu kalau acaranya dikatakan menarik selalu penampilkan badut-badut yang berperan seenaknya, lelaki berperan jadi bencong. Modalnya hanya cekakakan, berlenggak-lenggok dengan celana seenaknya sampai celana dalam leluasa ke luar dari tempatnya, karena memakai baju kecil dan pendek lagi.
Mereka-mereka itu ingin selalu diburu, jika suatu saat nanti sudah mulai gersang, maka merekapun masih ingin diburu dengan membuat kejadian-kejadian aneh, amoral, asusila bahkan rela menghancurkan rumah tangganya sendiri demi populeritas tahap kedua, tahap ketiga dan tahap seterusnya.
Namun, di balik itu sebenarnya mereka adalah memburu materi semata-mata, sebagian besar rela menjadi isteri simpanan para pejabat, politikus, pengusaha dan preman kelas Gondorwu. “Itu semua karena mengejar harta, tahta populeritas semata!”