Jumat, 02 September 2016

Ini Dia 8 Tugas Wajib Wartawan

Ini Dia 8 Tugas Wajib Wartawan Ilustrasi (klenskeink.com)Kamis, 27 Desember 2012 18:35 WIB | Anugerah Perkasa/JIBI/Bisnis Kedua adalah sense maker yakni menerangkan apakah informasi itu masuk akal atau tidak. Tugas ketiga, investigator yakni wartawan harus terus mengawasi kekuasaan dan membongkar kejahatan.
Keempat adalah witness bearer yakni kejadian-kejadian tertentu harus diteliti dan dipantau kembali dan dapat bekerja sama dengan reporter warga. Adapun tugas kelima adalah empowerer yakni saling melakukan pemberdayaan antara wartawan dan warga untuk menghasilkan dialog yang terus-menerus pada keduanya.
Keenam adalah smart aggregator yakni wartawan cerdas harus berbagi sumber berita yang bisa diandalkan, laporan-laporan yang mencerahkan, bukan hanya karya wartawan itu sendiri. Ketujuh adalah forum organizer yakni organisasi berita, baik lama dan baru, dapat berfungsi sebagai alun-alun di mana warga bisa memantau suara dari semua pihak, tak hanya kelompok mereka sendiri.
Adapun tugas kedelapan, role model, yakni tak hanya bagaimana karya dan bagaimana cara wartawan menghasilkan karya tersebut, namun juga tingkah laku wartawan masuk dalam ranah publik untuk dijadikan contoh.
Buku karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan Pantau bekerja sama dengan Dewan Pers dan diluncurkan di Jakarta, Kamis (27/12/2012).
Andreas Harsono, Ketua Yayasan Pantau, menilai lanskap media sekarang berubah. “Internet praktis menghancurkan peranan ruang redaksi sebagai penjaga gerbang informasi,” kata Andreas dalam diskusi tersebut, Kamis (27/12/2012). “Namun teknologi internet tak mengubah makna tentang keperluan informasi yang bermutu agar masyarakat bisa mengambil keputusan substansial.”
Leo Batubara, salah satu wartawan senior dan mantan pengurus Dewan Pers, mengatakan pada akhirnya ‘pemenang pertandingan’ dalam industri media adalah pihak yang taat terhadap kode etik, sepuluh elemen jurnalisme serta delapan fungsi wartawan seperti yang ditulis dalam buku Blur tersebut. Dia memaparkan di mana pun seorang wartawan bekerja, ketiga hal tersebut menjadi sangat penting untuk ditaati.
Endy Bayuni, salah seorang wartawan senior lainnya, mengatakan hal yang seringkali dilupakan adalah melakukan cek dan ricek karena siaran berita yang lebih didahulukan. “Cek dan ricek diabaikan, yang penting tulis saja dulu, post saja dulu. Respons dari pihak lainnya mungkin akan datang dalam 1-2 jam kemudian.”
Diskusi itu dibuka oleh Ketua Dewan Pers Bagir Manan, dan menghadirkan pembicara lainnya yakni Petty S Fatimah, Pemimpin Redaksi Majalah Femina. Kegiatan itu tak hanya dihadiri oleh wartawan, namun juga praktisi di bidang hubungan masyarakat.

Tugas Utama Seorang Wartawan

by Suara Komunitas
Tugas dari seorang wartawan adalah reporting. Reporting adalah bentuk pelaporan yang memerlukan kemampuan untuk melaporkan dan menulis tentang berbagai topik. Wartawan melakukan pelaporan dalam berbagai outlet berita, seperti surat kabar, stasiun televisi berita, dan stasiun radio berita, dimana tugasnya mengumpulkan berita.
Jenis-jenis berita yang diliput wartawan adalah: sisi manusia, kejahatan, atau apa pun yang menarik untuk diceritakan. Peran seorang wartawan sangat penting untuk keberhasilan sebuah organisasi berita. Tanpa wartawan tugas berita akan sulit direalisasikan untuk menjadi sebuah cerita yang faktual.
Dalam media berita, tugas pemberitaan dilakukan oleh wartawan pemula atau wartawan dengan masa kerja kurang dari lima tahun pengalaman. Pada staf surat kabar, wartawan itu meliput dan melaporkan tiga atau lebih berita dalam sehari. Lalu dilanjutkan dengan pelaporan yang membutuhkan fleksibilitas dan kesabaran. Selama pergantian shift, seorang wartawan dapat melaporkan misalnya, kebakaran di pagi hari dan kemudian acara sekolah di sore hari. Namun saat ini, beberapa laporan berita dilakukan oleh wartawan freelance sebagai bentuk rasionalisasi atau pengurangan staf surat kabar.
Di televisi, pelaporan dilakukan oleh wartawan secara on-air. Seperti wartawan surat kabar, wartawan televisi harus memiliki kemampuan untuk melaporkan berbagai topik. Secara umum, semua wartawan berita televisi lokal dianggap wartawan pemula. Seorang wartawan televisi biasanya melaporkan tentang satu cerita per hari, tapi perubahan subyek berita selalu berubah. Seperti di televisi, wartawan radio jauh lebih banyak tugasnya mencakup berbagai berita dan tugas penyiaran.
Menjadi wartawan lapangan yang efektif umum membutuhkan berbagai kemampuan terutama mengenai pengetahuan umum. Tidak seperti pelaporan utama, pelaporan tugas lapangan tidak memerlukan wartawan untuk menjadi ahli di bidang tertentu atau pada topik tertentu. Wartawan lapangan yang paling umum bisa berasal dari berbagai gelar sarjana atau gelar jurnalistik dari universitas. Sebuah gelar sarjana, bukan persyaratan untuk masuk ke jurnalisme atau pelaporan lapangan. Namun, keterampilan dasar seorang reporter lapangan adalah rasa ingin tahu, antusias, dan kemampuan untuk memenuhi tenggat waktu.
Menjadi seorang reporter lapangan bukan sebuah karir yang buntu. Mayoritas kepala editor, editor pengelola , dan direktur berita memulai karir mereka sebagai reporter lapangan. Posisi ini adalah langkah pertama pada tangga keberhasilan dalam jurnalisme. Setelah membuktikan diri mereka dalam peran ini, beberapa wartawan dipromosikan ke posisi wartawan senior.
Sebagai seorang reporter lapangan sangat menyenangkan, menggairahkan dan menarik hati. Mungkin pada jadual taktentu reporter lapangan mungkin akan dipanggil untuk mencari berita setiap saat; siang atau malam. Semua situasi dan semua keadaan dapat bermanfaat karena setiap hari reporter lapangan memiliki kesempatan untuk bertemu orang yang berbeda dari semua lapisan masyarakat: petugas pemadam kebakaran, polisi, pejabat pemerintah, seniman, dan orang-orang sehari-hari.
Wartawan mempunyai tugas yang mulia untuk perubahan sosial.