Selasa, 27 Januari 2009

Terminal Metro



Terminal Metro

Cikal bakal terminal di wilayah Lampung Tengah
adalah terminal kota Metro. Pada waktu itu terminal Metro berdampingan dengan pasar yang dikelilingi rumput dan alang-alang, sekarang daerah itu adalah pusat perbelanjaan Shoping Centre. Di situ-lah terminal Metro berada atau tepatnya antara shoping dan pos polisi kota sekarang ini.

Salah seorang saksi sejarah terminal Metro adalah D Subandi, yang waktu itu adalah agen kendaraan angkutan sebelum tahun 1949. Menurut cata-tan kenangan Subandi, daerah sekitar terminal Metro pada waktu itu memang ditumbuhi alang-alang. Di depan kantor pos dan giro (sekarang ini) merupakan areal parkir kendaraan. Tapi, keadaannya tidak seperti parkir saat ini.
Di belakang masjid Taqwa sekarang, dulunya ada pohon besar. Saking besarnya pohon itu, walau empat orang saling bergandengan tangan, belum ju-ga mampu melingkari batangnya. Cerita pohon besar di pusat kota Metro tahun 1945-an memang menarik.
Seorang saksi sejarah kota Metro, RM Soenaryo yang tahun 1950 men-jabat Kepala Kantor Sosial Politik pertama di Metro, mengatakan pohon itu se-pertinya po-hon beringin besar. Sedangkan Subandi, lupa-lupa ingat nama pohon itu. Pada um-umnya saksi sejarah mengakui bahwa memang ada pohon besar di belakang masjid Taqwa sekarang ini.
Pada zaman pendudukan tentara Jepang, di batang pohon tersebut dibu-at tangga, maksudnya agar bisa dinaiki hingga bagian atas pohon besar itu. Ketika terjadi pe-ristiwa penurunan bendera Belanda di depan kantor Belanda (sekarang kantor Bupati Lamteng), pihak belanda memberondong para pejuang dari bawah pohon besar itu.
Peristiwa berdarah tersebut masih diingat jelas oleh Subandi, yang pada waktu itu anggota batalyon 24 seksi pertanian di Metro dengan komandannya Effendi. Pada saat tentara Belanda, yang anggotanya kebanyakan orang Ambon (Maluku, pen), para pejuang republik mendapat bantuan dari kompi Amir Bak-ri dari Baturaja.
Semua masih jelas di benak D Subandi, kendati umurnya sekarang su-dah ter-bilang manula. Menurut kenangan Subandi, kota Metro dengan termi-nal dan pasar ser-ta beberapa rumah di sekitar terminal pernah di bumi hangus-kan para pejuang. Dan kebakaran itu membuat tentara Belanda marah besar, la-lu mereka mengirim pasukan bantuan dari Tegineneng di bawah pimpinan Rompen. Pembumihangusan kota Metro menurut Subandi terjadi tahun 1949.
Saat itu banyak pemuda dan pejuang ditangkap, namun tak lama kemu-dian setelah diperiksa dilepaskan lagi. Tapi, ada syaratnya, pemuda dan pejuang itu harus me-nyingkirkan stomwalles yang dipasang dengan Landbauw (kini dengan kantor Ke-hutanan LT).
Setelah kebakaran, terminal pindah ke pasar Rajawali (kini pasar cend-rawasih) dan pasar ini juga sekarang sudah selesai dibangun oleh pemborong Pethok Chan (WNI Keturunan), salah seorang warga terkaya di Lampung Te-ngah. Pada awal ta-hun 1952 terminal dipindahkan lagi ke tempatnya yang se-karang ini. Dan diguna-kan khusus untuk angkutan umum mikrolet (oplet).
Perjalanan panjang terminal Metro, ketika terminal sekarang di reno-vasi, di-pindahkan ke kompleks pertokoan sumur bandung. Itulah cikal bakal terminal di Lam-pung Tengah.
Renovasi terminal Metro sudah dilakukan dua kali. Pada zaman Bupati Sukirno, dibangun pula terminal Induk Mulyojati 16.C di Kecamatan Bantul. Data hingga tahun 1997 menyebutkan jumlah terminal di Lampung Tengah ada tiga buah. Metro dua buah dan Bandarjaya satu buah.
Di samping itu, menurut keterangan LLAJ Lampung Tengah, ada bebe-rapa calon terminal yang sudah diuji-cobakan, tetapi belum diresmikan, jum-lahnya ada lima buah. Kelima terminal yang sudah diuji-cobakan itu adalah ter-minal di Simpang Sri-bawono (Labuhan Maringgai), Sukadana , Pekalongan, Kotagajah dan Wates.
Dari terminal kota Metro yang sekarang merupakan terminal angkutan kota jenis mikrolet (angkot) terpadat di Provinsi Lampung, dapat menghu-bungkan ke berbagai wilayah dengan trayek-trayek khusus.
Walaupun Kota Metro sekarang ini, berdasarkan UU No 12/1999 tentang pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Tengah menjadi 3 (tiga) daerah tingkat II, yaitu Lampung Tengah, Lampung Timur dan Kota Metro sudah berdiri sendiri atau lepas dari wilayah Kabupaten Lampung Tengah. Namun, hingga tahun 2001 Terminal Kota Metro masih merupakan terminal angkot terbesar di tiga wilayah kabupaten/kota tersebut.
Dari terminal Kota Metro itu, ribuan mikrolet sebagai angkutan umum kota ( angkot ) melayani warga masyarakat yang akan bepergian, baik di dalam wilayah Kota Metro sendiri maupun ke luar Metro. Jurusan-jurusan angkot dari Terminal Kota Metro meliputi jurusan :
Untuk Dalam Kota, jurusan-jurusan angkutan umumya meliputi; (1) Jalan Ra-din Intan - Jalan Sosro Sudarmo - Jalan A Yani – Banjarejo Bd 38 -Batanghari – Sekampung - Mlaris - Pugung Rahardjo. Mobil angkutannya berwarna merah hati. (2) Banjarsari Bd 29 - Punggur - Kotagajah, dengan mobil warna krim kekuning-kuningan, (3) Purwosari Bd 28 – Kalibening dengan warna mobilnya hijau muda, (4) Jalan KHA Dahlan - Jalan KH Arsyad - Shoping Centre – Ja-lan Sudirman – Magelangan - Makam Pahlawan - Jalan Pahlawan – BD 20 Purwoadi, Untoro - Wates, dengan mobil warna kuning.
Kemudian jurusan (5) Jl KHA Dahlan, Jl Radin Intan-Jl Sosoro Sudar-mo-Jl Jend Sudirman (Yosodadi 21 A) - Pekalongan, mobil dengan warna abu-abu,(5) Pekalongan - Gedongdalem - Taman Sari - Purbolinggo, mobil warna merah. (6) Jalan Radin Intan - Sosro Sudarmo - Jalan A Yani - Jalan Subing - 15 Polos -Mulyojati 16C, mobil warna merah muda, (7). Jalan Radin Intan – Jalan Sosro Sudarmo - Jalan A Yani 15A -Jalan Lembayung - Kampus,mobil dengan warna merah hati (8) Jalan Imam Bonjol - Jalan Veteran - Jalan Pah-lawan -Ganjar Agung –Tem-puran -Simbarwaringin - Trimurjo, (9). Jalan Im-am Bonjol - Jalan Pahlawan –Gan-jaagung- Tempuran-Trimurjo - Pancur, (-10) Bd 29 - Gotong Royong, mobil dengan warna biru,(11) Raden Intan – Ra-wasari -Jalan Hasanuddin - Yosodadi 21B/21C.
Sedangkan dari terminal Induk Mulyojati BD 16 C dapat dilayani tra-yek jurusan (1) Rabajasa, (2) Kotagajah - Seputih Raman - Seputih Banyak – Rumbia dan Gayabaru, (3) Pekalongan - Gedongdalem - Sukadana - Way Jepara - Sribawono - Labuhan Ma-ringgai, (4) Batanghari - Sekampung – Mlaris - Mengandungsari - Pugung Rahardjo – Gunungsugih kecil dan Ja-bung, (5) Bandarjaya - Terbanggi Besar - Menggala – Rawajitu.
Terminal Bandarjaya yang terletak dibelakang pasar kota terbesar ke-dua di Lampung Tengah - sekaligus calon kota administratif, mempunyai ber-bagai trayek ju-rusan. Namun, terminal ini selalu ramai sepanjang hari, karena terletak di jalan lintas sumatera.
Di Metro dengan dua buah terminalnya, terdapat beberapa agen bus khusus antar kota, terutama ke Jawa. Seperti bus AC Putera Remaja, Muncul, Kramat Jati dan sebagainya. Disamping itu ada juga agen travel jurusan Jakarta dan Palembang yaitu travel Purnama, Bintang Mas, Wisata, Nugroho, taksi 4848 dan lainnya.
Sementara itu stasiun kereta api yang ada di wilayah Lampung Tengah terda-pat di Sulusuban (Padangratu), Bekri (Gunungsugih) dan beberapa stasiun kecil lain-nya. Untuk pelabuhan laut terdapat di Kuala Bom (Labuhan Maringgai), Cabang, Se-putih Surabaya dan sebagainya.
Sampai saat ini sarana perhubungan di Lampung Tengah sangat bagus, sehingga hampir semua desa sudah dapat dihubungkan dengan jalan aspal, sehingga mudah untuk mengeluarkan hasil bumi dan masuknya barang sandang dan pangan lainnya.

Kotagajah

Kotagajah
Diperkirakan Desa Kotagajah dibangun sekitar tahun 1929 yang semula merupakan lintas kolonis dari Telukbetung-Gunungsugih ke Gedongdalem dan Sukadana. Karena menurut keterangan lisan para orang tua, seperti diungkapkan oleh Mbah Nadi dari Desa Suberrejo BD 43 Kecamatan Batanghari. Waktu itu, kenang Mbah Nadi, Metro dibuka pada tahun 1932 jalan tembus dari Adipuro (Trimurjo) atau Kotagajah ke Metro belum ada. Untuk mengangkut bahan-bahan kebutuhan kolonis di Metro didatangkan dari melalui jalan Kotagajah-Gedong dalam, Rancangpurwo dan baru memasuki Metro.
Jadi, ungkap Mbah Nadi, Kotagajah sudah ada sebelum bedeng (Bd) 15 di Metro dibuka secara resmi. Artinya Kotagajah tumbuh dan berkembang, karena terletak di jalur lintas. Namun, Kotagajah sebagai desa definitif diresmikan oleh Bupati KDH Lampung Tengah berdasarkan Surat Keputusan Nomor 25 Tahun 1973. Peresmiannya sen-iri dilakukan pada tahun 1974. Kotagajah merupakan potensial daerah Lampung Tengah. Semula statusnya adalah “desa”, kini tahun 1997 berkembang pesat menjadi kota strategis.Dan tahun 2001 berubah menjadi Kecamatan Definitif di bawah kepemimpinan Camat wanita, Dra Bahagiati.
Letak Kotagajah pun sangat strategis, berada dijalur persimpangan lalu-lintas yang sangat ramai sepanjang hari. Kotagajah memiliki luas wilayahnya 1.372 km2 terdiri dari 18 kebayan, 74 buah RT, 36 buah RW dan 18 LK. Sampai awal 1997 penduduk Kotagajah sebanyak 14.258 jiwa.
Kotagajah telah memiliki berbagai sarana dan prasarana. Di bidang pendidikan terdapat 6 buah Taman kanak-kanak, 7 buah SD, 1 buah SD swasta, 1 SMP Ne-geri, 6 SMP swasta serta 2 buah pondok pesantren. Juga, terdapat kantor pemerintah seperti Kantor Camat, Pos dan Giro, KUA, Kantor Transmigrasi dan Mess Transmigrasi, Puskesmas, Kantor P3A, Balai Desa, Kantor PU, BRI, gedung bioskop, balai desa, serta toko-toko besar. Dan, terdapat sebuah rumah sakit swasta Mardi Maluyo. Tenaga medis rmah sakit swasta itu terdiri dari 2 orang dokter, 1 orang bidan, seorang perawat dan 6 orang dukun.
Kotagajah juga memiliki 2 buah gedung bioskop dan di persimpangan lima, tepatnya di tengah Kotagajah dengan arus lalulintas padat, berdiri Kantor Sektor Pos Polisi Kotagajah. Dibidang perbankan telah berdiri bebebrapa bank, antara lain BRI Unit Kotagajah, BPR Tata Artha, BPR Kotaliman dan BPR Bina Swadaya. Dan terdapat 5 buah koperasi antara lain KUD Karya Tani, Kopas Balak, AJB Bumi Putera, Kopas dan Koveri.
Fasilitas lain yang dimiliki antara lain, terdapat PDAM, sarana telepon serta listrik dari KLP Siwo Mego yang berpusat di Kotagajah. Sebagai kota potensial yang berkem-bang pesat di sini juga sudah ada 4 buah rumah makan masing-masing RM Waras RM Ma’il, RM Padang. Kotagajah kian waktu kian berkembang jadi kota. Keadaan terminal ke berbagai jurusan seperti jurusan Labuhanmeringgai, Menggala, Bandarjaya, Kotabumi, Bandarlampung, Ra-man Utara, Gayabaru dan Metro.
Menurut kepala desa Busryo pada tahun 1997 Kotagajah sudah memi-liki 10 buah pabrik penggilingan padi (huller) dan bebebrapa pabrik yang bers-tatus industri kerajinan rumah tangga. Pasar Kotagajah setiap harinya cukup ra-mai, karena pembeli di Pasar Kotagajah setiap harinya kerajinan rumah tangga. Pasar Kotagajah setiap ha-rinya cukup ramai, karena pembelinya di pasar Ko-tagajah datang dari berbagai daerah sekitarnya. Kelancaran lalulintas melalui Kotagajah didukung oleh kondisi jalan yang bagus dan ditambah dengan SPPBU (pom bensin).