Tampilkan postingan dengan label Seni Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seni Budaya. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 28 Juni 2025
CINTA RASA - Puisi dalam Lagu
Jumat, 12 Februari 2016
MEMAHAMI ARTI KEBUDAYAAN
Pengertian
Kebudayaan
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Budaya
dalam pengertian yang luas adalah pancaran
daripada budi dan daya. Seluruh apa yang difikir, dirasa dan direnung
diamalkan dalam bentuk daya menghasilkan kehidupan. Budaya adalah cara hidup sesuatu bangsa atau umat. Budaya tidak lagi dilihat sebagai
pancaran ilmu dan pemikiran yang tinggi dan murni dari sesuatu bangsa untuk
mengatur kehidupan berasaskan peradaban.
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville
J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,
yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Upacara
kedewasaan dari suku WaYao di Malawi, Afrika.
Edward B. Tylor mengatakan bahwa, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi mengatakan bahwa, kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang
mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda- benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat
Koentjoroningrat (1986) mengatakan, kebudayaan dibagi ke dalam tiga system:
pertama sistem
budaya yang lazim disebut adat-istiadat, kedua sistem sosial di mana merupakan
suatu rangkaian tindakan yang berpola dari manusia. Ketiga, sistem
teknologi sebagai modal peralatan manusia untuk menyambung keterbatasan
jasmaniahnya.
Berdasarkan
konteks budaya, ragam kesenian terjadi disebabkan adanya sejarah dari zaman ke
zaman. Jenis-jenis kesenian tertentu mempunyai kelompok pendukung yang memiliki
fungsi berbeda. Adanya perubahan fungsi dapat menimbulkan perubahan yang
hasil-hasil seninya disebabkan oleh dinamika masyarakat, kreativitas, dan pola
tingkah laku dalam konteks kemasyarakatan.
Koentjoroningrat mengatakan, “Kebudayaan Nasional Indonesia” adalah
hasil karya putra Indonesia dari suku
bangsa manapun asalnya, yang penting khas dan bermutu sehingga sebagian besar
orang Indonesia bisa mengidentifikasikan diri dan merasa bangga dengan
karyanya.Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi majemuk karena ia bermodalkan
berbagai kebudayaan, yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri.
Pengalaman
serta kemampuan daerah itu memberikan jawaban terhadap masing-masing tantangan
yang memberi bentuk kesenian, yang merupakan bagian dari kebudayaan.
Apa-apa saja yang menggambarkan
kebudayaan, misalnya ciri khas :
· Rumah adat daerah yang berbeda satu dengan daerah
lainnya, sebagai contoh ciri khas rumah adat di Jawa mempergunakan joglo
sedangkan rumah adat di Sumatera dan rumah adat Hooi berbentuk panggung.
· Alat musik di setiap daerah pun berbeda dengan alat
musik di daerah lainnya. Jika dilihat dari perbedaan jenis bentuk serta motif
ragam hiasnya beberapa alat musik sudah dikenal di berbagai wilayah,
pengetahuan kita bertambah setelah mengetahui alat musik seperti Grantang, Tifa
dan Sampe.
· Seni Tari, seperti tari Saman dari Aceh dan tari
Merak dari Jawa Barat.
· Kriya ragam hias dengan motif-motif tradisional,
dan batik yang sangat beragam dari daerah tertentu, dibuat di atas media kain,
dan kayu.
· Properti Kesenian
· Kesenian Indonesia memiliki beragam-ragam
bentuk selain seni musik, seni tari, seni teater, kesenian wayang golek dan
topeng merupakan ragam kesenian yang kita miliki. Wayang golek adalah salah
satu bentuk seni pertunjukan teater yang menggunakan media wayang, sedangkan
topeng adalah bentuk seni pertunjukan tari yang menggunakan topeng untuk
pendukung.
· Pakaian Daerah. Setiap
propinsi memiliki kesenian, pakaian dan benda seni yang berbeda antara satu
daerah dengan daerah lainnya.
· Benda Seni. Karya seni yang tidak dapat dihitung
ragamnya, merupakan identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia. Benda seni atau souvenir
yang terbuat dari perak yang beasal dari Kota Gede di Yogyakarta adalah salah
satu karya seni bangsa yang menjadi ciri khas daerah Yogyakarta, karya seni
dapat menjadi sumber mata pencaharian dan objek wisata.Kesenian khas yang
mempunyai nilai-nilai filosofi misalnya kesenian Ondel-ondel dianggap sebagai
boneka raksasa mempunyai nilai filosofi sebagai pelindung menolak bala, nilai
filosofi dari kesenian Reog Ponorogo mempunyai nilai kepahlawanan yakni
rombongan tentara kerajaan Bantarangin (Ponorogo) yang akan melamar putri
Kediri dapat diartikan Ponorogo menjadi pahlawan dari serangan ancaman musuh,
selain hal-hal tersebut, adat istiadat, agama, mata pencaharian, system
kekerabatan dan sistem kemasyarakatan, makanan khas, juga merupakan bagian dari
kebudayaan.
· Adat Istiadat. Setiap suku mempunyai adata istiadat
masing-masing seperti suku Toraja memiliki kekhasan dan keunikan dalam tradisi
upacara pemakaman yang biasa disebut Rambu Tuka. Di Bali adalah adat istiadat
Ngaben. Ngaben adalah upacara pembakaran mayat, khususnya oleh mereka yang
beragama Hindu, dimana Hindu adalah agama mayoritas di Pulau Seribu Pura ini.
Suku Dayak di Kalimantan mengenal tradisi penandaan tubuh melalui tindik di
daun telinga. Tak sembarangan orang bisa menindik diri hanya pemimpin suku atau
panglima perang yang mengenakan tindik di kuping, sedangkan kaum wanita Dayak
menggunakan anting-anting pemberat untuk memperbesar daun telinga, menurut
kepercayaan mereka, semakin besar pelebaranlubang daun telinga semakin cantik,
dan semakin tinggi status sosialnya di masyarakat.
2.
Pengertian Seni
Kata
“seni” adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun
dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal dari kata “sani”
yang artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Dalam bahasa Inggris dengan
istilah “Art” (artivisial) yang artinya adalah barang/atau karya dari sebuah
kegiatan.
Konsep
seni terus berkembang sejalan dengan berkembangnya kebudayaan dan kehidupan
masyarakat yang dinamis. Beberapa pendapat tentang pengertian seni:
·
Ensiklopedia Indonesia : Seni adalah penciptaan
benda atau segala hal yang karena kendahan bentuknya, orang senang melihat dan
mendengar
·
Aristoteles : seni adalah kemampuan membuat sesuatu
dalam hubungannya dengan upaya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan oleh
gagasan tertentu,
·
Ki Hajar Dewantara : seni adalah indah, menurutnya
seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dan hidup perasaannya dan
bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya,
·
Akhdiat K. Mihardja : seni adalah kegiatan manusia
yang merefleksikan kenyataan dalam sesuatu karya, yang berkat bentuk dan isinya
mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani
sipenerimanya.
·
Erich Kahler : seni adalah suatu kegiatan manusia
yang menjelajahi, menciptakan realitas itu dengan symbol atau kiasan tentang
keutuhan “dunia kecil” yang mencerminkan “dunia besar”

Pengertian Kebudayaan, Unsur, Sifat, & Arti
Menurut Para Ahli| Kata "kebudayaan berasal dari (bahasa Sanskerta) yaitu
"buddayah" yang merupakan bentuk jamak dari kata "budhi"
yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai "hal-hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal". Pengertian Kebudayaan secara umum adalah hasil cipta,
rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan,
dan kebiasaan.
Sedangkan menurut definisi Koentjaraningrat
yang mengatakan bahwa pengertian kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari
kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar dan semua itu tersusun
dalam kehidupan masyarakat. Senada dengan Koentjaraningrat, didefinisikan oleh
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi, pada bukunya Setangkai Bunga Sosiologi
(Jakarta :Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964),
hal 113, merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa
masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan
atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk
menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk
keperluan masyarakat.
Pengertian Kebudayaan dalam bahasa inggris disebut
culture. merupakan suatu istilah yang relatif baru karena istilah culture
sendiri dalam bahasa inggris baru muncul pada pertengahan abad ke-19.
Sebelumnya pada tahun 1843 para ahli antropologi memberi arti kebudayaan
sebagai cara mengolah tanah, usaha bercocok tanam, sebagaimana tercermin dalam
istilah agriculture dan holticulture.
Hal ini bisa kita mengerti karena istilah culture
berasal dari bahasa Latin colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah
pertanian. Pada arti kiasan kata itu juga berarti "pembentukan dan
pemurnian jiwa". Seorang antropolog lain, E.B. Tylor (1871), dalam bukunya
yang berjudul Primitive Culture (New York ; Brentano's, 1924), hal 1, yang
mendefinisikan pengertian kebudayaan bahwa kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
Unsur-unsur kebudayaan digolongkan kepada unsur
besar dan unsur kecil yang lazimnya disebut dengan istilah culture universal
karena di setiap penjuru dunia manapun kebudayaan tersebut dapat ditemukan,
seperti pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya. Beberapa dari orang yang
sarjana telah mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan, seperti
Bronislaw Malinowski dan C. Kluckhoh.
Bronislaw
Malinowski
Bronislaw Malinowski menyatakan bahwa ada empat
unsur pokok kebudayaan yang meliputi sebagai berikut...
Sistem norma-norma yang memungkinkan kerjasama
antaranggota masyarakat agar menyesuaikan dengan alam sekelilingnya.
Organisasi ekonomi
Alat dan lembaga atau petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama).
Organisasi kekuatan (politik)
C Kliucckhohn
Kliucckhohn menyebutkan ada tujuh unsur kebudayaan,
yaitu sistem mata pencaharian hidup; sistem peralatan dan teknologi; sistem
organisasi kemasyarakatan; sistem pengetahuan; bahasa; kesenian; sistem religi
dan upacara keagamaan.
Herskovits
Herskovits memandang bahwa kebudayaan merupakan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain
yang kemudian disebut sebagai superorganik.
Andreas Eppink
Andreas Eppink
Kebudayaan mengandung bentuk dari keseluruhan
pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Edward Burnett Tylor
Edward Burnett Tylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan dari yang kompleks
yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat.
Sifat hakikat kebudayaan adalah ciri-ciri khusus dari sebuah kebudayaan yang masing-masing masyarakat yang berbeda. Pada masyarakat Barat makan sambil berjalan, bahkan setengah berlari adalah hal yang biasa karena bagi mereka the time is money. Hal ini jelas berbeda dengan masyarakat timur. Jangankan makan sambil berjalan, bahkan makan berdiri saja sudah melanggar etika. Walaupun demikian, secara garis besar, seluruh kebudayaan yang ada di dunia ini memiliki sifat-sifat hakikat yang sama. Sifat-sifat hakikat kebudayaan sebagai berikut:
1.
Kebudayaan
terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia.
2.
Kebudayaan
telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak
akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3.
Kebudayaan
diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya.
4.
Kebudayaan
mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan
yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan
tindakan-tindakan yang diizinkan.
Semua kebudayaan senantiasa bergerak karena ia
dinamis karena sebenarnya gerak kebudayaan adalah gerak manusia itu sendiri.
Gerak atau dinamika manusia sesama manusia, atau dari satu daerah kebudayaan
daerah lain, baik disengaja maupun tidak disengaja, seperti migrasi atau
pengungsian dengan sebab-sebab tertentu. Dinamika dalam membawa kebudayaan dari
suatu masyarakat ke masyarakat lain yang menyebabkan terjadinya
akulturasi.
Proses akulturasi kebudayaan dalam sejarah umat
manusia telah terjadi pada umat atau bangsa-bangsa terdahulu. Dimana Adakalanya
kebudayaan yang dibawa dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat setempat dan
adakalanya ditolak, parahnya ada juga sekelompok individu yang tetap tidak
menerima kebudayaan asing walaupun mayoritas kelompok individu di sekelilingnya
sudah menjadikan kebudayaan tersebut bagian dari kebudayaannya.
Pada umumnya, unsur-unsur kebudayaan asing yang
mudah diterima adalah sebagai berikut..
a.
Unsur
Kebudayaan kebendaan, seperti alat-peralatan yang terutama sangat mudah dipakai
dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya, contohnya
adalah pada alat tulis menulis yang banyak dipergunakan orang Indonesia yang
diambil dari unsur-unsur kebudayaan barat.
b.
Unsur-unsur
yang terbukti membawa manfaat besar misalnya radio transistor yang banyak
membawa kegunaan terutama sebagai alat mass-media.
c.
Unsur-unsur
yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima
unsur-unsur tersebut, seperti mesin penggiling padi dengan biaya murah serta
pengetahuan teknis yang sederhana, dapat digunakan untuk melengkapi
pabrik-pabrik penggilingan.
Unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima oleh
suatu masyarakat adalah sebagai berikut...
a.
Unsur yang
menyangkut sistem kepercayaan, seperti ideologi, falsafah hidup, dan lainnya
b.
Unsur-unsur yang
dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang sangat mudah
adalah soal makanan pokok suatu masyarakat. Nasi merupakan makanan pokok
sebagian besar masyarakat indonesia
sukar sekali diubah dengan makanan pokok lainnya.
Pengaruh Tradisi Hindu-Buddha bagi Masyarakat Indonesia
Pengaruh Tradisi Hindu-Buddha bagi Masyarakat
Indonesia| Masuknya Hindu-Buddha terdapat bebagai perubahan-perubahan baik itu
kebudayaan, bangunan, sistem pemerintahan dan dll. Ada banyak pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan
dari munculnya Hindu-Buddha. Masuknya gama dan Kebudayaan Hindu-Buddha sangat
memengaruhi kehidupan masyarakat di Indonesia baik dalam kehidupan
politik, sosial, budaya, maupun keagamaan. Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Buddha
dari India tersebut tidak
ditiru secara menyeluruh oleh bangsa Indonesia. Kebudayaan dari India tersebut sudah dipadukan dengan unsur
kebudayaan asli Indonesia
melalui proses akulturasi sehingga tebentuklah unsur kebudayaan baru yang lebih
sempurna. Akulturasi terwujud dalam berbagai hal, antara lain dalam seni
bangunan, seni rupa, aksara, sistem pemerintahan, sistem kalender, filsafat,
dan sistem kepercayaan. Semua unsur kebudayaan tersebut dapat dilihat
penjelasannya seperti dibawah ini..
Pengaruh
Tradisi Hindu-Buddha bagi Masyarakat Indonesia
1. Teknik
Arsitektur atau Seni Bangunan
Pada masa Hindu-Buddha, teknik arsitektur di Indonesia
mengalami kemajuan. Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di bidang
arsitektur di Indonesia
tampak jelas terlihat dengan muncul bangunan-bangunan candi di beberapa daerah
di Indonesia.
Di Indonesia, candi memiliki arti bentuk bangunan
beragam. Misalnya, candi yang berfungsi sebagai tempat peribadatan dan makam,
candi pemandian suvi (pathirtan), candi padas, candi berbentuk gapura, dan
candi asrama pendeta (vihara). Candi berfungsi untuk memuliakan orang yang
sudah mati, khususnya para raja dan orang terkemuka. Candi sebagai makam hanya terdapat
pada ajaran agama Hindu. Pembuatan candi Budha ditujukan sebagai tempat
pemujaan dewa. Di dalamnya tidak terdapat pripid dan arca perwujudan raja. Abu
jenazah raja ditanam di sekitar candi dalam bangunan yang disebut stupa.
2. Seni
Ukir dan Pahat
Selain pengaruh dalam seni pembangunan candi,
budaya India juga
berpengaruh pada bidang seni ukir dan pahat di Indonesia. Hal tersebut terlihat
pada relief atau seni ukir yang ada dipahatkan pada bagian dinding candi.
Tema-tema seni pahat yang dihasilkan pada masa Hindu-Buddha sesuaidengan agama
yang berkembang pada masa itu, yakni Hindu, Buddha, atau campuran antara Hindu
dan Buddha tau antara Hindu-Buddha dan kepercayaan Indonesia asli.
Pada umumnya, bangunan candi banyak dihiasi dengan
patung atau arca. Patung tersebut biasanya terbentuk arca dewa sebagai lambang
orang yang sudah meninggal. Misalnya, Patung Lara Jonggrang di Candi Prambanan,
Patung Airlangga sebagai Wisnu dewa yang naik garuda dan Patung Ken Dedes di
Jawa Timur. Adapun patung dewa yang dihasilkan, antara lain Patung Dewa Syiwa,
Patung Dewa Brahma, Patung Dewa Wisnu, Patung Durga, Patung Ganesha, Patung
Kuwera, dan Patung Haririti. Dalam agama Buddha juga dikenal patung Dhyani
Buddha dan Patung Bodhisatwa.
Selain relief dan patung, seni ukir yang berkembang
pada bangunan candi adalah motif sulur-suluran, daun-daunan, dan bunga teratai.
Jenis ukiran bunga teratai digambarkan dengan wujud yang berbeda-beda dan
warnanya dibagi menjadi tiga jenis yaitu teratai merah (padma), teratai biru (utpala),
dan teratai putih (kumuda). Pada beberapa candi di Jawa Tengah terdapat hiasan
berupa pohon kehidupan, yaitu kalpataru atau parijata. Relief hiasan pada
dinding candi banyak yang dibuat sesuai dengan suasana Gunung Mahameru yang
dipercayai sebagai tempat kediaman para dewa. Hiasan yang terdapat pada ambang
pintu atau relung candi adalah kepala kala yang disebut banaspati (raja
hutan).
3. Konsep
Raja dan Sistem Pemerintahan
Sebelum agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk, Indonesia
belum mengenal konsep raja dan kerjaan. Di Indonesia baru mengenal konsep
kesukuan yang dipimpin oleh seorang kepala suku atau primus interpares. Setelah
agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk, struktur masyarakat Indonesia berkembang lebih teratur
dan terorganisasi. Kelompok masyarakat yang sebelumnya berupa kesukuan berubah
menjadi kerajaan. Sebutan kepala pemerintahannya pun berubah dari kepala suku
menjadi raja.
Perubahan lain yang tampak dengan masuknya pengaruh
Hindu-Buddha ke Indonesia
dalam sistem pemerintahan adalah berubahnya konsep pemilihan seorang pemimpin.
Sebelum datang pengaruh Hindu-Buddha, seorang pemimpin dipilih karena mempunyai
kemampuan tertentu yang tidak dimiliki orang lain dan bukan karena faktor
keturunan. Setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, seorang pemimpin
berkuasa atas dasar keturunan yang bersifat turun-temurun. Pada masa Hindu,
muncul konsep bahwa raja adalah titisan dewa di dunia dan raja memerintah atas
nama dewa dibumi. Raja diyakini sebagai titisan dewa Wisnu sehingga kekuasaannya
tidak dapat diganggu gugat dan bersifat mutlak. Konsep raja sebagiai penjelmaan
atau keturunan dewa, misalnya terlihat pada masa pemerintahan Raja Purnawarman
di Tarumanegara.
4. Aksara
dan Kesusastraan
Berdasrkan bukti-bukti tertulis, pengaruh agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang aksara adalah dikenalnya huruf Pallawa dan
bahasa Sanskerta di Indonesia. Huruf Pallawa dikembangkan di beberapa daerah
menjadi huruf Batak, huruf Kawi, huruf Jawa, dan huruf Bali.
Setelah mengenal budaya tulis, bangsa Indonesia mulai memasuki zaman
sejarah. Sebelum kedatangan India,
bangsa Indonesia
belum mengenal budaya tulis. Setelah kebudayaan tulis berkembang, seni
sastrapun mulai berkembang pesat di Indonesia
karena bahasa Sansekerta dipakai dan dikembangkan sebagai media penulisan
kesusastraan Indonesia
kuno. Seni sastra yang berkembang di Indonesia berbentuk prosa dan
tembang. Adapun tembang Jawa Kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin
didsarkan pada irama dari India.
Berdarsarkan isinya, kesustaraan tersebut terdiri
atas kitab keagamaan, kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab
cerita yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian
sejarah. Contoh ktiab wiracarita yang terkenal di Indonesia yaitu kisah Ramayana dan
Mahabarata
5. Sistem
Kepercayaan
Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia berpengaruh besar terhadap sistem
kepercayaan masyarakt Indonesia
pda saat itu. Agama Hindu memperkenalkan konsep tentang dewa-dewa pada
masyarakat Indonesia.
Demikian juga dengnan agama Buddha yang masuk ke Indonesia
segera berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah Indonesia. Agama Buddha
memperkenalkan ajaran Buddha Gautama. Agama Buddha cepat sekali tumbuh,
berkembang, dan meluas ke dalam lapisa masyarakat. Hal itu karena dalam
ajrannya tidak mengenal kasta.
6.
Stratifiksi Sosial
Stratifikasi sosial masyarakat sangat jelas
terlihat pada masyarakat yang dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan Hindu,
yaitu dikenalnya sistem kasta. Kasta lahir dan berkembang dalam masyarakat
Hindu di India. Saat agama dan kebudayaan Hindu masuk dan berkembang di
Indonesia, sistem kasta juga berlaku di Indonesia
meskipun tidak secara mutlak berlaku seperti keadaan di India. Masyarakat Hindu di
Indonesia menyesuaikan sistem kasta dengan keadaan masyarakat. Pada masyarakat
yang dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan Buddha, stratifikasi sosial
masyarakat terbagi atas dua kelompok. Kedua kelompok masyarakat tersebut adalah
kelompok masyarakat biksu dan biksuni serta kelompok masyarakat umum.
7. Sistem Kalender
Pada masa praaksara, masyarakat Indonesia telah memanfaatkan sistem
penanggalan kalender Mongso dan kalender wuku . Kalender Mongso adalah sistem
penanggalan yang dipergunakan untuk menentukan musim (mongso). Berdasarkan
kalender Mongso, satu tahun dibagi dalam 12 musim atau mongso. Kalender Wuku
disusun untuk merencanakan kegiatan pertanian, upacara adat, dan kehidupan
masyarakat. Berdasarkan kalender Wuku, satu tahun dibagi menjadi 30 Wuku.
Setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, sistem kalender Jawa digantikan dengan
sistem kalender Saka yang membagi masa satu tahun menjadi 365 hari. Perbedaan
tahun saka dengan tahun Masehi adalah selisih 78 tahun dimana tahun Masehi
lebih dulu dari pada tahun Saka.
Teori tentang Masuk dan Berkembangnya Kebudayaan
Hindu-Budha di Indonesia Teori tentang Masuk dan Berkembangnya Kebudayaan
Hindu-Budha di Indonesia. Membahas tentang Teori tentang Masuk dan
Berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia, Sejarah masuknya
hindu-buddha di indonesia, Teori kolonisasi, Teori arus balik, dalam hal
ini teori tentang masuknya dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di
indonesia merupakan teori-teori yang telah masuk dalam berbagai buku pelajaran
artinya teori-teori tersebut dapat dijadikan acuan tentang masuknya dan
berkembangnya kebudayaan hindu-budha di indonesia, dalam teori-teori tersebut
terdiri atas teori kolonisasi, serta teori arus balik. untuk mengetahui itu
semua mari kita lihat pembahasan seperti dibawah ini..
Teori
Masuk dan Berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
Letak geografis kepulauan Indonesia telah menjadikan kepulauan Indonesia
sebagai jalur perdagangan Internasional. Kepulauan Indonesia menjadi daerah transit (
pemberhentian ) sebelum melanjutkan ke kedua bagian negara tersebut. Orang-orang Indonesia
ternyata ikut aktif juga dalam perdagangan tersebut sehingga terjadilah kontak
hubungan di antara keduanya (Indonesia
- India dan Indonesia
-Cina ). Hubungan itu akhirnya memberikan pengaruh terhadap perkembangan
masyarakat Indonesia
selanjutnya.
Menurut sejarawan Van Lew dan Wotters, hubungan
dagangan antara Indonesia
dan India lebih dahulu
berkembang dari pada hubungan dagang antara Indonesia dan Cina. Namun, sumber
sejarah untuk mengungkapkannya sangat terbatas, yaitu melalui kitab-kitab
sastra dan sumber-sumber dari barat. Berdasarkan hal tersebut selanjutnya
muncul beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-budha di indonesia.
A. Teori
Kolonisasi
Teori ini berusaha menjelaskan proses masuk dan
berkembangnnya agama dari kebudayaan Hindu-Buddha di indonesia dengan menekankan pada peran aktif
dari orang-orang India dalam
menyebarkan pengaruhnnya di Indonesia.
Berdasarkan teori ini, orang Indonesiasendiri sangat pasif, artinya mereka
hanya menjadi objek penerima pengaruh kebudayaan India tersebut. Teori kolonisasiini
terbagi dalam beberapa Hipotesis, yaitu sebagai berikut.
a.
Hipotessis Waisya
N.J. Krom menyebutkan bahwa proses
masuknya kebudayan Hindu-Budha melalui hubungandagang antara India dan Indonesia. Para pedagang India yang berdagang di Indonesia disesuaikan dengan angin
musim . Apabila anging musim tidak memungkinkan mereka untuk kembali, maka
dalam waktu tertentu menetap di Indonesia.
Selama para pedagang India
tersebut menetap di Indonesia,
memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Menurut
N.J.Krom, mulai dari sini pengaruh kebudayaan India
menyebar dan menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Namun, teori ini memiliki kelemahan, yaitu para
pedagang yang termasuk dalam kasta Waisya tidak menguasasi bahasa Sanskerta dan
huruf Pallawa yang umumnya hanya dikuasi oleh kasta Brahmana. Namun bila
menilik peninggalan Prasasti yang dikeluarkan oleh negara-negara kerajaan
Hindu-Budha di INdonesia, sebagian besar menggunakan bahasa Sanskerta dan
berhuruf pallwa. dengan demikian, timbul pertanyaan" Munkinkah para
pedagang India mampu membawa
pengaruh kebudayaan yang sangat tinggi ke Indonesia, sedangkan di daerahnnya
sediri kebudayaan tersebut milik kaum brahmana ?. " Selain itu, terdapat
kelemahan lain dalam hipotesis ini yaitu dengan melihat peta persebaran
kerajan-kerajan Hindu-Budha di Indonesia lebih banyak berada di daerah pesisr
di pantai.
b. Hipotesis Ksatria
Ada tiga ahli yang mengemukakan pendapatnya
mengenai proses penyebaran agama dan kebudayaan Hidnu-Budha dilakukan oleh
golongan ksatria, yaitu sebagai berikut.
1. C.C
Berg
mengemukakan bahwa golongan yang tuurut
menyebarkan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonsia adalah para petualang
yangsebagian besar berasal dari golongan Ksatria . Para Ksatria ini ada yang
terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan
oleh para Kstaria ini sedikit banyak membantu kemenanganbagi salah satu
kelompok atau suku yang bertikai. Seagai hadiah atas kemenangan itu, ada di
antara mereka yang dinikahkan dengan salah seorang putri dari kepala suku yang
dibantunya. Dari perkawinannya ini memudahkan bagi para Ksatira untuk
menyebarkan tadisi Hindu-Buddha dalam masyarakat indonesia.
2
Mookerji
Mengatakan bahwa golongan Ksatria ( tentara ) dari india yang membawa pengaruh kebudayaan
Hindu-Buddha ke Indonesia.
Para Ksatria ini kemudian membangun koloni-koloni yang akhirnya berkembang
menjadi sebuah kerajaa. Para koloni ini kemudian mengadakan hubungan
perdagangan dengan kerajaan-kerajaan di India dan mendatangkan para seniman
yang berasal dari India
untuk membangun candi-candi di Indonesia.
3. J.L
Moens
Dia mencoba menghubungkan proses terbentuknya
kerajaan-kerajan di indonesia
pada awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di india pada abad yang sama. Perlu
diketahui bahwa sekitar abad ke-5, banyak kerajaan-kerajaan di India Selatan
yang mengalami kehancuran. Ada di antara para
keluarga kerajaan tersebut, yaitu para Ksatrianya yanmelarikan diri ke Indonesia.
Mereka ini selanjutnya mendirikan kerajaan di kepulauan Nusantara. Kekuatan
hipotesis Ksatria terletak pada kenyataan bahwa semangat berpetualang pada itu
umunya dimilki olehpara Ksatria ( Keluarga kerajaan).
Sementara itu, kelemahan hipotesis yang dikemukakan
oleh Berg, Moens, dan Mookerji yang menekankan pada peran para Ksatria India
dalam proses masuknya kebudayaan India ke Indonesia terletak pada hal-hal
sebagai berikut, yaitu:
a) Para
Ksatria tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa;
b) Apabila
daerah Indonesia pernah
menjadi daerah taklukkan kerajaan-kerajaan India,
tentunya ada bukti prasasti (jaya
prasasti) yan menggambarkan penaklukkan tersebut. Akan tetapi, balk di India maupun Indonesia tidak ditemukan prasasti
semacam itu. Adapun prasasti Tanjore yang menceritakan tentang penaklukkan
kerajaan Sriwijaya oleh salah satu kerajaan Cola di India, tidak dapat dipakal
sebagal bukti yang memperkuat hipotesis ini. Hal ini disebabkan penakluk
tersebut terjadi pada abad ke-II sedangkan bukti-bukti yang diperlukan harus
menunjukkan pada kurun waktu yang lebih awal.
c.
Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini menyatakan bahwa tradisi India yang menyebar ke Indonesia dibawa oleh golongan
Brahmana. Pendapat mi dikemukan oleh J.C.Van Leur. Berdasarkan pada
pengamatannya terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu-Buddha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan
bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa, maka sangat jelas itu adalah pengaruh
Brahmana. OIeh karena itu, dia berpendapat bahwa kaum Brahmanalah yang
menguasai bahasa dan huruf itu, sehingga pantasjika mereka yang memegang
peranan penting dalam proses penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di
Indonesia. Akan tetapi, bagaimana mungkin para Brahmana bisa sampai ke Indonesia yang terpisahkan dengan India
oleh lautan. Dalam tradisi agama Hindu terdapat pantangan bagi kaum Brahmana
untuk menyeberangi lautan, sehingga hal mi menjadi kelemahan hipotesis ini.
2. Teori
Arus Balik
Pendapat yang dikemukakan tersebut di atas mendapat
kritikan dan F.D.K Bosch. Adapun kritikan yang dikemukakannya adalah sebagai
berikut.
a.
Berdasarkan
pada peninggalan-peninggalan yang ada, tenyata teori kolonisasi tidak mempunyai
bukti yang kuat. Untuk hipotesis Waisya, tidak terbukti bahwa kerajaan awal di Indonesia
yang bercorak Hindu-Buddha ditemukan di pesisir pantai, melainkan terletak di
pedalaman. Kritikan untuk hipotesis Ksatria, ternyata tidak ada prasasti yang
menyatakan daerah atau kerajaan yang ada di Indonesia
pernah ditaklukkan atau dikuasai oleh para Ksatria dan India.
b.
Bila ada
perkawinan antara golongan Ksatnia dengan putri pribumi dan Indonesia, seharusnya ada keturunan dan mereka
yang ditemukan di Indonesia.
Pada kenyataannya, hal itu tidak ditemukan.
c.
Dilihatdani
hasil karya seni, terdapat perbedaan pembangunan antara candi-candi yang
dibangun di Indonesia dengan
candi-candi yang dibangun di India.
d.
Kritikan yang
lain adalah.dilihat darl sudut bahasa. Bahasa Sanskerta hanya dikuasai oleh
para Brahmana, tetapi kenapa bahasa yang digunakan oleh masyarakat pada waktu
itu adalah bahasa yang digunakan oleh kebanyakan orang India.
![]() |
|
F.D.K
Bosch
|
|
Selanjutnya, F.D.K Bosch punya pendapat lain. Teori
yang dikemukakan oleh Bosch ini dikenal dengan teori Arus Balik. Menurut teori
ini, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah mereka yang
memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Buddha, yaitu para intelektual yang
ikut menumpang kapal-kapal dagang. Setelah tiba di Indonesia, mereka menyebarkan
ajarannya. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertanik
untuk mengikuti ajarannya tersebut. Pada perkembangan selanjutnya banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India
untuk berkunjung dan belajar agama Hindu-Buddha di India. Sekembalinya di
Indonesia, merekalah yang mengajarkannya kepada masyarakat Indonesia yang
lain. Bukti-bukti darl pendapat tersebut adalah adanya prasasti Nalanda yang
menyebutkan bahwa Balaputradowa (raja Sriwijaya) telah merninta kepada raja di India
untuk membangun wihara di Nalanda sebagai tempat untuk menimba ilmu para tokoh
dan Sriwijaya. Permintaan raja Sniwijaya itu ternyata dikabulkan. Dengan
demikian, setelah para tokoh atau pelajar itu menuntut ilmu di sana,
mereka kembali ke Indonesia.
Merekalah yang selanjutnya menyebarkan pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia.
Pengertian Peradaban dan Ciri-Ciri Peradaban
Pengertian Peradaban dan Ciri-Ciri Peradaban|Banyak
pendapat para ahli yang mendefinisikan pengertian peradaban dimana Secara umum, Pengertian
Peradaban adalah bagian-bagian dari kebudayaan yang tinggi, halus, indah,
dan maju. Sedangkan Pengertian peradaban yang lebih luas adalah kumpulan sebuah
identitas terluas dari seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia baik fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik
(nilai-nilai, tatanan, seni budaya maupun iptek), yang teridentifikasi melalui
unsur-unsur obyektif umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan,
institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subjektif. Istilah
"peradaban" dalam bahasa inggris disebut civilization atau dalam
bahasa asing lainnya peradaban sering disebut bescahaving (belanda) dan die
zivilsation (jerman).
Istilah Peradaban ini sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan
penilaian kita pada perkembangan dari kebudayaan dimana pada waktu perkembangan
kebudayaan mencapai puncaknya yang berwujud unsur-unsur budaya yang halus
indah, tinggi, sopan, luhur, dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan
tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi. Ada beberapa pengertian peradaban yang
didefinisikan oleh para ahli.
Pengertian Peradaban
Dari berbagai kesulitan-kesulitan dalam memberikan
definisi peradaban, sehingga banyak para ahli yang memberikan tanggapannya
tentang pengertian peradaban seperti yang ada dibawah ini...
Arnold
Toynbee : Arnol Toynbee dalam
bukunya "The Disintegrations of
Civilization" dalam Theories of
Society, (New York, The Free Press, 1965), hal 1355 menyatakan peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi
yang sudah lebih tinggi. Pengertian lain
menyebutkan bahwa peradaban adalah kumpulan seluruh
hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik
fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik (nilai-nilai,
tatanan, seni budaya, maupun iptek).
Albion Small : Peradaban adalah
kemampuan manusia dalam mengendalikan dorongan dasar
kemanusiaannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sementara itu,
kebudayaan mengacu pada kemampuan manusia dalam mengendalikan alam melalui ilmu
pengetahuan dan teknologi. Albion Small mengatakan bahwa peradaban berhubungan
dengan suatu perbaikan yang bersifat kualitatif dan menyangkut kondisi batin
manusia, sedangkan kebudayaan mengacu pada suatu yang bersifat material,
faktual, relefan, dan konkret.
Bierens
De Hann : mengemukakan pendapatnya
tentang pengertian peradabadan yang memiliki arti bahwa peradaban adalah
seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan teknik. Jadi, peradaban
memiliki kegunaan praktis dalam hubungan kemasyarakatan.
Huntington
: Huntington
memberikan pendapatatnya mengenai definisi peradaban bahwa pengertian peradaban
adalah sebuah identitas terluas dari budaya, yang teridentifikasi melalui dalam
unsur-unsur obyektig umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan,
institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subyektif. Berangkat pada
definisi ini, maka masyarakat Amerika-khususnya Amerika Serikat dan Eropa yang
sejauh ini disatukan oleh bahasa, budaya, dan agama dapat diklasifikasikan
sebagai satu peradaban, yakni peradaban barat.
Alfred Weber :
Menurut definisi Alfred Weber yang mengatakan bahwa pengertian peradaban adalah
mengacu pada pengetahuan praktis dan intelektual, serta sekumpulan cara yang
bersifat teknis yang digunakan untuk mengendalikan alam. Adapun kebudayaan
terdiri atas serangkaian nilai, prinsip, normatif, dan ide yang bersifat unik. Aspek
dari peradaban lebih bersifat kumulatif dan lebih siap untuk disebar, lebih
rentan terhadap penilaian, dan lebih berkembang daripada aspek kebudayaan.
Peradaban bersifat impersonal dan objektif, sedangkan kebudayaan bersifat
personal, subjektif dan unik.
Prof Dr. Koentjaraningrat
: Peradaban adalah bagian-bagian yang halus dan indah seperti seni. Masyarakat
yang telah maju dalam kebudayaan tertentu berarti memiliki peradaban yang
tinggi. Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian
kita terhadap perkembangan kebudayaan dimana pada waktu perkembangan kebudayaan
mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah,
tinggi, sopan, luhur dan sebagainya maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut
dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.
Oswald
Spengler : Spengler berpendapat
bahwa pengertian peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf tinggi
atau kompleks. Terlebih lagi Spengler menyatakan bahwa peradaban adalah tingkat
kebudayaan ketika telah mencapai taraf tinggi dan kompleks. Lebih lanjutnya
lagi, Spengler menyatakan bahwa peradaban adalah tingkat kebudayaan ketika
tidak lagi memiliki aspek produktif, beku, dan mengkristal. Adapun kebudayaan
pada sesuatu yang hidup dan kreatif.
Peradaban memiliki ciri-ciri atau karakteristik
yang berfungsi dalam memperjelas peradaban dan juga berfungsi dalam membedakan
peradaban dan kebudayaan dimana kita tahu bahwa banyak dari kita yang
menganggap bahwa peradaban dan kebudayaan sama, padahal peradaban dan
kebudayaan tersebut adalah sangat berbeda. Maka dari itu, ciri-ciri peradaban
sangat membantu dalam membedakan antara peradaban dan kebudayaan. Ciri-ciri
umum sebuah peradaban adalah sebagai berikut:
1.
Pembangunan
kota-kota baru dengan tata ruang yang baik, indah, dan modern
2.
Sistem
pemerintahan yang tertip karena terdapat hukum dan peraturan.
3.
Berkembangnya
beragam ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih maju seperti astronomi,
kesehatan, bentuk tulisan, arsitektur, kesenian, ilmu ukur, keagamaan, dan
lain-lainnya. Masyarakat dalam berbagai jenis pekerjaan, keahlian, dan
strata sosial yang lebih kompleks
PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Pengertian
Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur”
dalam bahasa Indonesia.
Budaya dalam pengertian yang luas adalah pancaran
daripada budi dan daya. Seluruh apa yang difikir, dirasa dan direnung diamalkan
dalam bentuk daya menghasilkan kehidupan. Budaya adalah cara hidup sesuatu
bangsa atau umat. Budaya tidak lagi dilihat sebagai pancaran ilmu dan pemikiran
yang tinggi dan murni dari sesuatu bangsa untuk mengatur kehidupan berasaskan
peradaban.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang
turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Upacara kedewasaan dari suku WaYao di Malawi,
Afrika. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh
pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda- benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat Menurut
Koentjoroningrat (1986), kebudayaan dibagi ke dalam tiga sistem, pertama sistem
budaya yang lazim disebut adat-istiadat, kedua sistem sosial di mana merupakan
suatu rangkaian tindakan yang berpola dari manusia. Ketiga, sistem teknologi
sebagai modal peralatan manusia untuk menyambung keterbatasan jasmaniahnya.
Berdasarkan konteks budaya, ragam kesenian terjadi
disebabkan adanya sejarah dari zaman ke zaman. Jenis-jenis kesenian tertentu
mempunyai kelompok pendukung yang memiliki fungsi berbeda. Adanya perubahan
fungsi dapat menimbulkan perubahan yang hasil-hasil seninya disebabkan oleh
dinamika masyarakat, kreativitas, dan pola tingkah laku dalam konteks
kemasyarakatan. Koentjoroningrat mengatakan, Kebudayaan Nasional Indonesia
adalah hasil karya putera Indonesia dari suku bangsa manapun asalnya, yang
penting khas dan bermutu sehingga sebagian besar orang Indonesia bisa
mengidentifikasikan diri dan merasa bangga dengan karyanya.Kebudayaan Indonesia
adalah satu kondisi majemuk karena ia bermodalkan berbagai kebudayaan, yang
berkembang menurut tuntutan sejarahnya
sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan daerah
itu memberikan jawaban terhadap masing-masing tantangan yang member bentuk kesenian,
yang merupakan bagian dari kebudayaan.
Apa-apa saja yang menggambarkan kebudayaan,
misalnya ciri khas :
a.
Rumah adat daerah yang berbeda satu dengan daerah lainnya, sebagai contoh ciri khas
rumah adat di Jawa mempergunakan joglo sedangkan rumah adat di Sumatera dan
rumah adat Hooi berbentuk panggung.
b.
Alat musik
di setiap daerah pun berbeda dengan alat musik di daerah lainnya. Jika dilihat
dari perbedaan jenis bentuk serta motif ragam hiasnya beberapa alat musik sudah
dikenal di berbagai wilayah, pengetahuan kita bertambah setelah mengetahui alat
musik seperti Grantang, Tifa dan Sampe.
c. Seni Tari,
seperti tari Saman dari Aceh dan tari Merak dari Jawa Barat.
d. Kriya ragam hias dengan motif-motif
tradisional, dan batik yang sangat beragam dari daerah tertentu, dibuat di atas media kain,
dan kayu.
e.
Properti Kesenian
f.
Kesenian Indonesia. Indonesia memiliki beragam-ragam bentuk selain seni musik,
seni tari, seni teater, kesenian wayang golek dan topeng merupakan ragam
kesenian yang kita miliki. Wayang golek adalah salah satu bentuk seni
pertunjukan teater yang menggunakan media wayang, sedangkan topeng adalah
bentuk seni pertunjukan tari yang menggunakan topeng untuk pendukung.
g.
Pakaian Daerah. Setiap propinsi
memiliki kesenian, pakaian dan benda seni yang berbeda antara satu daerah
dengan daerah lainnya.
h. Benda
Seni. Karya seni yang tidak dapat
dihitung ragamnya, merupakan identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia. Benda seni atau souvenir
yang terbuat dari perak yang beasal dari Kota Gede di Yogyakarta adalah salah
satu karya seni bangsa yang menjadi ciri khas daerah Yogyakarta, karya seni
dapat menjadi sumber mata pencaharian dan objek wisata.Kesenian khas yang
mempunyai nilai-nilai filosofi misalnya kesenian Ondel-ondel dianggap sebagai
boneka raksasa mempunyai nilai filosofi sebagai pelindung menolak bala, nilai
filosofi dari kesenian Reog Ponorogo mempunyai nilai kepahlawanan yakni
rombongan tentara kerajaan Bantarangin (Ponorogo) yang akan melamar putri
Kediri dapat diartikan Ponorogo menjadi pahlawan dari serangan ancaman musuh,
selain hal-hal tersebut, adat istiadat, agama, mata pencaharian, system
kekerabatan dan sistem kemasyarakatan, makanan khas, juga merupakan bagian dari
kebudayaan.
i. Adat
Istiadat. Setiap suku mempunyai adata
istiadat masing-masing seperti suku Toraja memiliki kekhasan dan keunikan dalam
tradisi upacara pemakaman yang biasa disebut Rambu Tuka. Di Bali adalah adat
istiadat Ngaben. Ngaben adalah upacara pembakaran mayat, khususnya oleh mereka
yang beragama Hindu, dimana Hindu adalah agama mayoritas di Pulau Seribu Pura
ini. Suku Dayak di Kalimantan mengenal tradisi penandaan tubuh melalui tindik
di daun telinga. Tak sembarangan orang bisa menindik diri hanya pemimpin suku
atau panglima perang yang mengenakan tindik di kuping, sedangkan kaum wanita
Dayak menggunakan anting-anting pemberat untuk memperbesar daun telinga,
menurut kepercayaan mereka, semakin besar pelebaranlubang daun telinga semakin
cantik, dan semakin tinggi status sosialnya di masyarakat.
Pengertian Seni
Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan
mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni
berasal dari kata “sani” yang artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Dalam
bahasa Inggris dengan istilah ‘art’ (artivisial) yang artinya adalah
barang/atau karya dari sebuah kegiatan.
Konsep seni terus berkembang sejalan dengan
berkembangnya kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang dinamis. Beberapa
pendapat tentang pengertian seni:
a.
Ensiklopedia Indonesia :
Seni adalah penciptaan benda atau segala hal yang karena kendahan bentuknya,
orang senang melihat dan mendengar
b.
Aristoteles :
seni adalah kemampuan membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai
suatu tujuan yang telah ditentukan oleh gagasan tertentu,
c.
Ki Hajar
Dewantara : seni adalah indah, menurutnya seni adalah segala perbuatan manusia
yang timbul dan hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan
jiwa perasaan manusia lainnya,
d.
Akhdiat K.
Mihardja : seni adalah kegiatan manusia yang merefleksikan kenyataan dalam
sesuatu karya, yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan
pengalaman tertentu dalam alam rohani sipenerimanya.
e.
Erich Kahler :
seni adalah suatu kegiatan manusia yang menjelajahi, menciptakan realitas itu
dengan symbol atau kiasan tentang keutuhan “dunia kecil” yang mencerminkan
“dunia besar”.
Cabang-cabang
Seni :
Berdasarkan bentuk dan mediumnya seni dapat
diklasifikasikan dalam lima
kelompok :
seni rupa, seni pertunjukan, dan seni sastra.
NO
|
CABANG
SENI
|
BENTUK
MEDIA
|
INDERA
PENIKMAT
|
MATRA
|
1
|
Rupa Benda
|
Penglihatan
|
Peraba
|
2 atau 3 dimensi
|
2
|
Sastra
|
Tulisan
|
Penglihatan
|
2 dimensi
|
3
|
Musik
|
Suara, benda, manusis, gerak
|
Pendengaran,
Penglihatan
|
Waktu 3 dimensi
|
4
|
Tari
|
Tubuh manusia,
Gerak, musik
|
Penglihatan,
Pendengaran
|
Waktu 3 dimensi
|
5
|
Teater
|
Manusia, benda/alam, acting, adegan, suara/musik
|
Penglihatan,
Pendengaran
|
Waktu 3 dimensi
|
|
Sifat
Dasar Seni
Terdapat 5 ciri yang merupakan sifat dasar seni
(The Liang Gie, 1976) yang meliputi :
a.
Sifat kreatif
dari seni. Seni merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yang selalu mencipta
karya baru.
b.
Sifat
individualitas dari seni. Karya seni yang diciptakan oleh seorang seniman
merupakan karya yang berciri personal, Subyektif dan individual.
c.
Nilai ekspresi
atau perasaan. Dalam mengapresiasi dan menilai suatu karya seni harus memakai
kriteria atau ukuran perasaan estetis. Seniman mengekspresikan perasaan
estetisnya ke dalam karya seninya lalu penikmat seni (apresiator) menghayati, memahami
dan mengapresiasi karya tersebut dengan perasaannya.
d.
Keabadian
sebab seni dapat hidup sepanjang masa. Konsep karya seni yang dihasilkan oleh
seorang seniman dan diapresiasi oleh masyarakat tidak dapat ditarik kembali
atau terhapuskan oleh waktu.
e.
Semesta atau
universal sebab seni berkembang di seluruh dunia dan di sepanjang waktu. Seni
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Sejak jaman pra sejarah
hingga jaman modern ini orang terus membuat karya seni dengan beragam fungsi
dan wujudnya sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.
1.4.
Struktur Seni
The Liang Gie (1976) menjelaskan bahwa dalam semua
jenis kesenian terdapat unsur- unsur yang membangun karya seni sebagai berikut:
a.
Struktur seni
merupakan tata hubungan sejumlah unsur-unsur seni yang membentuk suatu kesatuan
karya seni yang utuh. Contoh struktur seni dalam bidang seni rupa adalah garis,
warna, bentuk, bidang dan tekstur. Bidang seni musik adalah irama dan melodi.
Bidang seni tari adalah wirama, wirasa dan
b.
wiraga. Bidang
seni teater adalah gerak, suara dan lakon.
c.
Tema merupakan
ide pokok yang dipersoalkan dalam karya seni. Ide pokok suatu karya seni dapat
dipahami atau dikenal melalui pemilihan subject matter (pokok soal) danjudul
karya. Pokok soal dapat berhubungan dengan niat estetis atau nilai kehidupan,
yakni berupa: objek alam, alam kebendaan, suasana atau peristiwa yang metafora
atau alegori. Namun tidak semua karya memiliki tema melainkan kritik.
d.
Medium adalah
sarana yang digunakan dalam mewujudkan gagasan menjadi suatu karya seni melalui
pemanfaatan material atau bahan dan alat serta penguasaan teknik berkarya. Tana
medium tak ada karya seni.
e.
Gaya atau style dalam karya seni merupakan ciri
ekspresi personal yang khas dari si seniman dalam menyajikan karyanya. Menurut
Soedarso SP (1987), gaya
adalah ciri bentuk luar yang melekat pada wujud karya seni, sedangkan aliran
berkaitan dengan isi karya seni yang merefleksikan pandangan atau prinsip si
seniman dalam menanggapai sesuatu.
1.5.
Pengertian Nilai Seni
Menurut (Purwadarminto, 1976), kata “nilai”
diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau kualitas. Untuk mempunyai nilai maka
sesuatu harus memiliki sifat-sifat yang penting yang bermutu atau berguna dalam
kehidupan manusia. Dalam estetika, “nilai” diartikan sebagai keberhargaan (worth)
dan kebaikan (goodness).
Menurut Koentjaraningrat,“nilai” berarti suatu ide
yang paling baik, yang menjunjung tinggi dan menjadi pedoman manusia/masyarakat
dalam bertingkah laku, mengapresiasi cinta, keindahan, keadilan, dan sebagainya
Nilai seni dipahami dalam pengertian kualitas yang terdapat dalam karya seni,
baik kualitas yang bersifat kasat mata maupun yang tidak kasat mata.
Nilai-nilai yang dimiliki karya seni merupakan manifestasi dari nilai-nilai
yang dihayati oleh seniman/seniwati dalam lingkungan sosial budaya masyarakat
yang kemudian diekspresikan daam wujud karya seni dan dikomunikasikan kepada
penikmatnya (publik seni).
Menurut The Liang Gie jenis nilai yang melekat pada
seni mencakup:
1) nilai keindahan,
2) nilai pengetahuan, 3) nilai kehidupan.
Nilai keindahan dapat pula disebut nilai estetis,
merupakan salah satu persoalan estetis yang menurut cakupan pengertiannya dapat
dibedakan menurut luasnya pengertian,yakni:
a)
keindahan
dalam arti luas (keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan
intelektual),
b)
keindahan
dalam arti estetis murni, b) keindhaan dalam arti estetis murni,
c)
keindahan
dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan. Keindahan dalam arti
terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan pada prinsipnya mengkaji tentang
hakikat keindahan dan kriteria keindahan yang terdapat di alam, dalam karya
seni dan benda-benda lainnya.
Dalam kecenderungan perkembangan seni dewasa ini,
keindahan positif tidak lagi menjadi tujuan yang paling penting dalam
berkesenian. Sebagai seniman beranggapan lebih penting menggoncang publik
dengan nilai estetis legatif (ugliness) daripada menyenangkan atau memuaskan
mereka. Fenomena semacam ini akan kita jumpai pada karya-karya seni primitir
atau karya seni lainnya yang tidak mementingkan keidahan tampilan visual namun
lebih mementingkan makna simboliknya. “Ugliness” dalam karya seni termasuk
nilai estetis yang negatif. Jadi sesungguhnya dalam karya seni terdapat nilai
estetis yang positif dan negatif.
Pengertian
Ekspresi
Ekspresi adalah proses ungkapan emosi atau perasaan
di dalam proses penciptaan karya seni, proses ekspresi bisa diaktualisasikan
melalui media. Media musik bunyi; media seni rupa adalah garis, bidang dan
warna; media tari adalah gerak, media teaer adalah gerak, suara dan lakon.
Fungsi
dan Tujuan Seni
a. Fungsi Religi/Keagamaan
Karya seni
sebagi pesan religi atau keagamaan. Contoh : kaligrafi, busana muslim/muslimah,
dan lagu-lago rohani Seni yang digunakan untuk sebuah upacara yang berhubungan
dengan upacara kelahiran, kematian, ataupun pernikahan. Contoh : Gamelan yang
dimainkan pada upacara Ngaben di Bali yakni
gamelan Luwang, Angklung, dan Gambang. Gamelan di Jawa Gamelan Kodhok Ngorek,
Monggang, dan Ageng.
b. Fungsi Pendidikan
Seni sebagai media pendidikan misalnya
musik. Contoh : Ansambel karena didalamnya terdapat kerjasama, Angklung dan
Gamelan juga bernilai pendidikan dikarenakan kesenian tersebut mempunyai nilai
sosial, kerjasama, dan disiplin. Pelajaran menggunakan bantuan karya seni.
Contoh : gambar ilustrasi buku pelajaran, film ilmiah atau dokumenter, poster,
lagu anak-anak, alat peraga IPA
c. Fungsi Komunikasi
Seni dapat digunakan sebagai alat
komunikasi seperti pesan, kritik sosial, kebijakan, gagasan, dan memperkenalkan
produk kepada masyarakat. Melalui media seni tertentu seperti, wayang kulit,
wayang orang dan seni teater, dapat pula syair sebuah lagu yang mempunyai
pesan, poster, drama komedi, dan reklame.
d. Fungsi Rekreasi/Hiburan
Seni yang berfungsi sebagai sarana
melepas kejenuhan atau mengurangi kesedihan, Sebuah pertunjukan khusus untuk
berekspresi atau mengandung hiburan, kesenian yang tanpa dikaitkan dengan
sebuah upacara ataupun dengan kesenian lain.
e. Fungsi Artistik
Seni yang berfungsi sebagai media
ekspresi seniman dalam menyajikan karyanya tidak untuk hal yang komersial,
misalnya terdapat pada musik kontemporer, tari kontemporer, dan seni rupa
kontemporer, tidak bias dinikmati pendengar/pengunjung, hanya bisa dinikmati
para seniman dan komunitasnya.
f. Fungsi Guna (seni terapan)
Karya seni yang dibuat tanpa
memperhitungkan kegunaannya kecuali sebagai media ekspresi disebut sebagai
karya seni murni, sebaliknya jika dalam proses penciptaan seniman harus
mempertimbangkan aspek kegunaan, hasil karya seni ini disebut seni guna atau
seni terapan. Contoh : Kriya, karya seni yang dapat dipergunakan untuk
perlengkapan/peralatan rumah tangga yang berasal dai gerabah dan rotan.
g. Fungsi Seni untuk Kesehatan (Terapi)
Pengobatan untuk penderita gangguan
physic ataupun medis dapat distimulasi melalui terapi musik, jenis musik
disesuaikan dengan latar belakang kehidupan pasien. Terapi musik telah terbukti
mampu digunakan untuk menyembuhkan penyandang autisme, gangguan psikologis
trauma pada suatu kejadian, dan lain-lain. Menurut Siegel (1999) menyatakan
bahwa musik klasik menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan yang dapat
merangsang sistem limbic jarikan neuron otak. Menurut Gregorian bahwa
gamelandapat mempertajam pikiran.
Apresiasi
Seni
Apresiasi Seni adalah menikmati, menghayati dan
merasakan suatu objek atau karya seni lebih tepat lagi dengan mencermati karya
seni dengan mengerti dan peka terhadap segi-segi estetiknya, sehingga mampu
menikmati dan memaknai karya-karya tersebut dengan semestinya. S.E. Effendi
mengungkapkan bahwa apresiasi adalah mengenali karya sehingga menumbuhkan
pengertian, penghargaan, kepekaan untuk mencermatikelebihan dan kekurangan
terhadap karya.
Kegiatan apresiasi meliputi :
a. Persepsi
Kegiatan mengenalkan pada anak didik
akan bentuk-bentuk karya seni di Indonesia, misalnya, mengenalkan tari-tarian,
musik, rupa, dan teater yang berkembang di Indonesia, baik tradisi, maupun
moderen Pada kegiatan persepsi kita dapat mengarahkan dan meningkatkan
kemampuan dengan
mengidentifikasi bentuk seni.
b. Pengetahuan
Pemberian pengetahuan sebagai dasar
dalam mengapresiasi baik tentang sejarah seni yang diperkenalkan, maupun
istilah-istilah yang biasa digunakan di masing-masingbidang seni.
c. Pengertian
Membantu menerjemahkan tema ke dalam
berbagai wujud seni, berdasarkan pengalaman, dalam kemampuannya dalam merasakan
musik.
d. Analisis
Mendeskripsikan salah satu bentuk seni
yang sedang dipelajari, menafsir objek yang diapresiasi.
e. Penilaian
Melakukan penilaian tehadap karya-karya
seni yang diapresiasi, baik secara subyektif maupun obyektif.
f.
Apresiasi
Menurut Soedarso (1987) ada tiga
pendekatan dalam melakukan apresiasi yakni : 1). pendekatan aplikatif, 2).
pendekatan kesejarahan, 3). Pendekatan problematik. Pendekatan aplikatif,
adalah pendekatan dengan cara melakukan sendiri macam-macamkegiatan seni.
Pendekatan kesejarahan adalah, dengan cara menganalisis dari sisiperiodisasi
dan asal usulnya. Sedangkan pendekatan problematik, dengan caramemahami
permasalahan di dalam seni. Seorang pengamat akan berbeda dengan pengamat
lainnya dalam menilai sebua pertunjukan seni. Hal ini didasarkan pada
pengalaman estetik, dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
Bahasan kajian dalam mengapresiasi seni pada
tingkatan awal dengan pendekatan aplikatif adalah sebagai berikut:
·
Seni Musik
Klasik
·
Ciri khas
musiknya
·
Bentuk musik
dari zamannya
·
Struktur
musiknya
·
Gaya musiknya
·
Seni Musik
Tradisi
Ciri-ciri
khas musiknya : – Laras
– Pola tabuhan
– Instrumen yang dimainkan
– Struktur musiknya
–
Gaya musiknya
Fungsi
seni
1.
Ekspresif
(nilai-nilai keindahan)
2.
Makna / pesan
yang terkandung
3.
Seni Tari
Kreatif
4.
Mencermati
identifikasi gerak
5.
Mencermati
keharmonisan gerak dan musik
6.
Mencermati
kreativitas gerak
7.
Mencermati
kemampuan wiraga / kelenturan
8.
Mengidentifikasi
jenis tari berdasarkan garapan
9.
Mengidentifikasi
tari berdasarkan orientasi
10.
Mengidentifikasi
berdasarkan fungsinya
Seni
Teater
1.
Mengidentifikasi
perbedaan teater dan film
2.
Mengidentifikasi
keberhasilan suatu pementasan
3.
Mengidentifikasi
nada ucapan dan makna dalam dialog
4.
Mengidentifikasi
plot lakon
Seni Rupa
1.
Makna
2.
Gaya
3.
Material
4.
Elemen
5.
Estetika
Kutipan dari: http://guruvalah.20m.com
Langganan:
Postingan (Atom)