Senin, 22 Agustus 2011

PROFLE TOKOH MUDA LAMPUNG

NAIM EMEL PRAHANA dilahirkan di Desa Kotadonok, Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu pada 13 Desember 1960.  Setelah menamatkan SDN 1 Kotadonok, kemudian masuk melanjutkan di MTsN Kotadonok (3 bulan), meneruskan sekolahnya ke Padang Panjang, Sumatera Barat di SMP Muhammadiyah dan SMPN II Padang Panjang yang ditamatkan tahun 1974. Selama di Padang Panjang, tinggal di rumah pengarang Rivai Ali di Silaing Atas Padang Panjang.
Naim yang nama aslinya Naimmullah ini, setelah silih berganti masuk SMA di SMPPN 52 Lampung di Bandarlampung, kemudian masuk SMA PGRI Curup, dan akhirnya menamatkan sekolah di SMAN Curup, Bengkulu (1979). Kemudian melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta. Pernah kuliah di IKIPN Karangmalang (1 tahun) dan menamatkan kesarjanaannya di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) jurusan Pidana-kriminologi tahun 1985.
Sejak di SMPN II Padang Panjang sudah menulis puisi, dan makin giat menulis ketika kuliah di Yogyakarta, terutama menulis di media massa dalam karya puisi, cerita anak-anak, cerpen, esay, hukum, pendidikan dan lainnya.
Karya-karya puisi yang sudah dihimpun dan dibukukan (diterbitkan) antara lain, Sajak Kaca (1984, bersama empat penyair muda Yogyakarta), Kasih Tuan (1985), Kembang Malam Kembang Kelam (1986), Poros (1986), Puisi Indonesia (1987, DKJ), Bruckkenschlag (1988, diterbitkan dalam bahasa Jerman), Solidaritas (1991, bersama penyair Lampung), Puisi Selatan (1992, bersama penyair Sumatera Bagian Selatan), Nuansa Hijau (1995, Bogor), Sagang (1994, Pekanbaru), Dari Negri Poci 3 (Cirebon), Buku Cerita Rakyat Lampung (jilid 1, 2 dan 3 penerbit Grasindo-Kompas Jakarta, 1988), Buku Cerita Rakyat Bengkulu (jilid 2 dan 3, penerbit Grasindo-Kompas Jakarta, 1988)
Putra asli sukubangsa Rejang yang fanatik dengan agama Islam ini menamatkan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII ) Yogyakarta mengambil jurusan Kriminologi-Pidana. Alamat kantor Harian Lampung Ekspres Jl Urip Sumoharjo No 88 Gunungsulah, Sukarame, Bandarlampung, telp 0721-771715, 771613, 771613. Sebelum bergabung dengan Lampung Ekspres pernah bergabung dengan Mingguan Eksponen dan Suara Muhammadiyah (Yogyakarta), koresponden Skm Swadesi, Simponi, Merdeka Minggu, Kiblat, Estafet (Jakarta), Fakta (Surabaya), Minguan Warta & Niaga, Sku Tamtama (Lampung) dan pernah jadi penyiar di Radio Deimarga Nusa Metro.
                       
Organisasi
1971-1972     : sekretaris Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Ranting  SMP Muhammadiyah Padang Panjang, Sumatera Barat
1972-1973     : ketua IPM Ranting SMP Muhammadiyah Padang Panjang, Sumatera Barat
1976-1977     : Sekretaris OSIS SMPP Negeri 51 Lampung di Bandarlampung, dan ketuanya Indra Karyadi SH
1977-1980     : Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Kotadonok, Kabupate  Rejang Lebong, Curup, Bengkulu
1979-1980     : Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat  Fakultas (Komfak) Hukum UII Yogyakarta
1980-1981     : Ketua Departemen Kader HMI Komfak FH UII Yogyakarta
1980-1982     : Pengurus Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Hukum  (FH) UII Yogyakarta
1982-1983     : Ketua Komisi III Keuangan Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FH UII Yogyakarta
1983-1984     : Koordinator Departemen Kesejahteraan Rakyat (Kesra) SEMA FH UII Yogyakarta
1983-1985     : Ketua Kelompok Mahasiswa Hukum (MT2A) FH UII  Yogyakarta
1983-1986     : Pengurus Dewan Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
1987-kini       : Ketua Studi Intelektual dan Kebudayaan Lampung (SIK)
1987-2004     : Pengurus Keluarga Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Lampung Tengah
1987-2001     : Wakil Ketua DPC PPP Lampung Tengah bersama  Hasyim Idrus
2003-2007     : Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) Kota Metro
2004-2009     : Sekretaris INKAI Cabang Lampung wilayah Timur di  Kota Metro
2004-2009     : Sekretaris Eksekutif Dewan Pimpinan Cabang  Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia  Kota Metro

Organisasi dan Pers
1980-1983     : Anggota Perhimpunan Penulis Muda ‘Insani’ Harian Masa Kini Yogyakarta
1980-1984     : Anggota Pergerakan Penulis Yogyakarta ‘Kreta’ Harian  Berita Nasional Yogyakarta
1980-1985     : Pengasuh Buletin Intimate BPM FH UII Yogyakarta
1980-1984     : Redaksi majalah Keadilan FH UII dan majalah  Muhibbah UII Yogyakarta
1991-1994     : Anggota Wartawan Dirgantara Nasional di IPTN  Bandung
1987-1999     : Pimpinan Harian dan Penyiar Radio Deimarga Nusa di  Metro
1987-1990     : Praktek Pengacara di Metro
1987-2002     : Redaktur/wartawan SKU Tamtama-Lampung Ekspres Plus
1993-1997     : Ketua Seksi Fim, Budaya dan Pariwisata PWI cabang  Lampung
2000-2005     : Ketua PWI Perwakilan Wilayah Timur (Lampung  Tengah, Lampung Timur dan Kota Metro)
1980-1986    : penulis rutin artikel, cerpen, puisi, kolom di media cetak  Nasional maupun daerah, seperti Kompas (info seni), Suara Pembaruan, Perioritas 
                    (almarhum), Media Indonesia, Merdeka, Jayakarta, Suara Karya, Pelita, SKM Swadesi,Simponi, Intijaya, Sentara, majalah Kiblat, Estafet, Hai,
                    Yudha Minggu, SKM Media Indonesia Minggu, dll (Jakarta), Kedaulatan Rakyat, berita Nasional, Masa Kini, Eksponen, majalah Putera
                    Kita,Pusara (Yogyakarta), majalah Bagelan (Solo), Suara Merdeka, Bahari (Semarang), Majalah Fakta, Liberty dan Momarandum (Surabaya),
                    Bali Post, Karya Bakti (Bali), Banjarmasin Post (Banjarmasin), Akcaya (Pontianak), Singgalang dan Semangat (Padang), Sumatera
                    EkspresSriwijaya Pos, dan Suara Rakyat Semesta    (Palembang), Riau Pos dan majalah Bahana (Riau), Waspada, Indonesia Baru, Medan Post 
                   (Medan), Serambi Mekkah (Aceh), Semarak (Bengkulu), Lampung Post, Warta & Niaga, Tamtama (Lampung) dan surat kabar harian,
                   mingguan serta majalah lainnya.
Kebudayaan
1980-1984      : Pimpinan teater Lataah FH UII Yogyakarta
1980-1985      : Tergabung dalam teater UNISI UII Yogyakarta
1980-1986      : Koordinator Himpunan Penulis Pengarang dan Penyair Nusantara (HP3N) kordinat Yogyakarta.
1983-1996      : Pengurus Dewan Kesenian Lampung (DKL) di  Bandarlampung
1996-1999      : Ketua Dewan Kesenian Lampung Cabang Lampung Tengah
1996-     : Mengikuti acara 100 tahun wafatnya pujangga Raja Ali   Haji di Pulau Penyengat, Riau Kepulauan
1997-     : Duta budaya Indonesia ke Eropah dan Amerika Latin

1980-sekarang : masih aktif di dunia kesenian

PROFILE WARTAWAN


ZULFIKAR FUAD lahir di Lampung 26 Oktober 1978, putra asli Lampung, beragama Islam dan belum menikah. Pendidikan  Ilmu Komunikasi Unila. Alamat rumah Jl Negara 64A Yukumjaya, Bandarjaya, Lampung Tengah, Telp 0725-26899. Alamat kantor Perwakilan Majalah Berita Garda Helonjaya Building Jl Teuku Umar 62 Bandarlampung  Telp 0721-782544, 782546 Nomor KTA : 08.00.0008.99.CA. Daftar profesi jurnalistiknya di beberapa media, antara lain pernah bergabung dengan Lampung Post, Lampung Ekspres dan Koridor. Terakhir sebagai wartawan sekaligus kepala perwakilan majalah berita Garda di Lampung.

EDY RIBUT HERWANTO dilahirkan pada 24 Mei 1974 di Blitar, Jawa Timur, beragama Islam dan sudah menikah. Pendidikan        D-II Jurnalistik Universitas Terbuka. Alamat rumah di Margamulya, Margamulya, Sukadana Lampung Timur, Alamat kantor Harian Lampung Post Biro Metro Jl Imam Bonjol 1 Hadimulyo BD 22 Metro  Telp 0725-47275 Nomor KTA  08.00.0041.99.CA. Sebelum jadi reporter Lampung Post di Lampung Tengah, Edy Ribut bergabung dengan Skm Sumatera Post.   

DENCIK EFFENDI M dilahirkan di Palembang pada 16 Oktober 1955 dari keluarga Islam berstatus sudah menikah, pendidikan  terakhir STM di Palembang. Alamat rumah Jl Kedondong 7 Yosodadi 21B Kota Metro Telp 0725-42643. Alamat kantor Jl Jend Sudirman (depan PN Kotabumi) Telp 0724-24186, 24088 Nomor KTA 08.00.4420.93.B.96. Sebelum bergabung dengan Skm Jaya Ekspres (Kotabumi), pernah bergabung dengan Sumatera Ekspres, Suara Rakyat Semesta, Berita Ekspres (Palembang)

EMBUN PUTRANTO lahir pada 18 Juli 1973 di Purbalingga, Jawa Barat dari keluarga Islam dan sudah menikah. Pendidikan yang lagi ditempuh saat ini di perguruan tinggi di Metro. Alamat rumah Perumahan Prasanti Blok B2 No 6 Kota Metro. HP 08127904169. Alamat kantor Jl Sultan Agung 18 Kedatong, Bandarlampung, Telp 0721-789750, 789751. Nomor KTA dalam proses. Sebelum bergabung dengan Harian Radar Lampung, Embun Putranto malang-melintang di dunia kepenyiaran radio swasta, tepatnya di Radio Deimarga Nusa Metro.

SYAMSUL ARIFIN lahir pada 9 Mei 1968 di Gisting, Tanggamus dari keluarga Islami dan kini sudah menikah. Pendidikan terakhirnya Fakultas Ushuludin UMM Metro. Saat ini tinggal di Margogoto, Kecamatan Metro Kibang, Lampung Timur. Alamat kantor Jl Pattimura 7A Kota Metro. Sebelum bergabung dengan Tabloid JaMUS, Syamsul pernah bergabung dengan Sku Tamtama dan Harian Lampung Ekspres.

MUHAMMAD MA’RUF dilahirkan di Metro, 12 Oktober 1973 beragama Islam dan sampai kini belum menikah. Pendidikan saat ini sedang menyelesaikan kuliahnya di sebuah PT di Metro. M Ma’ruf masih tinggal dengan orangtuanya di Jl Kol II No 27 RT 085/025 15A Kampus Metro, sedangkan alamat kantornya di Jl Sultan Agung 18 Kedaton, Bandarlampung telp 0721-789750, 789751. Sebelum bergabung dengan Harian Radar Lampung, M Ma’ruf pernah menjadi pemasaran koran Lampost, reporter Skm Dayu Ekspres dan Skm Handal.

Toni Eka Chandra


PROFILE TOKOH MUDA LAMPUNG
Toni Eka Chandra dilahirkan di Tanjungkarang, 11 April 1963 adalah anaka dari pasangan suami isteri bernama H Mansyur Ramlan (Alm) dan Ibu Siti Rohana Ristiati dari keluarga taat agama  Islam dan perkerjaan Anggota DPRD II Bandarlampung, Direktur CV Bina Nusantara Transport.
Di organisasi memangku jabatan  Ketua DPD KNPI TK I Lampung, Wanhat PD III GM FKPPI Lampung, Sekretaris GM Kosgoro Lampung, Pengurus DPD Golkar Tk II Bandarlampung, Alamat Rumah Jl Way Kanan No 15 Pahoman Bandarlampung 25213 Telp (0721)  253897. Alamat Kantor Jl Dr Susilo No 2A Bandarlampung 35214 Telp (0721) 252441 Jl Sukarno-Hatta No 170 Bandarlampung 35144 Telp (0721)  707557

Pengalaman Organisasi:

---------------------Ketua Osis SMA II Bopkri Yogyakarta
1982--------------  Sekretaris SM FP Unila 1983, Ketua Brigade AMPI Bandarlampung
1983--------------  Ketua Komis C BPM FP Unila
1983        ----------   Ketua Departemen TPKP HMI Cabang Lampung
1984    ----------   Wakil Ketua Fokusmaker Lampung
1985—1987         Ketua I Karang Taruna Fakta Pahoman,
1986—1989         Dewan Kehormatan Ambalan Gudep 17 Paksi Jaya Sakti 
1987--------------  Dewan Penasihat "Ophida" sofball Team
    Wakil Sekretaris DPD AMPI Bandarlampung,
1986-------------   Ketua BKPK Dekopinda Bandarlampung 
1987-------------- Wakil Ketua Satgas Golkar Bandarlampung, jurkam Golkar. 
1988—1991        Ketua PD III FKPPI Lampung 
1989—1994        Ketua Viro Pemuda DPD Golkar Tk I Lampung  
1988—1994       Wanhat DPD KNPI Lampung  
1989—1994       Wanhat AMPI Lampung  
1991—1998       Wanhat PD III FKPPI Lampung 
1991—1996       MPO GM Kosgoro Lampung  
1991—1994       Ketua Dep Jasa dan Perhubungan Hippmi Lampung 
1994—1997       Ketua Kompatemen Pembinaan Pengembangan Hipmi Lampung 
1998—2001       Wakil Ketua BPD Hipmi Lampung 
1997—2002   
1992—1997      Anggota DPRD II, Ketua Organda, Wakil Ketua PDK Bandarlampung 
1994—1997      Pengurus PMI Bandarlampung 
1997—2000      Ketua Bidang Organisasi Pengcab Forki 
1994—1997      Wakil Ketua DPD KNPI Lampung 1994-1997,
1996—2000      Sekretaris DPD GM Kosgoro Lampung  
1998—2001      Ketua KNPI Lampung .
 


*) Lampung Ekspres/pm-18)

Widoko


 PROFLE SENIMAN
Lahir 4 Desember 1970 di Kotagajah, Lampung Tengah
Sejak SMA sudah aktif berkesenian. Petualangan keseniannya
Membawa pemuda berambut gondrong ini menjadi pimpinan
Teater Kombor Kotagajah.
                                             Perjalanan keseniannya, khususnya dunia teater membawa        
                                            Widoko ke berbagai kota untuk mengikuti workshop, lomba      teater dan sekaligus menimba ilmu kesenian dan teaternya.
Kini, Widoko bersama Teater Kombor berbasecamp di Kotagajah, mempunyai kegiatan lain seperti berdagang dan kerja kreatif lainnya.

A m z a r


 PROFILE  WARTAWAN
Pria kelahiran tahun 1934 di Desa Sikapak
 Kecamatan Pariaman UtaraKabupaten Padang Pariaman
Sumatera Barat dengan nama aslinya Amiruddin Zakaria
yang disingkat dan lebih dikenal di dunia
 jurnalisme Indonesia dengan nama Amzar.
Amzar memang petualang, bersekolah
pada Sekolah Desa (SD) di Sikapak, namun tidak ia selesaikan.
 Pada tahun 1940 merantau ke Desa Surkam Kanan, Sibolga, Sumatera Utara.

Di desanya itu Amzar kembali masuk Sekolah Desa, lagi-lagi tidak ia selesaikan, karena ingin merantau ke Sungai Sirah, Pariaman  dan tahun 1942 masuk lagi sekolah SD yang hanya bertahan sampai kelas 4. Tahun 1948 Amzar merantau ke Payakumbuh, di kota itu ia masuk kelas 5 sampai kelas 6. Ia menghentikan sekolah karena Agresi ke II Belanda. Dua tahun kemudian, yakni 1950 Amzar muda pergi ke Pekanbaru, Riau, kemudian 1951 pergi lagi ke Medan. Di kota Medan Amzar berjualan rokok dipinggir jalan.
Pada tahun 1952 ia masuk sekolah SMP Kesatria Medan sampai kelas 2, lalu 1953 berangkata ke Jakarta dengan beban sebagai penagguran. Tak tahan menganggur di Jakarta tahun 1954 kembali ke Payakumbuh masuk SMP Taman Siswa kelas 3. Setahun kemudian 1955 masuk lagi kelas 3 bagian B dan 1956 ikut ujian extraning dan dinyatakan lulus. Pada tahun 1956 itu Amzar lulus ujian bagian A, B.
Pada 1957 Amzar menjadi guru di SMP Taman Siswa Payakumbuh, setahun kemudian 1958 karena pergolakan PRRI Amzar bertemu dengan Wahono, tahun itu juga ia lulus ujian SMA bagian C di Payakumbuh. Pada 1959 mengajar selama 1 tahun di SMP Taman Siswa Payakumbuh bidang sejarah, Bahaasa Indonesia, Ilmu Dagang dan Olahraga, akunya ketika diwawancarai.
Pada tahun 1960 Amzar mendaftar di Universitas Andalas di FKIP, pendidikan itu ia tempuh hanya 1 tahun karena terjepit masalah ekonomi. Kuliahpun dipaksa-paksakan yang akhirnya tahun 1962 terpaksa droup out. Setelah mengalami berbagai rintangan hidup yang berpindah-pindah, Amzar menjual sebuah sepeda, beberapa buku untuk ongkos pergi ke Medan. Di Medan ia melaporkan ke Taman Siswa. Tapi, ia tidak diterima, kecewa itulah membawa Amzar pergi ke Pangkalan Brandan mencari orangtuanya. Sesampai di Pangkalan Berandan, ia bertemu orangtuanya yang juga tengah mengalami keruntuhan ekonomi. Lalu, Amzar pergi ke Tebingtinggi pada bulan Agustus 1962. Di Tebingtinggi ia menemui pimpinan Taman Siswa di sana. Karena untuk mencari sesuap nasi, maka Amzar diterima sebagai guru. Pekerjaan itu ia jalani selama 4 tahun.
Sebab pada tahun 1966 Amzar kembali mengarungi hidup di Jakarta dan tinggal di Jatinegara di tempat teman sekampungnya yang bekerja sebagai penjahit. Di situ, aku Amzar ia menganggur total. Kemudian mengajajar di SMA Tarunajaya Kwitang antara tahun 1967-1968. Masa-masa itulah ia mulai mengenal dunia tulis menulis di Harian Operasi yang beralamat di Kebon Sirih (Sekarang kantor PWI Pusat ). “Saya  kenal pimpinan redaksinya waktu itu adalah Bachtiar Djamili (1969)”.
Pengalaman pertama Amzar menjadi penulis berita pada tahun 1969 meliput khutbah setiap hari Jumat di Masjid Al-Azhar Kebayoran dan berita liputannya dimuat setiap hari Senin. Untuk menguraikan isi khutbah, Amzar menjual celana untuk membeli buku tafsir. Akhir tahun 1969 setelah Konferensi Taman Siswa di Jakarta ia pergi ke Bali dan awal 1970 ia sudah kembali lagi ke Jakarta. Selama di Bali Amzar terus mengirimkan berita liputan dari Bali ke Harian Operasi dan Suara Karya. Tak lama di Jakarta awal 1970, Amzar berangkat ke Lampung dan tinggal dengan Iwal Burhani (Kepala Perwakilan Harian Operasi di Lampung ).
Iwal Burhani itulah yang mengenalkan saya kepada para pejabat dan pergi ke semua pelosok Lampung, ujar Amzar mengenang perjalanan hidupnya di Lampung. Pada tahun 1970 diajak oleh Iwal Burhani mengikuti Kongres PWI di Palembang. Ongkos ke Palembang diberikan oleh Bupati Lampung Tengah, Sayuti sebesar Rp 30.000,- (Rp Rp 3.000.000,- sekarang). Dan uang itu merupakan imbalan atas tulisan Amzar tentang Desa Sritedjo Kencono.
Pada tahun 1970 itu juga Amzar menjadi wartawan Harian Indonesia Raya dan kartu persnya ditandatangani oleh Muchtar Lubis sewaktu di India. 1971 Amzar menetap di Tanjungkarang dan tidur di Kantor PWI lama. Menjadi wartawan Harian Indonesia Raya sejak 1970 sampai 1974, karena koran itu dibredel oleh pemerintah. Pada tahun 1970-an Amzar bergabung dengan harian Sinar Jaya ( Sinar Tani sekarang). Dasar petualangan, pada tahun 1971 selama 6 bulan menetap di Lahat, Sumatera Selatan, selama itu pula membuat Novel berjudul Gelora Batu Nisan sebanyak 75 episode yang dimuat di surat kabar AB Palembang. Karya itu, ujar dia pada penulis ditulis di Jakarta tahun 1970 setelah kongres PWI di Palembang. Amzar yang tahu persis surat kabar Pusiban dengan pimpinannya Solfian Akhmad, Bhayangkara ( J Kusri ), Independen ( A Fuad ), Lensa (Solihin Bukujadi), Lensa Generasi (Adjiz Kasim), Warta Niaga (Martubi ) dan Rajabasa Pos (Lubis). Semua surat kabar tersebut telah diarsipkan oleh Amzar di rumahnya bersama surat kabar lainnya.
Antara tahun 1978-1988 Amzar menjadi wartawan LKBN Antara di Lampung, kemudian keluar dari Antara (1988), kembali bergabung dengan Sinar Tani Jakarta hingga sekarang. Dari hasil petualangan, karya-karyanya yang dimuat di hampir seluruh surat kabar di Sumatera dan Jakarta, Amzar mengabadikannya melalui pembangunan rumah tempat tinggal, sekaligus tempat usahanya bersama keluarga di bilangan Jalan Jenderal Sudirman Yosodadi 21A Kota Metro. Tahun 2000 Amzar menerbitkan buletin Mutiara Metro.Karena merasa cocok di Metro, tahun 1981 ia pindah ke Metro dan tinggal di dekat Masjid Al-Mujahidin Yosodadi. Saat ini Amzar yang nikah tahun 1977 dan dikaruniai 4 anak, dua diantaranya meninggal saat Amzar tinggal di Telukbetung.
 

*) Naim Emel Prahana : Wawancara dengan Amzar  pada hari Sabtu, 25 November 2000 pukul 15.30—17.00 WIB

Kota Metro


Kota Metro
 



PEMERINTAH
Sejarah Singkat                     
Bulan September 1902 Pemerintah Hindia Belanda memberi instruksi kepada Asisten Residen Sukabumi bernama HG
Heyting. Instruksi itu berupa beslit tanggal 30 September1902 No 17. Isinya untuk mempelajari kemungkinan pemindahan
rakyat di Pulau Jawa ke daerah seberang seberang (pulau-pulau di luar pulau Jawa di seluruh Nusantara ) Pada  bulan
Desember 1903 keluarlah rencana anggaran dari HG Heyting untuk penyelenggaraan kolonisasi (pemindahan penduduk) di 5
daerah di Jawa dan 6 daerah di luar Jawa. Rancangan anggaran yang dibuat HG Heyting sebesar f 7 miliun. Maka dicobalah
program kolonisasi rakyat Kedu ke Banyuwangi tahun 1905. Namun, rencangan anggaran yang diajukan HG Heyting dalam
sidang diparlemen Belanda November 1904 masalah kolonisasi rakyat Kedu ke Banyuwangi mendapat tantangan dari 2
anggota parleman, yaitu anggota Tweede, bernama Cramer dan Fock. Kedua anggota  Tweede itu menolak dengan alasan
sejak lama lama kolonisasi di Hindia Belanda berjalan tanpa bantuan pemerintah, yaitu perpindahan rakyat Kedu ke Madura.
Rancangan HG Heyting akhirnya diterima oleh parlemen Belanda, namun kolonisasi rakyat Kedu ke Banyuwangi tak pernah
terlaksana.
Kemudian anggaran yang sudah disetujui akhirnya dialihkan untuk penyelengaraan kolonisasi ke luar Jawa. Daerah yang
diplih adalah Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung dan Palembang. Setelah diadakan penyelidikan, maka program kolonisasi
ke luar Jawa yang pertama jatuh ke daerah Lampung, yaitu ke Gedongtataan dalam  ke residenan Lampung. Gedongtataan
yang tidak jauh dari Telukbetung itulah dijadi kan sebagai peringatan hari pertama kolonisasi di Hindia Belanda pada tahun
1905. Pada tahun 1932 dikirim lagi kolonis dari Jawa ke Tanjungkarang dan Sukadana. Lokasi kolonis di Sukadana adalah di
Gedong Dalam yang luasnya 47.000 bau. Mengenai kolonisasi ke Sukadana, maka yang memutuskan semua persoalannya
adalah marga-marga yang ada, terutama setelah adanya rapat marga Oenyi dan Boeai Nuban 17 Mei 1937 di Sukadana. Sejak
awal kolonisasi di Sukadana oleh pemerintah Hindia Belanda dimasukkan ke dalam hubungan marga seperti juga di Ulu Belu,
Tulung Boho Way Kerap, Tulung Seribu dan lainnya. Kolonisasi di Sukadana dalam perjalanannya kurang mendapat
perhatian dari pimpinan marga, akibatnya banyak diantaranya mereka menjadi buruh di perkebunan-perkebunan dan
akhirnya mereka lebih banyak berdomisili di sekikitar perkebunan yang ada.
                                                                 
Dasar Pembentukan              : UU No 12 Tahun 1999
Luas Wilayah                         : 68,74 Km2
Kecamatan                              : 2 Kecamatan,  yaitu Bantul dan Kota Metro
Desa Definitif                         : 6 Desa
Kelurahan                               : 6 Kelurahan
Lingkungan                            : 53 Lingkungan
Dusun                                      : 43 Dusun
Penduduk                                : 120.421 Jiwa atau 25.150 KK
Kepadatan Penduduk            : 3.404 jiwa / Km2
Agama                                     : - 91.697 Islam
 -   7.292 Katholik
 -   5.373 Protestan
                                                   -   3.233 Budha
                                                   -      334 Hindu

Sarana Ibadah                        : -   89 Masjid
                                                   - 135 Langgar
                                                   -   31 Mushallah
                                                   -     7 Gereja
                                                   -     3  Pure
                                                   -     1 Vihara
Mata Pencarian Penduduk : - 55,67% pertanian
                                                  - 16,71% perdagangan
                                                  - 10,05% industri pengolahan
                                                  - 11,03% jasa
                                   
Pemekaran Kecamatan         : -  5 Kecamatan
                                                    - 22 kelurahan

Walikota Metro                       : Periode 1999-2004 : Drs Mozes Herman
                                                                                        Lukman Hakim (Wakil Walikota)
                                                   : Periode 2004-2009 : Lukman Hakim
                                                                                        Djohan SE (Wakil)
                                                   : Periode 2010-2014 : Lukman Hakim
                                                                                        Saleh Chandra Pahlawan (Wakil Walikota

Jejak Sejarah



1856              VOC berhasil memadamkan perlawan Radin Intan II
1889              Untuk pertama kalinya modal asing masuk ke Lampung melalui pembukaan perkebunan karet dan kopi di daerah
                     Onder Afdeling Telukbetung.
1893             Modal asing masuk di daerah Way Rate
1899             Modal asing masuk di daerah Sungai Langka
1900             Sekolah Rakyat (SR) pertama didirikan di Telukbetung dan Menggala
1902              Jaringan kereta api di Lampung mulai dibangun
1905             Penduduk Lampung sebanyak 156.518 orang, terdiri dari 486 China, 108 Arab, 155.080 orang Indonesia dengan
                    komposisi 79.888 pria dan 75.192 perempuan ). Dengan jumlah penduduk demikian kepadatang penduduk per
                    kilometer hanya 5 orang. (Encyclopedia van Nederlands Indie, 1905)
1905            Agama masuk ke Lampung bersama program kolonisasi di Gedongtataan.
1912            Rel kereta api Palembang – Telukbetung – Panjang selesai dibangun.
1913            HA Marzuki mendirikan Serikat Islam (SI) di Kotabumi dan Menggala 
1913           HM Soehaili mendirikan SI di Telukbetung dan menjadi ketuanya  
1914           HA Marzuki (warga Menggala asal Makasar ) mendirikan SDI di Kotabumi di Menggala tahun 1913
1914           Sutan Akbar mendirikan SI di Negara Tulangbawang
1921           Sarikat Islam (SI) berdiri di Sukadana
1928           Pemerintahan Hindian Belanda secara resmi membentuk Marga di Lampung berdasarkan Inlandsch Gemeente
                  Ordonantie Buitengewes (IGOB).
1928          Anak didik Bung Karno, A Rauf dan Kamaruddin melakukan persiapan  untuk mendirikan PNI di Lampung.s
1929          Lampung secara resmi dikembangkan jadi 5 daerah Onder Afdeling dengan Staatsblad tahun 1929 No 362.
1930         Penduduk Lampung berjumlah 362.000 jiwa (belum termasuk penduduk yang mendiami daerah Krui seluas 7.000
                 Km2, sebab Krui resmi masuk keresidenan Lampung baru tahun 1950.
1932        Pemerintahan Hindia Belanda mengirimkan dan menempatkan kolonisasi sebanyak 5.000 kolonis pertama di
                Lampung Tengah di Gedong Dalam dengan luas lokasi 47.000 bau dan yang dapat diairi seluas 30.000 bau.
1932        Belanda mengeluarkan undang-undang sekolah liar (  wilde schoalen
                ordonantie ( WSO )
1933        Pondok Pesantren pertama didirikan di Pringsewu oleh Haji Gholib.
1935         - Desa Induk Trimurjo dibangun
                 - Dimulainya pembuatan saluran irigasi pertama di Trimurjo denga sumber air diambil dari Way Sekampung.
20-08-1936-Irigasi Trimurjo mulai dialiri air
17-05-1937 Rapat marga Oenyi dan Buai Nuban di Sukadana yang isinya melakukan pemisahan hubungan Marga dengan
                    Kolonis.
09-06-1937 Nama desa induk Trimurjo diganti dan dipindahkan ke Metro, yang kemudian dijadikan tempat kedudukan
                    asisten wedana.
1937           - Jumlah kolonis di Sukadana mencapai 6.176 jiwa kolonis baru pindah.
                   - Pencetakan sawah seluas 45.000 hektar di Sukadana.
1938          Di Sukadana dibuka 2 klinik yang dipimpin oleh mantri jururawat dari Departemen Kesehatan, dan 1 klinik
                  kepunyaan Roomsch Katholieke Missie sudah juga dibangun di Metro. Sebelumnya di Metro sudah ada sebuah
                  rumah sakit kepunyaan RK Missie.
1939          Di Metro ibukota Sukadana dibuka kebun ibit oleh Jawatan Penerangan Pertanian seluas 17 hektar yang terkenal
                  dengan sebutan Landbouw-voorlichtingsdienst)
1940         Di Sukadana dan Metro sudah ditempatkan 1 orang kontrolir, 1 orang insinyur, 2 dokter pemerintah, 13 mantri
                 malaria, 80 petugas pembagi kinine, 2 pembantu klinik, 1 bidan. Dan sudah ada pasar yang besar, kantor pos, 
                pasangrahan, masjid dan listrik.
14-  Februari 1942       Balatentara Jepang memasuki Lampung dari Palembang yangdidudukinya.
……Juli         1942     Secara resmi Marga-Marga di Lampung dihapuskan berdasarkan ketetapan Residen Lampung 3  
                                    September 1952 No 153/D/1952dan diperbaiki tanggal 20 Juli 1956. Nama Marga diganti dengan
                                    Negeri.
1946        Orang-orang Tapanuli Utara mengembangkan agama kristen protestan di Lampung
1963         Seluruh Kewedanaan di Indonesia dihapuskan berdasarka Keppres 22/1963, dan namanya diganti  dengan
                 provinsi
1964         Lampung disahkan menjadi sebuah provinsi terpisah dari provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Peperpu No
                3/1964 yang kemudian disahkan menjadi UU No 14/1964 dan secara resmi  menjadi provinsi.
1971        Pemerintahan Negeri dihapuskan berdasarkan SK Gubernur Lampung/KDH Provinsi Lampung tanggal 15
                November 1971 No A/6002/VII.1/1971 dan tanggal 10 Februari 1972 No H/11/70/I/181/TP/1972. Pemerintahan Negeri
                diganti dengan Kelurahan / Desa/Kampung.

Redho Akbar Pimpin PSSI Metro


Metro—Dengan suara bulat, semua pimpinan klub sepakbola se Kota Metro memilih dan menetapkan dr A Ridho Akbar sebagai Ketua Pengurus Cabang Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (Pengcab PSSI) Kota Metro perode 2011—2015.
Ridho terpilih secara aklamasi untuk menduduki jabatan tertinggi di Pengcab PSSI Kota Metro setelah dalam Musyawarah Cabang (Muscab) PSSI Kota Metro, Minggu (21/8) di Aula Pemkot Metro.
Muscab PSSI Kota Metro kemarin di samping diikuti sekitar 20 klub d kota itu, juga dihadiri wakil dari Pengprov PSSI Lampung, Sugi dan kawan-kawan dan Sekum KO-KM (Koni, red) , Naim Emel Prahana.
Dalam sambutan pada pembukaan Muscab PSSI Kota Metro itu kemarin, Sekretaris Umum (Sekum) KO-KM menegaskan, pihaknya sangat mendukung terlaksananya Muscab PSSI setempat.
Mengingat, kata Naim sejak lama pihaknya menginginkan adanya perubahan komposisi kepengurusan PSSI Kota Metro, yang masih sangat lemah legalitas personil pengurusnya maupun status kepengurusannya sendiri.
“Dengan adanya Muscab ini, kita mengharapkan semua, bahwa tidak ada lagi yang nama organsasi olahraga di Metro hanya dijadikan projek pihak-phak tertentu saja,” tegas Naim.
Sementara itu Pengprov PSSI Lampung, Sugi juga memberikan support kepada pelaksanaan Muscab PSSI Kota Metro, yang nantinya akan mendapatkan legalitas dar Pengprov untuk melaksanakan tugas di masa akan datang.
Namun, kita harus memperhatikan AD/ART PSSI sebagai pedoman kerja dan berorganisasi di lingkungan PSSI. Untuk itu, setelah Muscab ini, PSSI Kota Metro perlu mengadakabn rapat kerja atau pertemuan, untuk menetukan  dan  menetapkan program-program kerjanya.
Muscab PSSI Kota Metro kemarin sempat tmbul gejolak dari peserta, karena Pengcab PSS Kota Metro yang lama, d samping tidak kelihatan sama sekali, juga tidak ada laporan pertanggungjawaban (LPJ) secara tertulis di arena Muscab.
Apalagi ketika pimpinan sidang, Ridho Akbar mengatakan, kalau acara pokok LPJ pengurus lama mau diterima dengan catatan atau ditolak dengan syarat apa, kenyataannya LPJ itu sendiri kita tidak pegang.
Para peserta Muscab akhirnya sepakat untuk menjatuhkan sanksi kepeda pengurus Pengcab PSSI yang lama karena dinilai tidak dapat memberikan pertanggungjawaban sebagaimana mestinya.
Kemudian, mereka menyerahkan sepenuhnya kepada pengurus terpilih nantinya, untuk memberikan rekomendasi penjatuhan sanksi melalui Pengprov PSSI Lampung, usulan itu tidak terlepas dari saran dan masukan yang disampaikan Sekum KONI Metro, Naim Emel Prahana.
Menurutnya, sanksi dan kesalahan apa yang sudah terlihat, semuanya belum jelas. Memang, pengurus lama tidak memberikan LPJ, tetapi forum Muscab ini dapat merekomendasikan kepafda pengurus baru yang akan terbentuk, untuk meminta secepatnya LPJ pengurus lama.
“Apapun bentuknya, semuanya harus melalui mekanisme organisasi yang ada ditubuh PSSI,” ucap Naim. (RD-10)

Selamatkan Diri Anda Dari Ancaman Narkoba





Metro Timur--Sindikat narkoba tidak pandang bulu siapa korban mereka. Bagi mereka adalah uang, kebebasan dan perdagangan dalam konteks kehdupan bebas yang terus mereka gelorakan sesama anggota sindikat. Oleh karenanya, kepada mahasiswa dharapkan mampu membentengi diri masing-masing serta menyelamat arti kehidupan bersih tanpa narkoba.
Hal itu dikatakan tokoh pemberantasan Narkoba Lampung, Naim Emel Prahana SH, Senin (22/8) kemarin di halaman kampus Universitas Muhammadyah Metro (UMM) dihadapan sekitar 2.000 mahasiswa baru UMM.
Dengan jelas, Naim yang erat dpanggil dengan Bang Nam itu mengatakan, tdak seorangpun yang mampu mengklaim dirinya mampu menghadapi pengaruh sindikat prerdagangan narkoba.
Baik mereka yang tinggal di kota besar maupun di pelosok pedesaan, belum akan terbebas dari pengaruh dunia gemerlapan narkoba. Sebab, dengan berbagai cara mereka akan melakukan apapun yang penting barang mereka (narkoba, red) dapat menyebar di tengah masyarakat.
Sindikat narkoba, bukan organsasi biasa. Akan tetapi merupakan organsasi yang sangat rapih dan profesional, dengan kekuatan uang dan jaringan sindkat seperti sarang labah-labah. Setiap langkah kita selalu mereka intai, kata sekretaris Granat Kota Metro itu.
Dtambahkannya, belum ada wlayah yang bisa dikatakan aman dan bebas dari ancaan narkoba, dari Jakarta sampai pedesaan terpencil. Saat sekarang dirambah sindijat narkoba.
Naim mengingatkan, jika benteng diri tdak kuat, niscaya pengaruh buruk narkoba akan menelan sapa saja yang tergiur dehngan barang haram narkoba tersebut.
“Untuk itu siapkan diri kita untuk menyelamnatkan diri kita dari ancaman serius narkoba,” tegas Naim dihadapan civitas akademca UMM Metro kemarin.
Menanggapi berbagai pertanyaan para mahasiswa yang bernada pesimis dengan aparat  penegak hukum dan menanyakan kenapa pemerintah tidak menghancurkan saja pabrik minuman keras dan pertanyaan lainnya.
Wakil Sekretaris BNN Kota Metro itu menjelaskan, persoalan narkoba tidak akan ada artinya jika kita saling menyalahkan, apalagi melihat banyaknya oknum anggota yang terlibat, lalu kita pesms untuk menegakkan hukum, “ itu salah!” kata bang Naim.
Mari kita mulai dari diri kita, apapun yang terjadi dengan penegakan hukum d Indonesia, apapun yang terjadi dengan politik pemerintah terhadap pabrik-pabrik minuman keras. “Kita harus tetap menyelamatkan generasi muda dari bahaya narkoba,” tekan bang Naim kembali.
Akhirnya, Naim menyambut baik adanya materi kuliah umum tentang narkoba demikian, karena persoalannya sangat kompleks. Sebagaimana telah di firmankan oleh Allah SWT dalam QS: Al Maidah : 90, Ya Ayyuhal ladzina aamanuu innamal khomru wal maisiru wal anshoobu wal azlaamu rijsum min’amalisy syaithon fajtanibuuhu la-allakum tuflihun innama yuriidusy syaithoonu an yuuqi’a bainakumul ‘adaawata wal baghdhooa fil khomri wal maisiri wa yashuddakum ‘an dzikrillahi wa anish sholaati fahal an-tum muntahuuna.
“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras (miras), berjudi, berkurban untuk berhala dan mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan syaithan . Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu, agar kamu mendapat keberuntungan.”
Kan sudah jelas, lanjut Naim sambil menyebut beberapa ayat dalam Alquran tentang haramnya minuman keras dan narkoba. (RD-10)