GERBANG - Pintu Masuk Desa Buana Sakti
Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur
dari ibukota Kecamatan
SDN 2 Buana Sakti yang dibangun tahun 1972
kondisinya saat ini memprihatinkan, tidak pernah
dapat bantuan rehab, atau dana bantuan lainnya.
KETERANGAN GAMBAR
TERBENGKALAI—SDN 2 Buana Sakti Kecamatan
Batanghari, Lampung Timur yang sudah berusia 38 tahun, kini kondisinya sangat
memprihatinkan akibat tidak ada bantuan dari pemerintah seperti terlihat pada
gambar yang diambil Selasa (19/1) kemarin. FOTO: naim ep/LE
Batanghari - Pemerintah Kabupaten Lampung Timur boleh diibaratkan
“tidak adil” memperhatikan dunia pendidikan di daerah itu. Ketidak adilan
perhatian itu terlihat di beberapa SDN yang mengalami rusak berat dan tidak
pernah mendapat bantuan.
Sementara, SD yang dekat dengan jalan besar, selalu
mendapat bantuan untuk membangunan lokal atau ruang baru maupun sarana dan
prasarana lainnya.
Salah satu SD Negeri di Lampung Timur yang tidak mendapat
perhatian adalah SDN 2 Buana Sakti Kecamatan Batanghari yang berjarak sekitar 3
– 4 km dari ibukota kecamatan Batanghari, Banarjoyo.
SDN 2 Buana Sakti dibangun tahun 1978 dengan 4 lokal untuk
belajar. Kemudian pada tahun 1982 dibangun lagi 2 lokal/ruang belajar yang beratapkan
seng.
Saat ini bangunan SDN 2 Buana Sakti sangat
memprihatinakan, pintu-pintu ruang belajar (kelas) dibuat alakadar dari papan
yang juga disugu alakadarnya. Plafon ruang, termasuk ruang guru, juga sudah
sangat usang, hanya berulang-ulangkali dikapur (dicat dengan kapur).
Sekolah yang berdampingan dengan Balai Desa Buana Sakti
itu, benar-benar butuh perhatian pihak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Lampung Timur.
Sebab, belum ada bantuan dana DAK atau dana untuk merehab
bangunan SDN 2 Buana Sakti. Seentara SDN-SDN di Banarjoyo – ibukota Kecamatan
Batanghari, hampir setiap setengah tahun dapat bantuan.
Saat ini SDN 2 Buana Sakti memiliki 9 orang tenaga
pendidik, 3 orang di antaranya adalah guru honor.
“Jadi, guru di sini hanya 6 orang,” kata salah seorang
guru di sekolah itu kepada LE, Selasa (19/1) kemarin di sekolah tersebut.
Sementara itu, Kepala SDN 2, Sunaryo, SPd saat LE
berkunjung ke sekolah itu sedang ke kantor KPD untuk memperbaiki nama-nama
muridnya.
“Karena ada nama murid yang sudah dikirim ke Jakarta,
tidak sesuai dengan nama di akta kelahirannya,” ujar seorang guru yang enggan
disebutkan namanya.
Dari pemantauan langsung LE di SDN 2 Buana Sakti, terlihat
jelas plafon bangunan yang dibangun tahun 1982 terdiri dari 2 lokal dan di
belakangnya dibuat ruang UKS, sudah hancur dan tinggal tulang-tulang plafon
yang terlihat.
Ada informasi yang diterima LE dari guru SDN 2 Buana
Sakti, kalau selama ini sekolahnya tidak pernah menerima bantuan, karena kepala
sekolah tidak mau menerima bantuan.
Saat ditanya kenapa tidak mau menerima bantuan, mereka
menjawab kalau ada bantuan selalu didatangi wartawan.
“Kepala sekolah mungkin pusing,”jelas mereka.
Benar tidaknya informasi itu, sangat disayangkan.
Gara-garea sering ditangin wartawan, akhirnya nggak mau mengusul dana bantuan
rehab, DAK atau bantuan lainnya.
Akibatnya, kondisi bangunan sekolah terus digrogoti
kerusakan di mana-mana, walaupun sekarang sudah ada jaringan listrik ke sekolah
tersebut. (RD-2)
KPD
Batanghari Sudah 3 Bulan Tidak Ngantor
Batanghari - Koordinator Unit Perwakilan Teknis Dinas Pendidikan (UPTD)
Kecamatan Batanghari, Lampung Timur, Ibnu Hajar sejak beberapa saat dilantik
untuk kedua kalinya sebagai KPD, sudah 3
bulan tidak pernah ngantor.
Keadaan UPTD Batanghari itu diungkapkan oleh pegawainya
kepada LE, Selasa (19/1) kemarin, yang mengatakan mereka mengeluh dan seperti
anak ayam kehilangan induk.
Ketika ditanya kepada salah satu staf KPD Batanghari sebab
bolosnya KPD Ibnu Hajar itu, mereka tidak tahu, apa sebabnya.
“Pokoknya kantor UPTD sekarang ibarat anak ayam tidak ada
induknya,”ujar mereka melalui SMS pagi kemarin.
Ditanya, apakah KPDnya sakit, mereka bilang “Sudah 3 bulan
tidak masuk, sebab tidak masuk tak ada yang tahu. Banyak kepala sekolah, guru
dan pegawai UPTD mengeluh,” kata mereka lagi.
Seperti diketahui Ibnu Hajar sebelum ditugaskan ke Dispora
Lampung Timur, pernah menjabat sebagai KPD Batanghari beberapa tahun silam
zaman Bupati Satono. Kemudian zaman Bupati Erwin Arifin ia masuk ke lingkungan
Dispora.
Setelah Lampung Timur dijabat Tauhidi, Ibnu hajar kembali
ditempatkan di UPTD Batanghari sebagai koordinator.
Padahal, kata sumber tadi menyebut, Ibnu Hajar itu tinggal
(berdomisili) di Desa Batangharjo BD 41, tidak jauh dari Kantor UPTD
Batanghari.
Menurut beberapa PNS di Batanghari, seyogyanya Ibnu Hajar
sudah mendapat sanksi karena tidak masuk kantor (kerja) lebih dari 40 hari
tanpa alasan yang jelas. (RD-2)