Rabu, 27 Januari 2016

SDN 2 Buana Sakti Terbengkalai




 GERBANG - Pintu Masuk Desa Buana Sakti
Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur
dari ibukota Kecamatan
SDN 2 Buana Sakti yang dibangun tahun 1972
kondisinya saat ini memprihatinkan, tidak pernah
dapat bantuan rehab, atau dana bantuan lainnya.

KETERANGAN GAMBAR
TERBENGKALAI—SDN 2 Buana Sakti Kecamatan Batanghari, Lampung Timur yang sudah berusia 38 tahun, kini kondisinya sangat memprihatinkan akibat tidak ada bantuan dari pemerintah seperti terlihat pada gambar yang diambil Selasa (19/1) kemarin. FOTO: naim ep/LE

Batanghari - Pemerintah Kabupaten Lampung Timur boleh diibaratkan “tidak adil” memperhatikan dunia pendidikan di daerah itu. Ketidak adilan perhatian itu terlihat di beberapa SDN yang mengalami rusak berat dan tidak pernah mendapat bantuan.
Sementara, SD yang dekat dengan jalan besar, selalu mendapat bantuan untuk membangunan lokal atau ruang baru maupun sarana dan prasarana lainnya.
Salah satu SD Negeri di Lampung Timur yang tidak mendapat perhatian adalah SDN 2 Buana Sakti Kecamatan Batanghari yang berjarak sekitar 3 – 4 km dari ibukota kecamatan Batanghari, Banarjoyo.
SDN 2 Buana Sakti dibangun tahun 1978 dengan 4 lokal untuk belajar. Kemudian pada tahun 1982 dibangun lagi 2 lokal/ruang belajar yang beratapkan seng.
Saat ini bangunan SDN 2 Buana Sakti sangat memprihatinakan, pintu-pintu ruang belajar (kelas) dibuat alakadar dari papan yang juga disugu alakadarnya. Plafon ruang, termasuk ruang guru, juga sudah sangat usang, hanya berulang-ulangkali dikapur (dicat dengan kapur).
Sekolah yang berdampingan dengan Balai Desa Buana Sakti itu, benar-benar butuh perhatian pihak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lampung Timur.
Sebab, belum ada bantuan dana DAK atau dana untuk merehab bangunan SDN 2 Buana Sakti. Seentara SDN-SDN di Banarjoyo – ibukota Kecamatan Batanghari, hampir setiap setengah tahun dapat bantuan.
Saat ini SDN 2 Buana Sakti memiliki 9 orang tenaga pendidik, 3 orang di antaranya adalah guru honor.
“Jadi, guru di sini hanya 6 orang,” kata salah seorang guru di sekolah itu kepada LE, Selasa (19/1) kemarin di sekolah tersebut.
Sementara itu, Kepala SDN 2, Sunaryo, SPd saat LE berkunjung ke sekolah itu sedang ke kantor KPD untuk memperbaiki nama-nama muridnya.
“Karena ada nama murid yang sudah dikirim ke Jakarta, tidak sesuai dengan nama di akta kelahirannya,” ujar seorang guru yang enggan disebutkan namanya.
Dari pemantauan langsung LE di SDN 2 Buana Sakti, terlihat jelas plafon bangunan yang dibangun tahun 1982 terdiri dari 2 lokal dan di belakangnya dibuat ruang UKS, sudah hancur dan tinggal tulang-tulang plafon yang terlihat.
Ada informasi yang diterima LE dari guru SDN 2 Buana Sakti, kalau selama ini sekolahnya tidak pernah menerima bantuan, karena kepala sekolah tidak mau menerima bantuan.
Saat ditanya kenapa tidak mau menerima bantuan, mereka menjawab kalau ada bantuan selalu didatangi wartawan.
“Kepala sekolah mungkin pusing,”jelas mereka.
Benar tidaknya informasi itu, sangat disayangkan. Gara-garea sering ditangin wartawan, akhirnya nggak mau mengusul dana bantuan rehab, DAK atau bantuan lainnya.
Akibatnya, kondisi bangunan sekolah terus digrogoti kerusakan di mana-mana, walaupun sekarang sudah ada jaringan listrik ke sekolah tersebut. (RD-2)


KPD Batanghari Sudah 3 Bulan Tidak Ngantor
Batanghari - Koordinator Unit Perwakilan Teknis Dinas Pendidikan (UPTD) Kecamatan Batanghari, Lampung Timur, Ibnu Hajar sejak beberapa saat dilantik untuk kedua kalinya sebagai KPD,  sudah 3 bulan tidak pernah ngantor.
Keadaan UPTD Batanghari itu diungkapkan oleh pegawainya kepada LE, Selasa (19/1) kemarin, yang mengatakan mereka mengeluh dan seperti anak ayam kehilangan induk.
Ketika ditanya kepada salah satu staf KPD Batanghari sebab bolosnya KPD Ibnu Hajar itu, mereka tidak tahu, apa sebabnya.
“Pokoknya kantor UPTD sekarang ibarat anak ayam tidak ada induknya,”ujar mereka melalui SMS pagi kemarin.
Ditanya, apakah KPDnya sakit, mereka bilang “Sudah 3 bulan tidak masuk, sebab tidak masuk tak ada yang tahu. Banyak kepala sekolah, guru dan pegawai UPTD mengeluh,” kata mereka lagi.
Seperti diketahui Ibnu Hajar sebelum ditugaskan ke Dispora Lampung Timur, pernah menjabat sebagai KPD Batanghari beberapa tahun silam zaman Bupati Satono. Kemudian zaman Bupati Erwin Arifin ia masuk ke lingkungan Dispora.
Setelah Lampung Timur dijabat Tauhidi, Ibnu hajar kembali ditempatkan di UPTD Batanghari sebagai koordinator.
Padahal, kata sumber tadi menyebut, Ibnu Hajar itu tinggal (berdomisili) di Desa Batangharjo BD 41, tidak jauh dari Kantor UPTD Batanghari.
Menurut beberapa PNS di Batanghari, seyogyanya Ibnu Hajar sudah mendapat sanksi karena tidak masuk kantor (kerja) lebih dari 40 hari tanpa alasan yang jelas. (RD-2)

A m z a r

Pria kelahiran tahun 1934 di Desa Sikapak Kecamatan Pariaman UtaraKabupaten Padang PariamanSumatera Barat dengan nama aslinya Amiruddin Zakaria yang disingkat dan lebih dikenal di dunia jurnalisme Indonesia dengan nama Amzar. Amzar memang petualang, bersekolah di Sekolah Desa (SD) di Sikapak, namun tidak ia selesaikan.Pada tahun 1940 merantau ke Desa Surkam Kanan, Sibolga, Sumatera Utara. Di desanya itu Amzar kembali masuk Sekolah Desa, lagi-lagi tidak ia selesaikan,karena ingin merantau ke Sungai Sirah, Pariaman dan tahun 1942 masuk lagi sekolah SD yang hanya bertahan sampai kelas 4. Tahun 1948 Amzar merantau ke Payakumbuh, di kota itu ia masuk kelas 5 sampai kelas 6. Ia menghentikan sekolah karena Agresi ke II Belanda. Dua tahun kemudian, yakni 1950 Amzar muda pergi ke Pekanbaru, Riau, kemudian 1951 pergi lagi ke Medan. Di kota Medan Amzar berjualan rokok dipinggir jalan. Pada tahun 1952 ia masuk sekolah SMP Kesatria Medan sampai kelas 2, lalu 1953 berangkata ke Jakarta dengan beban sebagai penagguran. Tak tahan menganggur di Jakarta tahun 1954 kembali ke Payakumbuh masuk SMP Taman Siswa kelas 3. Setahun kemudian 1955 masuk lagi kelas 3 bagian B dan 1956 ikut ujian extraning dan dinyatakan lulus. Pada tahun 1956 itu Amzar lulus ujian bagian A, B. Pada 1957 Amzar menjadi guru di SMP Taman Siswa Payakumbuh, setahun kemudian 1958 karena pergolakan PRRI Amzar bertemu dengan Wahono, tahun itu juga ia lulus ujian SMA bagian C di Payakumbuh. Pada 1959 mengajar selama 1 tahun di SMP Taman Siswa Payakumbuh bidang sejarah, Bahaasa Indonesia, Ilmu Dagang dan Olahraga, akunya ketika diwawancarai. Pada tahun 1960 Amzar mendaftar di Universitas Andalas di FKIP, pendidikan itu ia tempuh hanya 1 tahun karena terjepit masalah ekonomi. Kuliahpun dipaksa-paksakan yang akhirnya tahun 1962 terpaksa droup out. Setelah mengalami berbagai rintangan hidup yang berpindah-pindah, Amzar menjual sebuah sepeda, beberapa buku untuk ongkos pergi ke Medan. Di Medan ia melaporkan ke Taman Siswa. Tapi, ia tidak diterima, kecewa itulah membawa Amzar pergi ke Pangkalan Brandan mencari orangtuanya. Sesampai di Pangkalan Berandan, ia bertemu orangtuanya yang juga tengah mengalami keruntuhan ekonomi. Lalu, Amzar pergi ke Tebingtinggi pada bulan Agustus 1962. Di Tebingtinggi ia menemui pimpinan Taman Siswa di sana. Karena untuk mencari sesuap nasi, maka Amzar diterima sebagai guru. Pekerjaan itu ia jalani selama 4 tahun.
Sebab pada tahun 1966 Amzar kembali mengarungi hidup di Jakarta dan tinggal di Jatinegara di tempat teman sekampungnya yang bekerja sebagai penjahit. Di situ, aku Amzar ia menganggur total. Kemudian mengajajar di SMA Tarunajaya Kwitang antara tahun 1967-1968. Masa-masa itulah ia mulai mengenal dunia tulis menulis di Harian Operasi yang beralamat di Kebon Sirih (Sekarang kantor PWI Pusat ). “Saya  kenal pimpinan redaksinya waktu itu adalah Bachtiar Djamili (1969)”.
Pengalaman pertama Amzar menjadi penulis berita pada tahun 1969 meliput khutbah setiap hari Jumat di Masjid Al-Azhar Kebayoran dan berita liputannya dimuat setiap hari Senin. Untuk menguraikan isi khutbah, Amzar menjual celana untuk membeli buku tafsir. Akhir tahun 1969 setelah Konferensi Taman Siswa di Jakarta ia pergi ke Bali dan awal 1970 ia sudah kembali lagi ke Jakarta. Selama di Bali Amzar terus mengirimkan berita liputan dari Bali ke Harian Operasi dan Suara Karya. Tak lama di Jakarta awal 1970, Amzar berangkat ke Lampung dan tinggal dengan Iwal Burhani (Kepala Perwakilan Harian Operasi di Lampung ).
Iwal Burhani itulah yang mengenalkan saya kepada para pejabat dan pergi ke semua pelosok Lampung, ujar Amzar mengenang perjalanan hidupnya di Lampung. Pada tahun 1970 diajak oleh Iwal Burhani mengikuti Kongres PWI di Palembang. Ongkos ke Palembang diberikan oleh Bupati Lampung Tengah, Sayuti sebesar Rp 30.000,- (Rp Rp 3.000.000,- sekarang). Dan uang itu merupakan imbalan atas tulisan Amzar tentang Desa Sritedjo Kencono.
Pada tahun 1970 itu juga Amzar menjadi wartawan Harian Indonesia Raya dan kartu persnya ditandatangani oleh Muchtar Lubis sewaktu di India. 1971 Amzar menetap di Tanjungkarang dan tidur di Kantor PWI lama. Menjadi wartawan Harian Indonesia Raya sejak 1970 sampai 1974, karena koran itu dibredel oleh pemerintah. Pada tahun 1970-an Amzar bergabung dengan harian Sinar Jaya ( Sinar Tani sekarang). Dasar petualangan, pada tahun 1971 selama 6 bulan menetap di Lahat, Sumatera Selatan, selama itu pula membuat Novel berjudul Gelora Batu Nisan sebanyak 75 episode yang dimuat di surat kabar AB Palembang. Karya itu, ujar dia pada penulis ditulis di Jakarta tahun 1970 setelah kongres PWI di Palembang. Amzar yang tahu persis surat kabar Pusiban dengan pimpinannya Solfian Akhmad, Bhayangkara ( J Kusri ), Independen ( A Fuad ), Lensa (Solihin Bukujadi), Lensa Generasi (Adjiz Kasim), Warta Niaga (Martubi ) dan Rajabasa Pos (Lubis). Semua surat kabar tersebut telah diarsipkan oleh Amzar di rumahnya bersama surat kabar lainnya.
Antara tahun 1978-1988 Amzar menjadi wartawan LKBN Antara di Lampung, kemudian keluar dari Antara (1988), kembali bergabung dengan Sinar Tani Jakarta hingga sekarang. Dari hasil petualangan, karya-karyanya yang dimuat di hampir seluruh surat kabar di Sumatera dan Jakarta, Amzar mengabadikannya melalui pembangunan rumah tempat tinggal, sekaligus tempat usahanya bersama keluarga di bilangan Jalan Jenderal Sudirman Yosodadi 21A Kota Metro. Tahun 2000 Amzar menerbitkan buletin Mutiara Metro.Karena merasa cocok di Metro, tahun 1981 ia pindah ke Metro dan tinggal di dekat Masjid Al-Mujahidin Yosodadi. Saat ini Amzar yang nikah tahun 1977 dan dikaruniai 4 anak, dua diantaranya meninggal saat Amzar tinggal di Telukbetung.
 

*) Naim Emel Prahana : Wawancara dengan Amzar  pada hari Sabtu, 25 November 2000 pukul 15.30—17.00 WIB

MUHAMMAD MA’RUF



MUHAMMAD MA’RUF dilahirkan di Metro, 12 Oktober 1973 beragama Islam dan sampai kini belum menikah. Pendidikan saat ini sedang menyelesaikan kuliahnya di sebuah PT di Metro. M Ma’ruf masih tinggal dengan orangtuanya di Jl Kol II No 27 RT 085/025 15A Kampus Metro, sedangkan alamat kantornya di Jl Sultan Agung 18 Kedaton, Bandarlampung telp 0721-789750, 789751. Sebelum bergabung dengan Harian Radar Lampung, M Ma’ruf pernah menjadi pemasaran koran Lampost, reporter Skm Dayu Ekspres dan Skm Handal.

EMBUN PUTRANTO



EMBUN PUTRANTO lahir pada 18 Juli 1973 di Purbalingga, Jawa Barat dari keluarga Islam dan sudah menikah. Pendidikan yang lagi ditempuh saat ini di perguruan tinggi di Metro. Alamat rumah Perumahan Prasanti Blok B2 No 6 Kota Metro. HP 08127904169. Alamat kantor Jl Sultan Agung 18 Kedatong, Bandarlampung, Telp 0721-789750, 789-751. Nomor KTA dalam proses. Sebelum bergabung dengan Harian Radar Lampung, Embun Putranto malangmelintang di dunia kepenyiaran radio swasta, tepatnya di Radio Deimarga Nusa Metro.

SYAMSUL ARIFIN



SYAMSUL ARIFIN lahir pada 9 Mei 1968 di Gisting, Tanggamus dari keluarga Islami dan kini sudah menikah. Pendidikan terakhirnya Fakultas Ushuludin UMM Metro. Saat ini tinggal di Margogoto, Kecamatan Metro Kibang, Lampung Timur. Alamat kantor Jl Pattimura 7A Kota Metro. Sebelum bergabung dengan Tabloid JaMUS, Syamsul pernah bergabung dengan Sku Tamtama dan Harian Lampung Ekspres.

DENCIK EFFENDI M



DENCIK EFFENDI M dilahirkan di Palembang pada 16 Oktober 1955 dari keluarga Islam berstatus sudah menikah, pendidikan  terakhir STM di Palembang. Alamat rumah Jl Kedondong 7 Yosodadi 21B Kota Metro Telp 0725-42643. Alamat kantor Jl Jend Sudirman (depan PN Kotabumi) Telp 0724-24186, 24088 Nomor KTA 08.00.4420-.93.B.96. Sebelum bergabung dengan Skm Jaya Ekspres (Kotabumi), pernah bergabung dengan Sumatera Ekspres, Suara Rakyat Semesta, Berita Ekspres (Palembang)

EDY RIBUT HERWANTO



EDY RIBUT HERWANTO dilahirkan pada 24 Mei 1974 di Blitar, Jawa Timur, bera-gama Islam dan sudah menikah. Pendidikan D-II Jurnalistik Universitas Terbuka. Alamat rumah di Margamulya, Margamulya, Sukadana Lampung Timur, Alamat kantor Harian Lampung Post Biro Metro Jl Imam Bonjol 1 Hadimulyo BD 22 Metro  Telp 0725-47275 Nomor KTA  08.00.0041.99.CA. Sebelum jadi reporter Lampung Post di Lampung Te-ngah, Edy Ribut bergabung dengan Skm Sumatera Post.   

ZULFIKAR FUAD



Lahir di Lampung 26 Oktober 1978, putra asli Lampung, beragama Islam dan belum menikah. Pendidikan  Ilmu Komunikasi Unila. Alamat rumah Jl Negara 64A Yukumjaya, Bandarjaya, Lampung Tengah, Telp 0725-26899. Alamat kantor Perwakilan Majalah Berita Garda Helonjaya Building Jl Teuku Umar 62 Bandarlampung  Telp 0721-782544, 782546 Nomor KTA : 08.00.0008.99.CA. Daftar profesi jurnalistiknya di beberapa media, antara lain pernah bergabung dengan Lampung Post, Lampung Ekspres dan Koridor. Terakhir sebagai wartawan sekaligus kepala perwakilan majalah berita Garda di Lampung.

Suprayogi - Yogi



SUPRAYOGI
Dilahirkan di Metro, 11 Mei 1965 menekuni bidang jurnalistik benar-benar dari nol hingga berhasil menembus jurnalis yang mempunyai status cukup berhasil.
Sebagai jurnalist yang bekerja pada Harian Umum Lampung Post dengan Nomor Kartu Anggota PWI 08.00.0077.05.M dan kartu pers dari Lampung Post Nomor 068.99.11.301, pria yang supel dalam pergaulan ini pantas mendapat dukungan kegiatan jurnalistiknya. Ia cepat tanggap, cepat belajar dan dapat menunjukkan jatidirinya yang pas, jelas serta lugas.
Saat ini Yogi—panggilan sehari-harinya oleh teman se-profesinya tinggal di Jl batam No 8 Hadimulyo Barat, Metro Pusat. Telepon 0725-46730, HP 08127960.151