Rabu, 03 Februari 2016

BERTETANGGA YANG BAIK



Catatan Kehidupan Sosial
Oleh Naim Emel Prahana

Kehidupan bertetangga yang kurang memahami satu sama lain, sering menimbulkan gejolak tertentu yang mengakibatkan putusnya hubungan silaturrahmi dan hubungan interaksi sosial lainnya. Walaupun saat ini bisa dipercayai bahwa setiap rumah penduduk, penghuninya memiliki alat komunikasi yang disebut dengan handphone (HP) atau telepon genggam. Dengan alat komunikasi itu setiap orang bebas melakukan kontak, walau tidak harus berhadapan fisik.
Namun, sampai pada kenyataannya alat komunikasi itu sangat berpengaruh terhadap tingkah laku sosial masyarakat. Salah satunya adalah mengakibatkan kehidupan bertetangga tidak harmonis, tidak nyaman, tidak tentram dan tidak tertib. Untuk mengatasi hal itu ada beberapa tip kehidupan bertetangga yang sederhana dan baik untuk dilakukan. Tips tersebut antara lain adalah:
1.      bertetangga itu harus ikhlas, sabar dan saling memahami;
2.      bertetangga itu harus saling menghormati satu dengan lainnya;
3.      bertetangga itu sangat dibutuhkan tegur sapa, sopan santun, beretika dalam pergaulan;
4.      hindari hidup bertetangga dengan selalu memamerkan harta kekayaan, status sosial dan kekuasaan;
5.      hindari hidup bertetangga harus saling berkomunikasi dan berinteraksi fisik secara langsung sesuai kesempatan waktu yang dimiliki;
6.      hindari dalam bertetangga itu memberikan informasi tentang tetangga lainnya yang kurang baik, kendati memang ada sesuatu peristiawa atau kejadian yang menimpa tetangga tersebut;
7.      jika memiliki kendaraan (mobil dan motor) ke luar masuk kampung harus dengan sopan santun, menghargai waktu tetangga yang sedang istirahat atau selalu menghargai tetangga yang ada di pinggir jalan ketika mengendarai keandaraannya ke luar masuk kampung.

INTERAKSI KEHIDUPAN SOSIAL



File Kehidupan
Catatan Naim Emel Prahana

Tradisi kehidupan masyarakat sehari-hari di suatu wilayah pemukiman, bisa di wilayah Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Lingkungan (LK) bagi seseorang atau sebuah keluarga anggota masyarakatnya dalam interaksi sosial sangat dibutuhkan ketenanan, kedamaian, kenyamanan dan ketertiban maupun keamanan. Semuanya merupakan rangkaian denyut rasa dalam berinteraksi sosial sehari-hari. Saat ini di tengah masyarakat telah terjadi perkembangan yang luar biasa tentang “arti kehidupan bertetangga”
Pertama—Sebagian warga di suatu tempat menganggap kehidupan bertetangga itu memegang prinsip “Kamu, kamu. Saya ya saya” kemudian mereka membuat pembatas-pembatas hubungan interaksi sosial secara kasat mata, seperti kebanyakan bangunan rumah di kota (yang sudah menjalar ke kampung dan desa) membangun tempat tinggal dengan memagar bangunan rumah dengan pagar tembok yang kokok sekeliling bangunan rumah.
Akibatnya, akses hubungan ke rumah tetangga sebelah kiri kanan, dengan belakang tertutup sama sekali. Kegiatan-kegiatan di dalam rumah yang dikelilingi tembok tinggi sulit diketahii, ada apa? Mereka berhubungan dengan warga atau keluarga tetangganya kebanyakan didasarkan kepada pola hidup materialisme yang berkembang begitu cepat di tengah masyarakat sekarang ini.

Kedua—Sebagian masyarakat yang tingkat kesejahteraan dan ekonomi keluarganya masuk dalam kategori warga menengah ke bawah melatar-belakangi hubungan interaksi sosial mereka dengan filosofi ‘keguyuban’. Kelompok masyarakat kebanyakan ini masih memiliki sifat karakter kehidupan mereka dengan saling menghormati, saling memberi dan menerima, saling membantu dalam semua aspek kehidupan dan akses informasi tentang kejadian, peristiwa atau kegiatan mudah diketahui oleh satu warga dengan warga lainnya. Mereka berhubungan tidak didasarkan sifat materialisme.

Dari dua komunitas sifat dan karakter masyarakat kita dewasa ini seperti di atas itu, dalam meresponnya perlu kebijakan-kebijakan yang normal dan untuk mencegah terkotak-kotaknya hubungan kehidupan dalam interaksi sosial selanjutnya. Informasi lisan dalam hubungan interaksi sosial masyarakat secara lisan sangat cepat berkembang dan menjalar sedemikian rupa antarwarga. Jika tidak ada filterisasi penerimaan informasi atau ‘isu’, sangat terbuka kemungkinan terjadinya misunderstanding sesama warga masyarakat tersebut dan jika salah informasi, maka akibatnya cukup fatal. Terutama akan semakin kokohnya hidup individualisme dan materialisme di tengah masyarakat kita. Bahkan, satu sama lain hidup ibarat segerombolan srigala yang senantiasa mengintai, memanfaatkan kesempatan dalam keadaan seperti itu, untuk menelan anggota masyarakat lainnya yang dianggap sombong, angkuh, sok, sewena-wena berkomunikasi edan lainnya. Bisa jadi, ada rencana tertentu untuk merusak tatanan hubungan masyarakat yang ada dengan penyelewengan-penyelewengan norma-norma agama, sosial, susila, adat istidat maupun tradisi guyub.

KABAR MALAM INI



 --untuk seorang kekasih

Nafasku menghela nafas
Menggamit suasana malam
Di tengah peradaban gelap
Kucatat namamu berulang
Kupanggil

Engkau sudah tidur sayang
Engkau sudah melewati lelah
Yang melelah di sekujur tubuhmu
Aku bergurau dengan waktu
Malam yang sangat setia
Menunggu pergantian rindu waktu

Engkau sudah bermimpi manis
Ada sebuah telaga dan air terjun di dalamnya
Aku sendiri sering memimpikannya
Sejuk, sepoi dan penuh gairah

KABAR MALAM INI
--untuk para dukun

Kau racik order manusia dajjal
Meremas-remas kembang tujuh macam
Mulutmu yang tak pernah diam komat kamit
Kau tantang Tuhan semesta alam
Dengan mengguna-gunai orang diam
Hanya karena order binatang jalang
Berselimut di wajah mereka yang malang
Selalu membawa benci, dendam, geram
Selalu ingin membuat orang lain karam

Tidurlah wahai dukun malam
Kembalilah ke jalan yang benar
Jalan yang diridhoi oleh-Nya
Tinggalkan order manusia dajjal
Pergilah mandi di sungai tentram.
Sebab azab Tuhan akan lebih dahsyat
Jika kau tetap menjadi dukun.


KABAR MALAM INI
--untuk para iblis

Walau Tuhan mengizinkan kalian
menggoda anak Adam
aku tak takut, biar matamu merah
tubuhmu seberat gunung bebatuan
aku takkan memejamkan mata memandangmu
biarlah kalian tak enyah dari sisiku
aku enyahkan bisikan kalian

tidak ada persahabatan antara kita
apalagi penandatanganan MoU
atau kontrak kerja ke luar negeri
tidak, itu takkan aku lakukan

malam ini
malam beribu malam kalian ganggu aku
ganggu yang lainnya yang sedang lemah
malam yang penuh tantangan bagiku
engkau atau aku yang tersingkir

pikirkanlah karena doaku mengalir
karena wiridku selalu menuju dari kalbu
ke singgasana Tuhan sang pencipta alam semesta
tempat aku menaruh sauh rindu kehidupan ini.


KABAR MALAM INI
--dialog

Seperti malam sebelum ini
Kau selalu bertanya kepadaku
“apakah kamu belum tidur?” katamu
“belum,” jawabku
“Apakah kamu sudah makan?” tanyamu
“belum,” jawabku
“Apakah kamu lagi susah?” tanyamu
“tidak,” jawabku
“Apakah kamu dianaiyai orang?” tanyamu
“(aku terdiam.....aku diam....aku terpaku),”
“Kenapa engkau diam?” tanyamu
“................” aku tak menjawab
“Kenapa kau tak menjawab?” tanyamu
“..................” aku tak menjawab
“Kenapa kamu ini?” tanyamu
“aku?” aku balik bertanya
“Ya, kamu?” tanyamu
“aku?” kataku lagi dalam hati.
Lalu engkau berkata lagi
“Ya kalau begitu, berpikirlah selagi malam
  Pergilah ke suasana damaimu dalam hati,
  Berikanlan bingkisan kepada nuranimu,
  Dan berpikir di malam hari
  Adalah zikir yang mengalir,
  Juga doa-doa yang didengar Malaikat,
  Gunakanlah waktu kau tak tidur malam
  Untuk berdialoh dengan Sang Khaliq...!” katamu
Akhirnya...
Kuingat dosa-dosaku
Tergambar salah perbuatanku
Terlihat jelas kata-kataku yang ceroboh
Gambar-gambar kubuang waktu beribadah
Jelas dan bersih gambarnya

Ya Rabb aku dihadapan Mu
Jangan Kau jauhi aku
Jangan Kau biarkan aku kalah
Aku inginkan cinta Mu
Aku ingin kasih sayang Mu
Aku ingin rahmat dan karunia Mu
Bukalah jalan hidupku yang damai
Tentram sampai batasnya.


Tekad IX

Ya Rabb
Aku tak mau seperti penyiar
pandai berucap
di luar lupa apa yang telah diucapkan

Ya Rabb
aku tak mau pandai berbicara
tak pernah dilaksanakan
juga tak mau pandai menduga-duga
karena sesuatu keinginan

Ya Rabb
aku mau kekasih
dalam setiap helaan nafasku
berucap kata sama perbuatan
jadi yang paling sabar
di antara kebaikan dan kesabaran

hidup ini meniti gelombang malapetaka
kehidupan kekinian hidup tanpa roh

aku tak mau berandai-andai seperti
menulis sajak para penyair
yang tidak pernah satu dengan yang ditulis

(2011)


Sengaja Dilupakan

Ada yang tidak kau berikan
setelah sekian lama  bersama dan kutunggu
hanya diam kudapati datang

tapi, bisakah sejenak
kita bersandar di awan
menelusuri jejak dan
ucapan

apa itu emansipasi
apa itu film sinetron
apa itu sms dan
wajah di balik rupawanmu

yang ada
telah ditiadakan
yang tak terucap kata
dimunculkan di permukaan setiap kali
berbincang

(2011)



Di Meja Malam

Telah aku campakkan amarah
Dendam dan emosi
Kulemparka jauh di gelap waktu
Agar tidak ditemukan di lain rindu

Ya Shobur
Aku terus mendiamkan diri ini
Di tengah hura-hara kehidupan
Entah siapa saudara seiman
Di mana pula kucari tetangga ramah
Sopan dan bijak

Hanya pada Mu
Kuutarakan keinginan
Sabarnya Rasulullah Alaihissaam
Dalam hidupku

Di meja malam Mu
Kususun lagi salah
Kuramu lagi hiikmah
Sampai Kau kirimkan berkah

Aku belajar dan belajar terus
Tentanga rumah kesabaran dalam diriku
Menjadi tiang kehidupan


(2011)


Besok Lusa

sampai sore ini penerangan di rumah
hatiku ini belum menyala

(2011)


Pemilik Pagi Ini

(1)
bergegas disemuanya pelataran
melantunkan percakapan pagi
berangkat dan kembali pada waktunya
aku menunggu sambil berteduh
memelihara rindu yang belum terajut
segeraku dalam kalbu yang satu
di daerah cinta itu.

(2)
hutan sudah luka
betapa ragu kuucapkan cinta
ketika jiwa tidak sejalan dengan raga
pergi entah ke mana?

(3)
siapa di balik suaramu
bergetar menyampaikan bisikan
yang tertatih diucap terbata-bata
di sana jelas sosok ketakutan
menakutkan
apa yang sembunyikan siapa?

seperti gerimis tadi malam
menyirami permukaan menyirami
rerumputan yang tak sampai kerongkongan
sudah jalan terhalang
tak menawarkan dahaga

senyummu
tak memberikan apa-apa
seperti gumpalan tanah hitam
menjadi lumpur
menggantungkan tatapan

(4)
ada kata tak terbaca
maknanya belum tiba
apa yang harus kujawab
pagi ini dedaunan rontok
berhamburan diterpa angin
berserakan diterjang langkah
kotor dan berdebu

padahal rumah itu
halaman di sini
milik kita.

(5)
lemah lambaian tanganku
disaat berpapasan di perampatan jalan
kita berjanji seiiring sejalan
tapi engkau di jalan
kenapa aku ada di siring?

jangan terburu nafsu
impian kita sama
tanpa tanpa ragu dan kebimbangan
kegelisahan di jalan bersimpang-simpang.

September 2011

Siapa Yang Dapat Membahagiakan Lebong



 Oleh Naim Emel Prahana
Aku adalah putra Kuteidonok (Kotadonok), sebuah desa di jalur Bukit Barisan yang terletak di provinsi Bengkulu. Kotadonok merupakan salah satu desa tertua di daerah Rejang dan Lebong. Namun, perkembangan di berbagai aspek kehidupan sangat tidak menggembirakan.
Sejak beberapa tahun silam Desa (kampong) Kotadonok dimekarkan menjadi 2 (dua) desa, (1) Desa Kotadonok dan (2) Desa Sukasari. Walaupun dimekarkan, persoalan yang ada tetap tidak terpecahkan, kendati Lebong sudah resmi jadi Kabupaten sendiri, lepas—hasil pemekaran Kabupaten Rejang Lebong.
Aku sebenarnya sudah ingin sekali pulang ke kampung di Lebong, namun belum ada waktu dan belum memiliki banyak bekal (uang). Aku ingin mengabadikan beberapa kawasan yang sangat bersejarah, indah dan perlu diperhatikan oleh pemerintah.
Namun, tiba-tiba aku pulang karena kakak iparku meninggal dunia pada hari Kamis, 24 Mei 2012 sekitar pukul 09.45 WIB. Kabar itu membawa aku pulang dengan terburu-buru, karena musibah meninggalnya kakak ipar tadi.
Aku menempuh Jalur Lintas Barat dengan menggunakan kendaraan roda empat bersama putra sulungku, kami berangkat dari Kota Metro sekitar pukul 16.30 WIB. Sekitar 30 km dari Metro tepatnya di Poncowati, Bandarjaya, Lampung Tengah kami mengisi bensin diantara antrian kendaraan, kami hanya dibatasi membeli bensin Rp 100.000,- dengan harga bensin Rp 4.500,- per liter di sebuah SPBU. Bersikeras untuk full tanks mobil, tetap kami ditolak.
Sejak Poncowati sampai Kota Bengkulu kami tidak menemukan sebuah SPBU (POM Bensin) yang menjual BBM, dan sepanjang jalanpun BBM khususnya bensin sulit ditemui. Kami membeli bensin di kota kecil Bukit Kemuning, Lampung Utara dengan harga Rp 9.000,- per liter. Bensin sebanyak itu kami pergunakan untuk perjalanan sampai kota kecil di Pantai Lampung Barat, Krui. Di Krui sebuah SPBU buka, namun antrian panjang terlihat dengan memprihatinkan. Aku tak mungkin antri, karena harus secepatnya sampai Kotadonok, Lebong provinsi Bengkulu.
Tapi, apa yang kami alami sejak Krui (Lampung Barat) sampai Kota Bengkulu, tidak ada satupun SPBU yang buka. Kami membeli bensin eceran yang hanya beberapa liter dengan harga bervariasi antara Rp 9.000,- sampai Rp 10.000,- per liter. Itu harus kami beli, karena kami harus terus berjalan sampai kampung halaman. Begitu sulit memperoleh bensin, dalam benakku berkata, “Sudah saatnya Sumatera ini merdeka, lepas dari negara Indonesia!”

Jalan Rusak
Sepanhang perjalanan dari Lampung ke Bengkulu, kami melewati ruas jalan yang rusak di mana-mana. Kerusakan itu diakibatkan (1) proyek perbaikan jalan dan (2) memang jalannya rusak—yang tidak mendapat perhatian serius pemerintah untuk membantu sosial dan perekonomian rakyat di sepanjang Jalan Lintas Barat yang kami lalui.
Ketika hendak ke luar dari Kota Bengkulu menuju Curup, keadaan jalan di Bengkulu Tengah begitu parah rusaknya dan itu terus berlanjut sampai Kota Bengkulu setelah melewati kota Kepahiang, Kabupaten Kepahiang.
Bensin kami peroleh di sebuah SPBU di Bengkulu Tengah, tidak jauh dari Kota Bengkulu. Perasaan lega menyelimuti aku dan putraku. Kami semakin tenang melanjutkan sisa perjalanan.
Akan tetapi, sampai di daerah wisata antara Bengkulu dan kepahiang, kami menemui masalah, karena kanvas rem roda depan mobil kami habis total dan terpaksa harus kami ganti baru di Kota Kepahiang. Setelah itu kami melaju kembali ke Curup dengan melewati jalan yang rusak parah dan terus menuju daerah Lebong dengan kondisi ruas jalan yang sama.
Dengan perjalanan yang berat akibat jalan rusak di provinsi Lampung dan Bengkulu, akhirnya kami sampai di kampung halaman di Kotadonok dan langsung menuju kediaman rumah kakak kami, yang di sana sudah berkumpul semua keluarga besar Prahana dan warga lainnya di Kotadonok dan Kotadonok II.
Hari Minggunya, aku berkesempatan sebentar melihat kondisi lingkungan kampung tempat aku dilahirkan. Keindahan panoraman alam masih tetap seperti dulu, namun kondisi hutan dan desa semakin tidak terkendali, mengalami kemerosotan di banyak aspek kehidupan. Siapa yang dapat membahagiakan Lebong?

KHUTBAH JUM’AT



PENGERTIAN KHUTBAH JUM’AT
memahami-hadis-tentang-imam-dan-khatib
Secara etimologis (harfiyah), khuthbah artinya : pidato, nasihat, pesan (taushiyah). Sedangkan menurut terminologi Islam (istilah syara’); khutbah (Jum’at) ialah pidato yang disampaikan oleh seorang khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran), mau’idzoh (pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat).
Berdasarkan pengertian di atas, maka khutbah adalah pidato normatif, karena selain merupakan bagian dari shalat Jum’at juga memerlukan persiapan yang lebih matang, penguasaan bahan dan metodologi yang mampu memikat perhatian.
Selain khutbah Jum’at, ada pula khutbah yang dilaksanakan sesudah sholat, yaitu: khutbah ‘Idul Fitri, ‘Idul Adha, khutbah sholat Gerhana (Kusuf dan Khusuf). Sedangkan khutbah nikah dilaksanakan sebelum akad nikah. Dalam makalah ini yang akan dikaji adalah khusus tentang khutbah Jum’at.

B. DALIL-DALIL TENTANG KHUTBAH JUM’AT
Firman Allah SWT dalam surat Al-Jumu’ah ayat 9 :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at (shalat Jum’at), maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah urusan jual beli (urusan duniawi). Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui”. (QS. Al-Jumu’ah : 9)
Riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar r.a.:
“Adalah Nabi SAW. berkhutbah pada hari Jum’at dengan berdiri, kemudian beliau duduk dan lalu berdiri lagi sebagaimana dijalankan oleh orang-orang sekarang”.
Riwayat Bukhari, Nasai dan Abu Daud dari Yazid bin Sa’id r.a.: “Adalah seruan pada hari Jum’at itu awalnya (adzan) tatkala Imam duduk di atas mimbar, hal demikian itu berlaku pada masa Rasulullah SAW. hingga masa khalifah Umar r.a. Setelah tiba masa khalifah Usman r.a. dan orang semakin banyak, maka beliau menambah adzan ketiga (karena adzan dan iqomah dipandang dua seruan) di atas Zaura (nama tempat di pasar), yang mana pada masa Nabi SAW. hanya ada seorang muadzin”.
Riwayat Muslim dari Jabir r.a.:
      “Pada suatu ketika Nabi SAW. sedang berkhutbah, tiba-tiba datang seorang laki-laki, lalu Nabi bertanya kepadanya: Apakah Anda sudah shalat? Hai Fulan! Jawab orang itu : Belum wahai Rasulullah! Sabda beliau: Berdirilah! Shalatlah lebih dahulu (dua raka’at) (HR. Muslim).

C. PERSYARATAN KHATIB
Ikhlas, terhindari dari pamrih, riya dan sum’ah (popularitas). Perhatikan firman Allah SWT. dalam menceritakan keikhlasan Nabi Hud AS:
Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini, ucapanku tidak lain hanyalah dari Allah yang menciptakan aku. Tidakkah kamu memikirkannya?”. (QS. Hud:51).
‘Amilun bi’ilmihi (mengamalkan ilmunya), Allah SWT. berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan? Amat besar kemurkaan di sisi Allah terhadap orang yang mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS. As-Shaf : 2-3).
Kasih sayang kepada jama’ah, Rasulullah SAW. bersabda:
“Bahwa sesungguhnya aku terhadap kamu semua laksana seorang ayah terhadap anaknya”. (HR. Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).
Wara’ (menghindari yang syubhat), perhatikan sabda Nabi SAW:
“Jadilah kamu sebagai seorang yang wara’, maka kamu adalah manusia yang paling tekun beribadah”. (HR. Baihaqi dari Abi Hurairah)
‘Izzatun Nafsi (tahu harga diri untuk menjadi khairunnas), Allah SWT. berfirman:
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar (dalam menegakkan kebenaran), dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. (QS. As-Sajdah : 24).

D. FUNGSI KHUTBAH
1. Tahdzir (peringatan, perhatian)
2. Taushiyah (pesan, nasehat)
3. Tadzkir/mau’idzoh (pembelajaran, penyadaran)
4. Tabsyir (kabar gembiran, harapan)
5. Bagian dari syarat sahnya sholat Jum’at

Berkenaan dengan fungsi khutbah tersebut di atas, maka khutbah disampaikan dengan bahasa yang mudah difahami oleh jama’ah (boleh bahasa setempat), kecuali rukun-rukun khutbah. Allah SWT. berfirman:
Dan tidaklah Kami mengutus Rasul, melainkan dengan bahasa yang difahami oleh kaumnya, agar ia dapat memberi penjelasan kepada mereka”. (QS. Ibrahim : 4).

E. SYARAT SAHNYA KHUTBAH
Dilaksanakan sebelum sholat Jum’at. Ini berdasarkan amaliyah Rasulullah SAW.
Telah masuk waktu Jum’at, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Anas bin Malik r.a. ia berkata:
Sesungguhnya Nabi SAW. melaksanakan shalat Jum’at setelah zawal (matahari condong ke Barat)”. (HR. Bukhari).

Tidak memalingkan pandangan
Rukun khutbah dengan bahasa Arab, ittiba’ kepada Rasulullah SAW.
·  Berturut-turut antara dua khutbah dan shalat
·  Khatib suci dari hadats dan najis, karena berkhutbah merupakan syarat sahnya shalat Jum’at.
·  Khatib menutup ‘aurat, sama dengan persyaratan shalat Jum’at.
·  Dilaksanakan dengan berdiri kecuali darurat, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Ibnu Umar ra: “Sesungguhnya Nabi SAW. apabila keluar pada hari Jum’at, beliau duduk yakni di atas mimbar hingga muadzin diam, kemudian berdiri lalu berkhutbah”. (HR. Abu Daud).
·  Duduk antara dua khutbah dengan tuma’ninah, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Ibnu Umar r.a. ia berkata: “Adalah Nabi SAW. berkhutbah sambil berdiri, kemudian duduk, dan berdiri lagi sebagaimana kamu semua melakukannya sekarang ini”. (HR. Bukhari dan Muslim).
·  Terdengar oleh semua jama’ah
·  Khatib Jum’at adalah laki-laki
·  Khatib lebih utama sebagai Imam sholat

F. RUKUN KHUTBAH
1.      Hamdalah, yakni ucapan “Alhamdulillah” , berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir ra: “Sesungguhnya Nabi SAW. berkhutbah pada hari Jum’at, maka (beliau) memuji Allah (dengan mengucap Alhamdulillah) dan menyanjung-Nya”. (HR. Imam Muslim).
2.      Syahadat (Tasyahud), yaitu membaca “Asyhadu anla ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa Asyhadu anna Muhammadan abduhu warasuluhu”, berdasarkan hadits Nabi SAW: “Tia-tiap khutbah yang tidak ada syahadatnya adalah seperti tangan yang terpotong”. (HR. Ahmad dan Abu Dauwd).
3.      Shalawat
4.      Wasiat Taqwa, antara lain ucapan “Ittaqullah haqqa tuqaatih”.
5.      Membaca ayat Al-qur’an, berdasarkan hadits Nabi SAW, dari Jabir bin Samurah ra: “Adalah Rasulullah SAW. berkhutbah (dalam keadaan) berdiri dan duduk antara dua khutbah, membaca ayat-ayat Al-Qur’an serta memberikan peringatan kepada manusia”. (HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Tirmidzi).
6. Berdo’a
Semua rukun khutbah diucapkan dalam bahasa Arab. Empat rukun yang pertama (Hamdalah, Syahadat, Shalawat dan wasiyat) diucapkan pada khutbah yang pertama dan kedua, sedangkan ayat Al-Qur’an boleh dibaca pada salah satu khutbah (pertama atau kedua) dan do’a pada khutbah yang kedua.

G. SUNNAH-SUNNAH KHUTBAH
1.      Berdiri di tempat yang tinggi (mimbar)
2.      Memberi salam. Berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir ra.: “Sesungguhnya Nabi SAW. apabila telah naik mimbar, (beliau) memberi salam”. (HR. Ibnu Majah).
3.      Menghadap Jama’ah. Berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Adi bin Tsabit dari ayahnya dari kakeknya: “Adalah Nabi SAW. apabila telah berdiri di atas mimbar, shahabat-shahabatnya menghadapkan wajah mereka ke arahnya”. (HR. Ibnu Majah).
4.      Suara jelas penuh semangat, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir ra: “Adalah Rasulullah SAW. apabila berkhutbah kedua matanya menjadi merah, suaranya lantang/tinggi, berapi-api bagaikan seorang panglima (yang memberi komando kepada tentaranya) dengan kata-kata “Siap siagalah di waktu pagi dan petang”. (HR. Muslim dan Ibnu Majah).
5.      Singkat, padat, akurat dan memikat, Rasulullah SAW. Bersabda: “Adalah Rasulullah SAW. biasa memanjangkan shalat dan memendekkan khutbahnya”. (HR. Nasai dari Abdullah bin Abi Auf).
6.      Gerakan tangan tidak terlalu bebas, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Abdurrahman bin’ Sa’ad bin ‘Ammar bin Sa’ad ia berkata: “Adalah Nabi SAW. apabila berkhutbah dalam suatu peperangan beliau berkhutbah atas anak panah, dan bila berkhutbah di hari Jum’at belaiu berpegangan pada tongkat”. (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi).
Seusai khutbah kedua segera turun dari mimbar, berdasarkan hadits Nabi SAW. “Adalah shahabat Bilal itu menyerukan adzan apabila Nabi SAW. telah duduk di atas mimbar, dan ia iqomah apabila Nabi SAW. telah turun”. (HR. Imam Ahmad dan Nasai).
Tertib dalam membacakan rukun-rukun khutbah, yaitu:
*       Hamdalah,
*       Syahadat,
*       Shalawat,
*       wasiyat,
*       Ayat Al-Qur’an dan
*       Do’a.

H. HAL-HAL YANG DIMAKRUHKAN DALAM KHUTBAH
*       Membelakangi Jama’ah
*       Terlalu banyak bergerak
*       Meludah

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIAKAN OLEH KHOTIB
*       Melakukan persiapan, mental, fisik dan naskah khutbah
*       Memilih materi yang tepat dan up to date
*       Melakukan latihan seperlunya
*       Menguasai materi khutbah
*       Menjiwai isi khutbah
*       Bahasa yang mudah difahami
*       Suara jelas, tegas dan lugas
*       Pakaian sopan, memadai dan Islami
*       Waktu maksimal 15 menit
*       Bersedia menjadi Imam shalat Jum’at

J. MATERI KHUTBAH
*       Tegakkan akidah, murnikan ibadah, perluas ukhuwwah
*       Evaluasi amaliah (ummat) mingguan
*       Kaji masalah secara cermat dan singkat
*       Berikan solusi yang tepat
*       Tema-tema lokal peristiwa keseharian lebih diutamakan
*       Hindari materi yang menjenuhkan atau persoalan tanpa pemecahan

K. KESIMPULAN
Khutbah Jum’at adalah pidato yang normatif disampaikan berkenaan dengan ibadah sholat Jum’at, maka para khatib harus mampu mengemas materi dengan singkat, padat, akurat dan memikat, dan harus mampu menjadi Imam shalat.

(Ditulis oleh : Drs HM Syamsuddin MPd. Disampaikan Pada Pelatihan Khatib Masjid Nurul Huda Desa Rajawetan, Kec. Pancalang, Kab. Kuningan oleh : Maman Sumari, S.Pd.I)

Memahami Hadis Tentang Imam dan Khatib


Hadis tentang Imam dan Khatib tepatnya والامام يخطب adalah bahan diskusi saya dengan ta’mir masjid  di desa saya. Masjid tempat saya shalat setiap hari, beberapa tokohnya berpendapat bahwa dalam pelaksanaan shalat Jum’at dan shalat Id atau shalat lain yang memerlukan khutbah maka yang bertindak selaku imam dan khatib harus satu orang. Hal ini didasarkan pada penggalan hadis والامام يخطب tersebut.
Dalam pandangan mereka, penggalan hadis tersebut merupakan dalil keharusan antara imam dan khatib harus satu orang. Mereka begitu kekeh dan kukuh terhadap pendapat tersebut. Meskipun diberikan contoh bahwa hampir sebagian besar masjid di Indonesia, termasuk masjid Istiqlal Jakarta, tidak mengharuskan hal tersebut. Faktanya memang demikian, masjid-masjid lebih banyak yang memisah antara imam dan khatib. Mereka tetap pada pendiriannya.
Berikut ini Materi Dakwah Islam dan kultum mempostingnya. Hadis-hadis yang menjadi sandaran ta’mir masjid di desa saya adalah antara lain sebagai berikut:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ (رواه البخاري ومسلم )
حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِاللَّهِ رَضِي اللَّهم عَنْهممَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَخْطُبُ إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ أَوْ قَدْ خَرَجَ فَلْيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ (رواه البخاري)
عن بن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من تكلم يوم الجمعة والإمام يخطب فهو كمثل الحمار يحمل أسفارا  والذي يقول له انصت ليس له جمعة (ابن حنبل في مسنده)

Memahami hadis di atas dapat dilakukan melalui beberapa cara. Cara yang dapat dilakukan antara lain adalah melalui konteks Hadis, syarah Hadis, dan syarat dan rukun khutbah.

a.  Konteks Hadis :
ketiga Hadis والامام يخطب yang penulis kutib mempunyai konteks yang berbeda. Pada Hadis pertama konteknya adalah kesia-siaan Ibadah Jum’at seseorang yang berbicara sendiri pada saat Khatib sedang berkhutbah.
*       Hadis kedua, konteknya adalah seseorang yang masuk masjid untuk beribadah Jum’at pada saat Khatib sedang khutbah tetap dianjurkan untuk shalat tahiyyatul masjid.
*       Hadis ketiga, konteknya adalah persamaan orang yang bicara sendiri ketika Khatib berkhutbah dengan khimar.

b.  Syarah hadist : mengenai syarah Hadis di atas dapat dibaca seperti di bawah ini :
1.     والحديث دليل على طلب الإنصات في الخطبة ( إحكام الأحكام شرح عمدة الأحكام: تقي الدين القشيري ج : 1، ص : 225)
2. اختلف الفقهاء فيمن دخل المسجد والإمام يخطب: هل يركع ركعتي التحية حينئذ أم لا؟ فذهب الشافعي وأحمد وأكثر أصحاب الحديث إلى أنه يركع لهذا الحديث وغيره مما هو أصرح منه وهو قوله صلى الله عليه وسلم: "إذا جاء أحدكم يوم الجمعة والإمام يخطب فليركع ركعتين وليتجوز فيهما وذهب مالك وأبو حنيفة إلى أنه لا يركعهما لوجوب الاشتغال بالاستماع (إحكام الأحكام شرح عمدة الأحكام : تقي الدين القشيري، ج : 1، ص : 223 – 224)

3. ( مثل الذي يتكلم يوم الجمعة والامام يخطب مثل الحمار يحمل اسفارا ) أي كتبا كبارا من كتب العلم فهو يمشي بها ولا يدري منها الا ما مر بجنبيه وظهره من الكد والتعب ( والذي يقول له أنصت لا جمعة له ) ( التيسير بشرح الجامع الصغير : الإمام الحافظ زين الدين عبد الرؤوف المناوي ج:1، ص : 719)
   أن من تكلم والإمام يخطب فهو كالحمار يحمل أسفارا وجه المشابهة أن الحمار الذي يحمل أسفار لا يستفيد منها والأسفار هي الكتب الحمار لو حملته كتبا لم ينتفع بها كذلك هذا الذي جاء يستمع الخطبة لكنه يتكلم لم ينتفع لانه يشتغل بكلامه عن استماعه ( الشرح المختصر على بلوغ المرام ج: 3، ص: 296)

Inti dari maksud syarah Hadis tentang wa al-imaamu yakhthub dalam sebagian kitab syarah hadis tersebut adalah tidak dibahas tentang keharusan antara imam dan khatib Jum’at harus satu orang, tetapi lebih menjelaskan pada aspek kontekstual Hadis. Artinya, hadis-hadis di atas tidak untuk menjelaskan keharusan imam dan khatib Jum’at adalah satu orang.
Misalnya adalah pada syarah nomer satu. Pada syarah tersebut dikatakan tentang keharusan diam pada saat berlangsungnya khutbah. Setahu saya, tidak ada syarah yang mengharuskan sebagaimana yang dikatakan para ta’mir masjid di desa saya.
Dalam pengertian ilmu nahwu, huruf و  adalah wawu haaliyah. Maksudnya adalah untuk menerangkan satu keadaan tertentu yang sedang berlangsung. Lebih jelasnya adalah bahwa hadis tersebut menjelaskan tentang satu hal yang terjadi pada saat berlangsungnya khatib yang sedang berkhutbah.

c.  Syarat dan rukun khutbah
Pemahaman  juga dapat dilakukan dengan memahami syarat-syarat dan rukun Khutbah Jum’at, yaitu sebagai berikut :

Syarat :
*       Niat
*       Khutbah pertama dan kedua harus dilaksanakan dengan keadaan berdiri bagi orang yang mampu,
*       Khutbah pertama dan kedua harus memakai bacaan bahasa Arab (?)
*       Khutbah pertama dan kedua harus dilaksanakan setelah matahari bergeser ke barat,
*       Khatib harus duduk antara khutbah pertama dan kedua dengan tenang, dan diam (tumakninah),
*       Khatib harus mengeraskan suaranya
*       Suci dari hadas (besar atau kecil) dan suci pula dari najis, tubuh, pakaian dan tempat khutbahnya
*       Menutup aurat,
*       Dilaksanakan sebulum pelaksanaan shalat Jum’at.

Adapun rukun-rukun Khutbah Jum’at ada lima, yaitu :
1.   Membaca hamdalah, memuji kepada Allah ta’ala di dalam khutbah pertama dan khutbah kedua.* 
2       Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw. Di dalam khutbah pertama dan khutbah kedua.
3.   Memberi wasiat taqwalah. Tiga rukun khutbah ini wajib dibaca dalam khutbah pertama dan 
     kedua.
4.   Membaca (ayat) al-Qur’an di dalam salah satu dua khutbah. Khutbah pertama, atau khutbah 
     kedua. Tetapi al-Qur’an lebih baik dibaca di dalam khutbah yang pertama.
5.   Dalam khutbah terakhir membaca do’a tertentu untuk orang-orang mukmin.
Dalam ketentuan syarat dan rukun khutbah di atas, tidak tercantum imam dan khatib harus satu orang.

Kesimpulan
Berdasarkan matan Hadis, syarah Hadis dan juga syarat rukun khutbah tidak ada ketentuan secara eksplisit yang mengharuskan imam dan khatib adalah satu orang. Hal ini berarti, untuk melaksanakannya dapat dipilih ketentuan (1) imam dan khatib satu orang atau (2) imam dan khatib adalah orang yang berbeda.
Apabila dipilih imam dan khatib adalah orang yang berbeda tidaklah menyalahi sunnah Rasulullah. Hal ini sesuai dengan pendapat jumhur ulama bahwa : bukan merupakan syarat khatib dan imam Jum’at (termasuk ‘Ied : penulis) satu orang karena tidak adanya dalil yang mensyaratkan demikian.
Hanya madzhab Maliki yang mengharuskan imam dan khatib satu orang, karena khutbah dan shalat jum’at adalah satu rangkaian.
Bila dipahami, pendapat madzhab Maliki berlaku hanya pada khutbah Jum’at dengan alasan khutbah dan shalat satu rangkaian. Sedangkan dalam khutbah ‘ied tidak berlaku ketentuan ini karena antara khutbah dan shalat ‘ied adalah dua hal terpisah.
Semoga bermanfaat dan menambah wawasan beribadah. Dan semoga kita beribadah tidak mendasarkan pada kebiasaan yang sudah berjalan, tetapi benar-benar berdasarkan ilmu.
والله اعلم بالصواب