Oleh tanah rejang
Aksara KA GA NGA terdiri dari 27 buah tua (19 huruf tunggal dan 8 huruf pasangan atau huruf ngibang), dan 13 tanda baca.
TATA CARA PENULISAN HURUF
1. Kemiringan huruf 45 º sampai dengan 50 º.
2. Menulis dari arah kiri ke kanan, dari sudut bawah kiri kesudut kanan atas, kecuali
huruf memakai garis tegak lurus permulaan atau penutupan. Garis tegak berukuran
setengah dari tinggi huruf.
3. Penulisan huruf KAGANGA memiliki garis halus dan kasar, garis yang ditarik keatas
halus sedangkan garis kebawah kasar atau tebal.
4. Untuk keseragaman penulisan dan agar tidak terjadi salah baca, maka penulisan harus dengan bantuan kotak-kotak pola persegi empat, contoh lihat pada halaman 52 (Aksara Rejang).
5. Setiap penulisan kata harus diatur jarak satu atau dua huruf ke kata berikutnya.
6. Awal penulisan yang menggunakan huruf Ē, E, I, O dan U harus menggunakan huruf A dengan merubah bunyinya.
7. Huruf latin yang tidak terdapat pada huruf Rejang adalah : F, V, Q, X, Z. untuk menggantinya dipergunakan huruf : F dan V dipergunakan huruf = PA Q dipergunakan huruf = KA X dan Z dipergunakan huruf = SA
8. Dalam huruf KAGANGA, tidak dikenal istilah huruf besar dan huruf kecil
HURUF TUNGGAL :
1. KA 5. DA 9. MA 13. SA 17. WA
2. GA 6. NA 10. CA 14. RA 18. HA
3. NGA 7. PA 11. JA 15. LA 19. A
4. TA 8. BA 12. NYA 16. YA
HURUF PASANGAN/NGIBANG :
1. MBA 3. NDA 5. NCA 7. NGGA
2. MPA 4. NTA 6. NJA 8. NGKA
TANDA BACA :
1. Mengubah bunyi huruf buah tua menjadi : I, E, O, U dan bunyi vokal rangkap : AI dan
AU.
2. Mengganti beberapa konsonan : NG, N, R, M dan H.
3. Tanda bunuh atau pemati konsonan bagi yang tidak mendapat tanda pengganti yaitu :
KA bunuh menjadi = K DA bunuh menjadi = D
GA bunuh menjadi = G PA bunuh menjadi = P
CA bunuh menjadi = C BA bunuh menjadi = B
JA bunuh menjadi = J SA bunuh menjadi = S
TA bunuh menjadi = T LA bunuh menjadi = L
KEDUDUKAN TANDA BACA :
1. Kiri atas untuk bunyi : I, Ē, O
2. Kiri bawah untuk bunyi : U, E, AU
3. Kanan atas untuk bunyi : NG, N, M, R, AI
4. Belakang untuk bunyi : H dan pemati konsonan
PENGEJAAN TANDA BACA :
Buah tua yang belum mendapat tanda baca, atau masih berbunyi = A disebut Bayang KA, GA, NGA dan seterusnya
Tanda baca gabung
Tanda baca gabung ini merupakan gabungan tanda baca I, E, O, U, Ē, AU dan AI dengan NG, N, M, R dan H atau tanda baca dengan tanda baca konsonan.
Tanda baca Tulang (NG), Ratau (N) dan Rating (M), dipergunakan hanya diujung saja.
Bila bunyi tersebut ditengan kata dan huruf berikutnya berbunyi K, G, S, depan NG, I, D, depan N, P, B, depan M, maka dipergunakan huruf pasangan yaitu : NGK, NGG, NT, ND, MP, MB, NJ.
KA Ga nGA
The Redjang or Kaganga alphabet is descended ultimately from the from Brahmi script of ancient India by way of the Pallava and Old Kawi scripts. Some linguists claim that there is are connections between the Redjang alphabet, Egyptian hieroglyphs and various Semitic languages such as Hebrew.
Redjang is a syllabic alphabet - each letter has an inherent vowel /a/. Other vowels can be indicated using a variety of diacritics which appear above or below the consonants.
Redjang/Rejang, an Austronesian language spoken by about a million people in Sumatra. The Redjang alphabet is used mainly to write magic spells and medical incantations and some poetry.
Consonants
Vowel diacritics with ka
Thanks to T. R. Carlton of the University of Alberta for corrections to the script chart and for additional information.
Rejang Alphabet
The Rejang script, sometimes spelt Redjang and locally known as Aksara Kaganga ('Ka Ga Nga alphabet') after its first three letters, is an abugida of the Brahmic family, and is related to other scripts of the region, like Batak, Buginese, and Kerinci. The script was in use prior to the introduction of Islam to the Rejang area; the earliest attested document appears to date from the mid-18th century CE.
The script was used to write Rejang, which is now spoken by about 200,000 people living in Indonesia on the island of Sumatra in the southwest highlands, north Bengkulu Province, around Argamakmur, Muaraaman, Curup, and Kepahiang, and also in the Rawas area of South Sumatra Province, near Muara Kulam. There are five major dialects of Rejang: Lebong, Musi, Kebanagung, Pesisir (all in Bengkulu Province), and Rawas (in South Sumatra Province). Most of its users live in fairly remote rural areas, of whom slightly less than half are literate.
The traditional Rejang corpus consists chiefly of ritual texts, medical incantations, and poetry.
Rejang abugida, with transliterations rejang ka ga nga alphabet OriginThe Redjang or Kaganga alphabet is descended ultimately from the from Brahmi script of ancient India by way of the Pallava and Old Kawi scripts. Some linguists claim that there is are connections between the Redjang alphabet, Egyptian hieroglyphs and various Semitic languages such as Hebrew.Notable featuresRedjang is a syllabic alphabet - each letter has an inherent vowel /a/. Other vowels can be indicated using a variety of diacritics which appear above or below the consonants.Used to write:Redjang/Rejang, an Austronesian language spoken by about a million people in Sumatra. The Redjang alphabet is used mainly to write magic spells and medical incantations and some poetry.ConsonantsVowel diacritics with kaThanks to T. R. Carlton of the University of Alberta for corrections to the script chart and for additional information.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar