-
Kado HUT Lampung Ekspres Plus ke
44 2012.
Oleh Naim Emel
Prahana
PADA umumnya media
massa cetak, punya rubrik kolom atau yang paling formalnya adalah rubrik Tajuk
Rencana (Tajuk, red). Misi rubrik seperti kolom (yang khusus atau yang umum
sifatnya) hampir sama, yaitu mengkritisi suatu masalah atau situasi kondisi
yang sedang berlangsung. Baik menyangkut orang banyak (publik) maupun
menyangkut komunitas tertentu dalam kehidupan masyarakat.
Surat Kabar Umum
(SKU) Tamtama—boleh jadi telah membaca hal tersebut sebagai suatu
papan demokrasi, ruang curhat publik, ruang kritik sosial dan politik dan ruang
bidang lainnya. Sudah lazim, jika pemerintah dengan kekuasaannya kuat, maka
kritik pun akan menjadi peluru yang sangat tajam dan berkualitas. Sebalik, jika
pemerintah lemah dan rakyat yang lebih kuat, maka kritik semakin melemah.
Dari situlah kita
belajar demokrasi belajar menerima kritik dan belajar menulis kritik yang benar
dan baik. Da, pembaca dapat mencernahnya dengan tingkat intelektual semakin
hari semakin meningkat, karena bahasa kritik yang dilontarkan media massa
cetak.
Tamtama—sebagai media massa
cetak di Lampung pada saat itu, menetapkan rubrik kritiknya yang diberi nama
“Kalangan’. Tidak jauh berbeda dengan kolom, catatan kaki atau Tajuk rencana.
Kalangan merupakan rangkuman analisa, kesimpulan dari siatuasi dan kondisi atau
dari suatu peristiwa/kejadian yang dikemas dalam bahasa “orang Kalangan”. Dalam
kritik di Kalangan SKU Tamtama yang biasa ditulis oleh HM
Harun Muda Indrajaya (Bang Harun), di banyak sisi sangat cerdas melontarkan
kritik dan memberikan saran—kalau sekarang kolom Numpang Liyu sudah jelas arah
materinya.
Namun, Kalangan sangat
luas, ia tidak terbatas oleh daerah Lampung, ia tidak terbatas oleh satu
masalah. Lagi-lagi, materinya memang berasal dari Negeri kalangan. Suatu negeri
yang keberadaannya entah di mana. Yang jelas ada. Siapapun yang mengisi rubrik
Kalangan kala itu, materi, kritik, gaya dan cara pandangnya sama. Kadangkala
Andrian Troe Sangaji yang mengisi, kadang aku, kadang pernah minta tolong
kepada wartawan Tamtama yang punya integritas dan intelektual yang baik.
Ada kalimat yang
sering dipakai dalam Kalangan, “..........menurut orang-orang di negeri
Kalangan, bahwa di negeri itu tidak ada yang namanya kebal hukum. Semua harus
tunduk dengan aturan hukum...dst”. di situ jelas, bahwa yang bicara itu adalah
penduduk Negeri Kalangan. Semacam aspirasi rakyat yang dituangkan dalam bentuk
tulisan. Posisi tulisannya jelas kepada penguasa. Siapa saja penguasanya, baik
di bidang ekonomi, politik, pers, pemerintahan, dan sebagainya.
Menurut hemat saya,
materi Kalangan sangat berbakat dan sangat cerdas. Ia lahir dari
prajurit-prajurit surat kabar daerah yang selalu mengalami hambatan dalam penerbitannya.
Tapi, perasaan tanpa takut, membuat isi Kalangan banyak disukai pembaca. Isi
Kalangan, juga bisa mengkritik sesama prajurit Tamtama. Tinggal bagaimana
suasananya atau persoalannya. Kalangan sudah tiada, namun rohnya masih sangat
jelas pada Lampung Ekspres Plus (LE)
yang kini memasuki usia ke 44.
Hanya inilah kado
yang bisa aku berikan, semoga tulisan ini tidaklah ada artinya dibandingkan
tulisan lainnya yang sangat publisitas. Selamat Hari Ulang Tahun ke 44 LE,
semoga tetap menjadi prajurit pers yang teguh, tangguh dan kokoh. (Naim Emel Prahana)