Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Kamis, 11 Februari 2016
METRO, Kota Kolonisasi
KOTA METRO: Riwayatnya Sebelum Jadi Kotamadya
KOTA METRO - Dulunya adalah kota kolonisasi (transmigrasi) di zaman Hindia Belanda. Kemudian setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, menjadi ibukota Daerah Tingkat II (Dati II) Kabupaten Lampung Tengah. dan, akhirnya tahun 1999 menjadi Kota (Kotamadya) setara dengan status daerah kabupaten.
Tentu saja, banyak hal yang harus dilakukan oleh pemerintah Kota Metro saat itu. Salah satunya membangun dan menata kota sebagaimana mestinya.
Gambar: Menara air RSUD A Yani Metro
(Foto: Naim Emel Prahana)
Di bawah kepemimpinan Walikota pertama, Drs H Mozes Herman dan wakilnya H Lukman Hakim SH. Kota Metro terus menggeliat di sektor pembangunan berbagai sarana dan prasarana. Seperti perkantoran, jalan, administrasi wilayah sampai tingkat RT dan menata berbagai organisasi pemerintahan dan kemasyarakatan, agar bersinergi membangun kota itu menjadi kota terbaik di Lampung, kalau bisa di Indonesia.
Gambar: Salah satu jalan utama di Kota Metro, 2000
(Foto: Naim Emel Prahana)
Gambar: Masjid Taqwa yang sudah lama menjadi kebanggaan umat Islam di Kota Metro.(Foto: Naim Emel Prahana)
Gambar: Lapas Polres Kota Metro.(Foto: Naim Emel Prahana)
Gambar:Simpang Empat jalan protokol di Kota Metro
tahun 2000. (Foto: Naim Emel Prahana)
Gambar: Eks bangunan kantor Depdikbud
Kabupaten Lampung Tengah.(Foto: Naim Emel Prahana)
Gambar: Eks bangunan kantor Depdikbud
Kabupaten Lampung Tengah.(Foto: Naim Emel Prahana)
Gambar: Eks bangunan kantor Dinas Koperasi
Kabupaten Lampung Tengah.(Foto: Naim Emel Prahana)
Gambar: Eks bangunan gudang Dinas Koperasi
Kabupaten Lampung Tengah.(Foto: Naim Emel Prahana)
Gambar: Gedung perpustakaan Daerah
Kota Metro yang baru tahun 2005
(Foto: Naim Emel Prahana)
Gambar: Eks bangunan kantor peralatan berat Dinas PU
Kabupaten Lampung Tengah di Metro.
(Foto: Naim Emel Prahana)
Gambar: Eks bangunan kantor peralatan berat Dinas PU
Kabupaten Lampung Tengah di Metro.
(Foto: Naim Emel Prahana)
Gambar: Pusat kota Metro yang siap ditata ulang
(Foto: Naim Emel Prahana)
Gambar: Bangunan masjid Polres KotaMetro sebelum
dibangun ulang.(Foto: Naim Emel Prahana)
Gambar: Perbatasan wilayah Kota Metro dengan
kabupaten Lampung Timur. Foto: Naim Emel Prahana
Gambar: Prapatan 22 Hadimulyo Kota Metro
Foto: Naim Emel Prahana
Rabu, 10 Februari 2016
Desa Rindu Hati, Taba Penanjung
Sejarah Desa
Konon katanya di Desa Rindu Hati ini adalah keturunan
para raja dari Raja Sungai Serut. Awal dari semua ini karena Putri Dayang
Perindu melarikan diri dari Muara Bengkulu ke Hulu Sungai (yang berada di
Desa Rindu Hati saat ini). Sang Putri melarikan diri karena tidak mau
dijodohkan dengan para raja yang berasal dari Aceh. Setelah melarikan diri,
sang kakak dan beberapa orang kerajaan menyusul keberadaan putri ke hulu
sungai. Sebelum menyusul sang putri, sang putri sempat memberikan pesan yaitu
“jika ingin menyusulnya, bawalah satu ekor ayam dan satu ekor burung terkukur.
Jika ayam dan burung tersebut berbunyi, berhentilah disitu dan buatlah desa.
Saya akan tinggal disitu”. Ayam dan burung tersebut berbunyi ketika mereka
sampai dilokasi Desa Rindu Hati sekarang. Disitulah mereka membuat desa. Dan
Itulah awal mula Desa Rindu Hati.
Alur kisah asal
mula desa du atei (baca duwatei = rindu hati) ini juga cocok dengan
kisah yang di tulis pada litelatur- litelatur lama yang mencatat tambo dan
sejarah Bangkahoeloe. Selain itu masih banyak dijumpai penduduk asli dengan
nama depan Sutan.Di desa ini kita bisa
menikmati jernihnya air sungai yang mengalir dengan tenang. Seakan air ini
sangat senang berada di desa tersebut. Pagi yang cerah saat itu. Suara burung
yang ribut membuat suasana pagi ini serasa lengkap. Masyarakat desa sudah mulai
satu persatu berangkat ke ladang dan ke sawah yang berada tak jauh dari desa.
Menyebrangi sungai yang ada dibelakang desa. Berjalan kaki tanpa alas kaki
mengikuti jalan setapak yang berada disepanjang sungai. Terlihat sekali mereka
hidup sangat harmonis dengan air sungai yang ada disana.
Di
Desa Rindu Hati yang mayoritas penduduknya adalah Suku Rejang ini terdapat 6
anak sungai dan mungkin puluhan atau ratusan mata air. Anak-anak sungai yang
ada ini akhir menyatu ke sungai besar yang ada di hulu kampung, yaitu Sungai
Bengkulu.
Berada
didesa Rindu Hati memang sangat menyenangkan. Selain suasana kampung yang masih
asli juga terdapat sawah yang menghijau dengan dilatar belakangi oleh
bukit-bukit. Desa ini memang berada di lembah didataran tinggi Bengkulu.
Namun
kini, desa yang sangat indah dan khas sekali nuansa alaminya itu berubah. Desa
ini mengalami ancaman kerusakan lingkungan. Pembabatan hutan sekitar,
pembangunan rumah rumah batu permanen oleh penduduk yang sedang marak, tanpa
memikirkan tata letak lingkungan,pengrusakan DAS (daerah aliran sungai) dengan
alasan kemajuan dan modernnya zaman benar benar satu alasan yang tidak bisa di
terima. Dan kini penduduk mulai menuai dampak kerusakan lingkungannya. Desa
yang dahulunya tak pernah banjir, kini kerab kali menerima banjir kiriman saat
musim hujan tiba.
Kerinduan anak rantau saat
pulang ke desa ini hanya bisa menyesali, karena tidak tahu siapa yang
bertanggung jawab mengatur semua ini di desa. Apakah pemda setempat berperan
atau merestui pengrusakan lingkungan perlahan lahan di hulu sungai ini?
Kini
sejak terbentuknya kabupaten baru yaitu Bengkulu Tengah, mau tak mau desa rindu
hati masuk ke wilayah kapubaten baru ini lepas dari kabupaten semula yaitu
Bengkulu Utara. Apakah nasib desa Rindu Hati yang sarat dengan makna sejarah
Kerajaan sungai serut di masa lalu di biarkan hilang begitu saja? Apalagi di
desa ini ada Situs Makam yang di keramatkan oleh masyarakat setempat yang
kemungkinan besar berhubungan dengan Kerajaan Sungai Serut di masa
lalu.
Sementara pejabat kabupaten
Bengkulu Tengah masih carut marut berebut kekuasaan. Dan kini nasib Tanah
Rejang semakin mengenaskan !
Sumber
http://rejang-lebong.blogspot.com/2009/02/asal-mula-nama-desa-du-atei-desa-rindu.html
Photo : Sofian 23012011
Label: asal usul,
bengkulu,
budaya,
jalan-jalan,
wisata
Langganan:
Postingan (Atom)