Sabtu, 10 September 2011

Lebong Simpang Tak Kenal Uang


Kenangan Jalan Kaki Ke Tambang Emas




Di atas Pegunungan di Sawah Mangkurajo itulah letaknya Tambang Emas Lebong Simpang. Di dalam foto ini terlihat ditutup kabut. Memang cuaca di Sawah Mangkurajo sangat dingin sekali. FOTO NAIM EMEL PRAHANA


SEBELUM aku tuliskan kenangan masa kecil ini, aku merasa berat untuk meneruskan tulisan masa silam ini. Karena, foto-foto yang harusnya memperkuat tulisan ini, tidak ada. Maklum pada zaman itu memang foto masih barang langka. Namun kenangan masa silam ini ada suatu kenyataan hidup di tanah Lebong.

JUJUR saja aku katakan, keluarga kami memang asli penduduk Kotadonok ( Kota Donok, juga boleh), yang mata pencaharian keluarga 100% dari bertani, sementara kebun adalah pendukung mata pencaharian bercocok tanam tadi. Aku sangat bangga dengan orangtuaku, kampungku, daerahku, sukubangsaku.
Bapak ibuku memiliki areal pertanian di lembah Pegunungan Bukit Barisan yang sudah dikenal dengan nama Sawah Mangkurajo. Areal itu jaraknya dari Kotadonok sekitar 12 km. Pada zaman aku sampai tamat SD tahun 1971, untuk sampai ke Sawah Mangkurajo harus menempuh jalan di tengah hutan belantara—jalan setapak dan harus berjalan kaki. Sangat melelahkan, tapi begitu mengasyikkan berada di dalam hutan seharian penuh.
Sekitar 7 km atau 9 km dari Sawah Mangkurajo ke arah Utara terdapat kawasan tambang emas Lebong Simpang yang sangat populer disaat penjajahan Belanda dan pada awal kemerdekaan RI sampai sekitar tahun 1969. untuk sampa ke tambang emas Lebong Smpang, juga harus menempuh perjalanan berat dengan berjalan kaki. Tambang emas Lebong Simpang, juga dengan dengan Arga Makmur di Bengkulu Utara. Namun, medan jalan yang harus dilalui sangat sulit, karena harus mendaki gunung yang terjal.
Demikian pula dari Kotadonok atau dari Sawah Mangkurajo kami harus berjalan kaki, ada satu kawasan yang jalannya tegak lurus di tebing pegunungan Bukit Barisan. Namanya Tebing Pulus, setelah melewati jalan tebing yang terjal itu, kami atau siapa saja yang mau ke tambang emas Lebong Simpang harus berhenti di Pudau Pulus. Entah kenapa dinamakan ‘Pulus’ kawasan itu.
Konon yang aku dengar semasa kecil itu, nama tebing pulus dan pudau pulus itu diambil dari nama pohon di kawasan tersebut. Kondisi jalan tebing pulus tidaklah jauh, kalau diukur secara mendatar mungkin tidak lebih dari 200 meter. Akan tetapi, karena jalan setapaknya berada di tebing yang tegak berdiri. Membuat para pejalan kaki harus berjuang penuh untuk bisa mencapai pudau pulus yang ada di atasnya. Jalan setapak mendaki tebing pulus harus melewati akar-akar kayu yang berserakan di tebing itu.
Tebing pulus hanya dilalui pendulang (pencari emas), pedagang dan penambang musiman yang datang dari arah Kotadonok dan Tes. Sementara kalau melewati Rimbo Pengadang, jalan ke tambang emas Lebong Simpang sangat datar. Karena, sejaka lokasi tambang emas Lebong Simpang dibuka kolonial Hindia Belanda dahulu kala. Merupakan jalan lori (kereta kecil) pengangkut batu emas, barang dan orang dari dan ke Lebong Simpang.
Usai melewati jalan setapak mendaki di Tebing Pulus, selanjutnya perjalanan ke Lebong Simpang cukup datar. Namun, masih tetap di tengah hutan belantara yang masih lebat. Suasana tambang emas mulai terasa ketika memasuki jembatan air merah yang membentang sekitar 25 meter di atas sungai merah. Aku belum tahu persis, sungai besar itu namanya apa. Kenapa disebut jembatan dan sungai merah? Karena, airnya selalu berwarna kuning akibat air limbah yang mengalir dari perusahaan tambang dan pondok-pondok pendulang yang menggiling tanah dan batu emas yang hampir 24 jam nonstop.
Pada kurun waktu 1960—1969 merupakan masa jaya tambang emas Lebong Simpang setelah Indoesia merdeka atau setelah ditinggal penjajah Belanda dan Inggris dan kemudian oleh Jepang. Pengusaha yang terkenal saat itu adalah H Lukman dan Chang E (panggilan akrab mereka). Kedua pengusaha tambang emas keturunan Cina itu sudah begitu jaya. Diperkirakan saat itu keduanya memiliki karyawan masing-masing tidak kurang dari 100 orang.
Oleh karena itu, setiap hari ada saja anak buah keduanya naik (istilah pendulang) ke Lebong Simpang membawa bahan bakar solar dan bahan makanan di tambang emas Lebong Simpang. Mengangkut bahan solar ke Lebong Simpang itu menggunakan sistem upahan. Satu tangki khusus tempat minyak solar di bawa oleh satu orang. Dapat dibayangkan, berapa banyak tenaga yang naik turun dari dan ke Lebong Simpang mengangkut bahan minyak untuk mesin pengolah biji emas berupa tanah dan batu.
Ayahanda (bakku) dulunya, juga pernah punya sebuah tambang yang bekerjasama dengan salah keluarga kerabat. Namun, ketika saya mash kecil tambang itu dijual. Oleh karenanya sesekali ayahanda kami datang ke Lebong Simpang dari Sawah Mangkurajo (dalam bahasa kampungnya disebut Saweakkrajo). Aku pernah diajak ke sana ketika aku duduk di kelas 3 atau 4 SDN 1 Kotadonok, sekitar tahun 1968. tapi tahun pastinya aku lupa.
Ketika ke Lebong Simpang, ayahku membawa sayuran, antara lain pucuk po’ong (pakis), daun slada dan kan putiak beberapa ekor. Waktu itu juga untuk mendapatkan kan putiak (ikan putih seperti ikan tawes, namun ukurannya besar) sangat gampang di Saweakkrajo. Hanya membutuhkan beberapa saat memancing ikan di Bioa Putiak (Ar/sungai Putih) yang ada di lembah Saweakkrajo, sudah mendapatkan ikan cukup banyak. Makanan pancingnya cukup dengan bunga pohon dadap (bungai Dap). Mungkin, sekarang tidak akan bisa lagi seperti itu.
Du Lebong Simpang, sayuran dan ikan yang kami bawa dibeli para pendulang atau pedagang makanan dan roti di Lebong Simpang. Yang membuat aku kecil terperanggah waktu itu, sistem jual beli di Lebong Simpang tidak menggunakan uang seperti sekarang ini. Akan tetapi menggunakan emas. Sayuran dan ikan diharga dengan beberapa sagai emas. (‘sagai’ itu pecahan dari gram).
Demikian pula kalau kita mau membeli roti di warung-warung di Lebong Simpang, kita juga membelinya dengan kepingan emas yang baru ke luar dari glundungan. Sebutan ‘glundungan’ itu adalah sebuah besi bundar (seperti untuk gorong-gorong) berdiameter 50-cm sampai 100 cm. Besi glundungan itulah yang akan menghancurkan bebatuan dan tanah yang mengandung emas. Kemudian setelah ke luar dari glundung, aantara perak dan emas dipisahkan dengan daun khusus yang dicampur dengan sesuatu zat (aku lupa namanya).
Bahkan, aku kecil yang datang ke Lebong Simpang, karena memang di sana tidak ada anak kecil sebab tidak ada perempuan atau keluarga yang bermukim. Banyak sekali diberikan emas dengan ukuran sagai tadi. Kebetulan ayah kami adalah salah satu tokoh d Lebong Simpang waktu-waktu sebelumnya.
Semua kenangan itu masih sangat melekat dalam benak pikiranku sampai sekarang. Walaupun tempat kami Kotadonok atau Sawah Mangkurajo dekat dengan lokasi tambang emas Lebong Simpang, sejak tamat SD aku sudah tidak lagi mengunjungi tambang emas itu. Aku rindu ingin ke sana?

Sudah Lama “Ngaji” Tetapi Akhlak Tidak Baik

Sudah Lama “Ngaji” Tetapi Akhlak Tidak Baik

Jumat, 09 September 2011



Kotadonok 1926
Kotadonok terletak di Kabupaten Lebong, jaraknya dari Kota Curup, ibukota Kabupaten Rejang Lebong sekitar 45 km. Kota ini terletak dekat Danau Tes, yang merupakan danau terbesar di Propinsi Bengkulu.
Gambar ini adalah koleksi dari Tropen Museum, Belanda. Tampak di gambar penduduk Kotadonok, dan rumah panggung khas Rejang.
Kotadonok merupakan kampung/ desa tua di daerah Rejang Lebong. Lokasi gambar di atas jika dilihat geografis Desa Kotadonok terletak di daerah rumah Pangeran Kotadonok (sekarang ini). Namun, bangunan rumah yang terlihat, saat ini (2011) sudah tidak ada. Karena sudah berdri rumah-rumah yang diatur sedemikan rupa jaraknya dari as jalan raya. Sementara dalam gambar di atas rumah-rumah tersebut sangat dekat dengan jalan raya.
Pohon-pohon kelapa yang terlihat pada gambar tahun 1926 itu, saat ini sudah tidak ada lagi. Kelapa yang umurnya sekitar 86 tahun, sudah sangat jarang dijumpai di Kotadonok, kalaupun masih ada satu dua, kelapa-kelapa tua itu berada di sekitar Masjid Nurul Iman, belakang kawasan perumahan Peken. Desa Kotadonok diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke XV.

Desa UTP Mangkurajo


UPT Mangkurajo
Desa Baru di Lebong
Kelurahan/Desa
Desa
Nama Kelurahan/Desa
UPT Mangku Rajo
Kode Wilayah Kelurahan/Desa
17.07.04.2016
Nama Kecamatan
Lebong Selatan
Kabupaten/Kota
Kabupaten
Nama Kabupaten/Kota
Lebong
Propinsi
Bengkulu

Dunia Bicara Rumah Kami Kampung Kami


Kelurahan/Desa & Kodepos Kabupaten Lebong Bengkulu
Berikut ini adalah daftar nama-nama Kelurahan / Desa dan Kecamatan beserta nomor kode pos (postcode / zip code) pada daerah/wilayah/area Kota/Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, Republik Indonesia.

Kota/Kabupaten : Lebong
Kecamatan Lebong Atas
- Kelurahan/Desa Atas Tebing (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Danau (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Dusun Baru (Sukaseri) (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Gunung Alam (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Kembung (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Kota Baru Santan (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Limes (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Padang Balo (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Pelabi (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Sebayua (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Suka Datang (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Sukakayo (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Taba Baru (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Taba Baru Dua (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Taba Baru Satu (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Tanjung Agung (Kodepos : 39265)
- Kelurahan/Desa Uei (Kodepos : 39265)

Kecamatan Lebong Selatan
1-   Kelurahan/Desa Bungin (Kodepos : 39262)
2-   Kelurahan/Desa Karang Dapo Atas (Kodepos : 39262)
3-   Kelurahan/Desa Karang Dapo Bawah (Kodepos : 39262)
4-   Kelurahan/Desa Kota Donok (Kodepos : 39262)
5-   Kelurahan/Desa Mangkurajo (Kodepos : 39262)
6-   Kelurahan/Desa Sukasari (Kodepos : 39262)
7-   Kelurahan/Desa Mubai (Kodepos : 39262)
8-   Kelurahan/Desa Pel Talang Leak (Kodepos : 39262)
9-   Kelurahan/Desa Pungguk Pedaro (Kodepos : 39262)
10- Kelurahan/Desa Taba Anyar (Kodepos : 39262)
11- Kelurahan/Desa Talang Kerinci (Kodepos : 39262)
12- Kelurahan/Desa Talang Leak I (Kodepos : 39262)
13- Kelurahan/Desa Talang Leak II (Kodepos : 39262)
14- Kelurahan/Desa Tes (Kodepos : 39262)
15- Kelurahan/Desa Turan Lalang (Kodepos : 39262)
16-Kelurahan/Desa Turan Tiging (Kodepos : 39262)

Kecamatan Lebong Tengah
- Kelurahan/Desa Embong Panjang (Kodepos : 39263)
- Kelurahan/Desa Karang Anyar (Kodepos : 39263)
- Kelurahan/Desa Limaupit (Kodepos : 39263)
- Kelurahan/Desa Magelang Baru (Kodepos : 39263)
- Kelurahan/Desa Pagar Agung (Kodepos : 39263)
- Kelurahan/Desa Semelako (Kodepos : 39263)
- Kelurahan/Desa Suka Bumi (Kodepos : 39263)
- Kelurahan/Desa Taba Seberang (Kodepos : 39263)
- Kelurahan/Desa Talang Sakti (Kodepos : 39263)
- Kelurahan/Desa Tanjung Bunga (Kodepos : 39263)
- Kelurahan/Desa Ujung Tanjung I (Kodepos : 39263)
- Kelurahan/Desa Ujung Tanjung II (Kodepos : 39263)

Kecamatan Lebong Utara
- Kelurahan/Desa Air Kopras (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Bentangur (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Dusun Muara Aman (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Embong Uram (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Gandung (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Garut (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Kampung Jawa Baru (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Kampung Jawa Dalam (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Kampung Muara Aman (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Ketenong Dua (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Ketenong Satu (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Kota Agung (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Kota Baru (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Ladang Palembang (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Lebong Donok (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Lebong Tambang (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Limau (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Lokasari (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Muara Ketayu (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Pasar Muara Aman (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Paya Embik (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Sebelat Ulu (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Suka Marga (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Sukaraja (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Talang Bunut (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Talang Ulu (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Tambang Sawah (Kodepos : 39264)
- Kelurahan/Desa Tunggang (Kodepos : 39264)

Kecamatan Rimbo Pengadang
- Kelurahan/Desa Air Dingin (Kodepos : 39261)
- Kelurahan/Desa Bandar Agung (Kodepos : 39261)
- Kelurahan/Desa Rimbo Pengadang (Kodepos : 39261)
- Kelurahan/Desa Suka Negeri (Kodepos : 39261)
- Kelurahan/Desa Talang Baru (Kodepos : 39261)
- Kelurahan/Desa Talang Donok (Kodepos : 39261)
- Kelurahan/Desa Tanjung (Kodepos : 39261)
- Kelurahan/Desa Tapus (Kodepos : 39261)
- Kelurahan/Desa Talangratu (Kodepos : 39261)

TUN SADEI TE: PROFLE TOKOH MUDA LAMPUNG

TUN SADEI TE: PROFLE TOKOH MUDA LAMPUNG: NAIM EMEL PRAHANA dilahirkan di Desa Kotadonok, Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu pada 13 Desember 1960....

TUN SADEI TE: Dunia Bicara Rumah Kami Kampung Kami

TUN SADEI TE: Dunia Bicara Rumah Kami Kampung Kami

MENYERUAK DUNIA

Senin, 22 Agustus 2011

PROFLE TOKOH MUDA LAMPUNG

NAIM EMEL PRAHANA dilahirkan di Desa Kotadonok, Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu pada 13 Desember 1960.  Setelah menamatkan SDN 1 Kotadonok, kemudian masuk melanjutkan di MTsN Kotadonok (3 bulan), meneruskan sekolahnya ke Padang Panjang, Sumatera Barat di SMP Muhammadiyah dan SMPN II Padang Panjang yang ditamatkan tahun 1974. Selama di Padang Panjang, tinggal di rumah pengarang Rivai Ali di Silaing Atas Padang Panjang.
Naim yang nama aslinya Naimmullah ini, setelah silih berganti masuk SMA di SMPPN 52 Lampung di Bandarlampung, kemudian masuk SMA PGRI Curup, dan akhirnya menamatkan sekolah di SMAN Curup, Bengkulu (1979). Kemudian melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta. Pernah kuliah di IKIPN Karangmalang (1 tahun) dan menamatkan kesarjanaannya di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) jurusan Pidana-kriminologi tahun 1985.
Sejak di SMPN II Padang Panjang sudah menulis puisi, dan makin giat menulis ketika kuliah di Yogyakarta, terutama menulis di media massa dalam karya puisi, cerita anak-anak, cerpen, esay, hukum, pendidikan dan lainnya.
Karya-karya puisi yang sudah dihimpun dan dibukukan (diterbitkan) antara lain, Sajak Kaca (1984, bersama empat penyair muda Yogyakarta), Kasih Tuan (1985), Kembang Malam Kembang Kelam (1986), Poros (1986), Puisi Indonesia (1987, DKJ), Bruckkenschlag (1988, diterbitkan dalam bahasa Jerman), Solidaritas (1991, bersama penyair Lampung), Puisi Selatan (1992, bersama penyair Sumatera Bagian Selatan), Nuansa Hijau (1995, Bogor), Sagang (1994, Pekanbaru), Dari Negri Poci 3 (Cirebon), Buku Cerita Rakyat Lampung (jilid 1, 2 dan 3 penerbit Grasindo-Kompas Jakarta, 1988), Buku Cerita Rakyat Bengkulu (jilid 2 dan 3, penerbit Grasindo-Kompas Jakarta, 1988)
Putra asli sukubangsa Rejang yang fanatik dengan agama Islam ini menamatkan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII ) Yogyakarta mengambil jurusan Kriminologi-Pidana. Alamat kantor Harian Lampung Ekspres Jl Urip Sumoharjo No 88 Gunungsulah, Sukarame, Bandarlampung, telp 0721-771715, 771613, 771613. Sebelum bergabung dengan Lampung Ekspres pernah bergabung dengan Mingguan Eksponen dan Suara Muhammadiyah (Yogyakarta), koresponden Skm Swadesi, Simponi, Merdeka Minggu, Kiblat, Estafet (Jakarta), Fakta (Surabaya), Minguan Warta & Niaga, Sku Tamtama (Lampung) dan pernah jadi penyiar di Radio Deimarga Nusa Metro.
                       
Organisasi
1971-1972     : sekretaris Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Ranting  SMP Muhammadiyah Padang Panjang, Sumatera Barat
1972-1973     : ketua IPM Ranting SMP Muhammadiyah Padang Panjang, Sumatera Barat
1976-1977     : Sekretaris OSIS SMPP Negeri 51 Lampung di Bandarlampung, dan ketuanya Indra Karyadi SH
1977-1980     : Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Kotadonok, Kabupate  Rejang Lebong, Curup, Bengkulu
1979-1980     : Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat  Fakultas (Komfak) Hukum UII Yogyakarta
1980-1981     : Ketua Departemen Kader HMI Komfak FH UII Yogyakarta
1980-1982     : Pengurus Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Hukum  (FH) UII Yogyakarta
1982-1983     : Ketua Komisi III Keuangan Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FH UII Yogyakarta
1983-1984     : Koordinator Departemen Kesejahteraan Rakyat (Kesra) SEMA FH UII Yogyakarta
1983-1985     : Ketua Kelompok Mahasiswa Hukum (MT2A) FH UII  Yogyakarta
1983-1986     : Pengurus Dewan Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
1987-kini       : Ketua Studi Intelektual dan Kebudayaan Lampung (SIK)
1987-2004     : Pengurus Keluarga Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Lampung Tengah
1987-2001     : Wakil Ketua DPC PPP Lampung Tengah bersama  Hasyim Idrus
2003-2007     : Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) Kota Metro
2004-2009     : Sekretaris INKAI Cabang Lampung wilayah Timur di  Kota Metro
2004-2009     : Sekretaris Eksekutif Dewan Pimpinan Cabang  Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia  Kota Metro

Organisasi dan Pers
1980-1983     : Anggota Perhimpunan Penulis Muda ‘Insani’ Harian Masa Kini Yogyakarta
1980-1984     : Anggota Pergerakan Penulis Yogyakarta ‘Kreta’ Harian  Berita Nasional Yogyakarta
1980-1985     : Pengasuh Buletin Intimate BPM FH UII Yogyakarta
1980-1984     : Redaksi majalah Keadilan FH UII dan majalah  Muhibbah UII Yogyakarta
1991-1994     : Anggota Wartawan Dirgantara Nasional di IPTN  Bandung
1987-1999     : Pimpinan Harian dan Penyiar Radio Deimarga Nusa di  Metro
1987-1990     : Praktek Pengacara di Metro
1987-2002     : Redaktur/wartawan SKU Tamtama-Lampung Ekspres Plus
1993-1997     : Ketua Seksi Fim, Budaya dan Pariwisata PWI cabang  Lampung
2000-2005     : Ketua PWI Perwakilan Wilayah Timur (Lampung  Tengah, Lampung Timur dan Kota Metro)
1980-1986    : penulis rutin artikel, cerpen, puisi, kolom di media cetak  Nasional maupun daerah, seperti Kompas (info seni), Suara Pembaruan, Perioritas 
                    (almarhum), Media Indonesia, Merdeka, Jayakarta, Suara Karya, Pelita, SKM Swadesi,Simponi, Intijaya, Sentara, majalah Kiblat, Estafet, Hai,
                    Yudha Minggu, SKM Media Indonesia Minggu, dll (Jakarta), Kedaulatan Rakyat, berita Nasional, Masa Kini, Eksponen, majalah Putera
                    Kita,Pusara (Yogyakarta), majalah Bagelan (Solo), Suara Merdeka, Bahari (Semarang), Majalah Fakta, Liberty dan Momarandum (Surabaya),
                    Bali Post, Karya Bakti (Bali), Banjarmasin Post (Banjarmasin), Akcaya (Pontianak), Singgalang dan Semangat (Padang), Sumatera
                    EkspresSriwijaya Pos, dan Suara Rakyat Semesta    (Palembang), Riau Pos dan majalah Bahana (Riau), Waspada, Indonesia Baru, Medan Post 
                   (Medan), Serambi Mekkah (Aceh), Semarak (Bengkulu), Lampung Post, Warta & Niaga, Tamtama (Lampung) dan surat kabar harian,
                   mingguan serta majalah lainnya.
Kebudayaan
1980-1984      : Pimpinan teater Lataah FH UII Yogyakarta
1980-1985      : Tergabung dalam teater UNISI UII Yogyakarta
1980-1986      : Koordinator Himpunan Penulis Pengarang dan Penyair Nusantara (HP3N) kordinat Yogyakarta.
1983-1996      : Pengurus Dewan Kesenian Lampung (DKL) di  Bandarlampung
1996-1999      : Ketua Dewan Kesenian Lampung Cabang Lampung Tengah
1996-     : Mengikuti acara 100 tahun wafatnya pujangga Raja Ali   Haji di Pulau Penyengat, Riau Kepulauan
1997-     : Duta budaya Indonesia ke Eropah dan Amerika Latin

1980-sekarang : masih aktif di dunia kesenian

PROFILE WARTAWAN


ZULFIKAR FUAD lahir di Lampung 26 Oktober 1978, putra asli Lampung, beragama Islam dan belum menikah. Pendidikan  Ilmu Komunikasi Unila. Alamat rumah Jl Negara 64A Yukumjaya, Bandarjaya, Lampung Tengah, Telp 0725-26899. Alamat kantor Perwakilan Majalah Berita Garda Helonjaya Building Jl Teuku Umar 62 Bandarlampung  Telp 0721-782544, 782546 Nomor KTA : 08.00.0008.99.CA. Daftar profesi jurnalistiknya di beberapa media, antara lain pernah bergabung dengan Lampung Post, Lampung Ekspres dan Koridor. Terakhir sebagai wartawan sekaligus kepala perwakilan majalah berita Garda di Lampung.

EDY RIBUT HERWANTO dilahirkan pada 24 Mei 1974 di Blitar, Jawa Timur, beragama Islam dan sudah menikah. Pendidikan        D-II Jurnalistik Universitas Terbuka. Alamat rumah di Margamulya, Margamulya, Sukadana Lampung Timur, Alamat kantor Harian Lampung Post Biro Metro Jl Imam Bonjol 1 Hadimulyo BD 22 Metro  Telp 0725-47275 Nomor KTA  08.00.0041.99.CA. Sebelum jadi reporter Lampung Post di Lampung Tengah, Edy Ribut bergabung dengan Skm Sumatera Post.   

DENCIK EFFENDI M dilahirkan di Palembang pada 16 Oktober 1955 dari keluarga Islam berstatus sudah menikah, pendidikan  terakhir STM di Palembang. Alamat rumah Jl Kedondong 7 Yosodadi 21B Kota Metro Telp 0725-42643. Alamat kantor Jl Jend Sudirman (depan PN Kotabumi) Telp 0724-24186, 24088 Nomor KTA 08.00.4420.93.B.96. Sebelum bergabung dengan Skm Jaya Ekspres (Kotabumi), pernah bergabung dengan Sumatera Ekspres, Suara Rakyat Semesta, Berita Ekspres (Palembang)

EMBUN PUTRANTO lahir pada 18 Juli 1973 di Purbalingga, Jawa Barat dari keluarga Islam dan sudah menikah. Pendidikan yang lagi ditempuh saat ini di perguruan tinggi di Metro. Alamat rumah Perumahan Prasanti Blok B2 No 6 Kota Metro. HP 08127904169. Alamat kantor Jl Sultan Agung 18 Kedatong, Bandarlampung, Telp 0721-789750, 789751. Nomor KTA dalam proses. Sebelum bergabung dengan Harian Radar Lampung, Embun Putranto malang-melintang di dunia kepenyiaran radio swasta, tepatnya di Radio Deimarga Nusa Metro.

SYAMSUL ARIFIN lahir pada 9 Mei 1968 di Gisting, Tanggamus dari keluarga Islami dan kini sudah menikah. Pendidikan terakhirnya Fakultas Ushuludin UMM Metro. Saat ini tinggal di Margogoto, Kecamatan Metro Kibang, Lampung Timur. Alamat kantor Jl Pattimura 7A Kota Metro. Sebelum bergabung dengan Tabloid JaMUS, Syamsul pernah bergabung dengan Sku Tamtama dan Harian Lampung Ekspres.

MUHAMMAD MA’RUF dilahirkan di Metro, 12 Oktober 1973 beragama Islam dan sampai kini belum menikah. Pendidikan saat ini sedang menyelesaikan kuliahnya di sebuah PT di Metro. M Ma’ruf masih tinggal dengan orangtuanya di Jl Kol II No 27 RT 085/025 15A Kampus Metro, sedangkan alamat kantornya di Jl Sultan Agung 18 Kedaton, Bandarlampung telp 0721-789750, 789751. Sebelum bergabung dengan Harian Radar Lampung, M Ma’ruf pernah menjadi pemasaran koran Lampost, reporter Skm Dayu Ekspres dan Skm Handal.