Jumat, 27 Juni 2014
Sabtu, 17 Mei 2014
Senin, 07 April 2014
Lampung Today In Action
Oleh Naim Emel Prahana
MENCARI alasan, kenapa ejaan bahasa Indonesia
“yang disempurnakan” (EYD) menyebutkan kalimat berbasis baik dan benar.
Perdebatanpun tidak ada, penggunaan bahasa dalam bentuk penulisan dan
pengucapannya terus berlanjut dan berkembang di antara praduga-praduga
konstruktif di mata akademisi dan publik
sastra.
Hal di atas mengingatkan semua peranan yang
bermuara di tengah kehidupan bangsa dan negara (masyarakat), ternyata sentilan
bahasa yang baik da benar dalam kehidupan dewasa ini, sudah terkooptasi oleh
kepentingan besar, yaitu kepentingan kekuasaan dan pengusaan kepentingan.
Mungkin disitulah peran politik sebagai
“kebohongan yang disahkan” semakin dominan mengalahkan kepentingan keseimbangan
masyarakat yang digambarkan seperti publik. Padahal, jika ‘publik’ tadi
dikonotasikan dengan sebutan ‘masyarakat’—‘rakyat’—‘warga’—‘bangsa’ yang
kemudian diasumsikan sebagai pilar utama demokrasi, maka tidak ada ruang
pertemuan yang mencapai titik penyelesaian (solusi).
Sebab, politik semakin boros semakin tidak
beraturan penggunaan dan pengucapannya dalam kenyataan kehidupan berbangsa dan
bernegara, khususnya di provinsi Lampung ini.hal itu sangat mengingatkan saya
pada tahun 1984—1985, diberitahu oleh Bang Bismar Siregar (alm) dengan
pertanyaan sederhana, “Adinda mau jadi hakim, sudah pernah berbuat apa?”, kata
Bismar Siregar.
Sudah barang tentu, aku belum berbuat
apa-apa, jika dibandingkan perjalanan hidup sampai saat itu. Namun, pertanyaan
itu masih utuh dan sangat relevan dipertanyakan kembali di tengah hiruk
pikuknya kepentingan dan politik di Tanah
Lada, Lampung Say Wawai ini.
Persoalan Pemilihan Gubernur (pemilgub)
yang bukan hanya ‘katanya’, akan tetapi telah menyita berbagai aktivitas
pembangunan di daerah ini. Sebagai catatan, jabatan gubernur Lampung sejak
berada di tangan Sjachroedin Zainal Abidin Pagar Alam selalu ramai
diperdebat-dibincangkan bahkan selalu digugat secara politis maupun secara
yuridis.
Sayangnya, semua persoalan yang diajukan
dan hampir semua pembelaan yang dikedepankan terlalu berat ke politik. Sehingga
sulit ditemukan keinginan bersama; dari dan untuk rakyat Lampung. Padahal,
Lampung membutuhkan pemecahan persoalan signifikan lainnya yang tidak boleh
ditunda seperti, penanggulangan berbagai aksi kejahatan, korupsi, peningkatan
kesejahteraan rakyat, menertibkan pengelolaan pendapatan asli daerah, termasuk
menertibkan pelayanan publik semisal masalah PLN yang “tidak jelas” komitmennya
terhadap penerangan dan sebagainya.
Masih banyak dan masih sangat jauh dari apa
yang diharapkan selama ini dan semuanya menjadi korban politik dari segelintir
orang, apakah di jajaran pemerintahan maupun di KPU serta para politisi
Lampung. Negara ini (termasuk daerah Lampung) adalah negara hukum, tetapi
penegakan hukumnya sangat lemah. Semuanya menjadi lelah, letih dan lusuh akibat
para komisioner KPU bermain politik kepentingan yang terlalu dramatisir.
Lampung today
in action masih tetap sama dengan kemarin, kemarinnya lagi, kemarinnya
lagi, hari ini di media massa cetak, media elektronik audia visual, di media
jejaring sosial dan realitas kehidupan masyarakatnya. Kepentingan-kepentingan
didorong sedemikian rupa melalui person-person yang secara membabi buta
melemparkan bahasa kritik, saran dan masukan yang TIDAK baik dan TIDAK benar
sebagaimana dianjurkan dalam EYD.
Artinya masihkan ada maknanya nilai-nilai
kesantunan dalam prilaku berbahasa dan berkata di kancah perpolitikan. Baik
pada politisi Parpol, KPU, elemen tertentu masyarakat, dan penggunan media
“jejeraing sosial?” sebaiknya, menghadapi persoalan kepentingan itu selalu
mengedepankan azas manfaat dan azas legalitas yang pro realitas.
*) penulis
peminat masalah sosial dan budaya.
Razia Narkoba BNNK Metro
Razia Narkoba
BNNK Metro
Metro--Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Metro terus melakukan
kegiatan berkaitan penya-lahgunaan narkoba, khu-susnya di kalangan pela-jar di
daerah kota
itu. Tujuannya untuk mende-teksi secara dini pemakai narkoba di kalangan pela-jar,
yang sangat sulit un-tuk diketahui.
Hal itu dikatakan oleh Ketua BNNK Metro, Saleh
Chandra P dihada-pan tim operasi
RAZIA—Salah seorang tim razia narkoba BNNK Metro tengah
memeriksa handphone seorang siswa, untuk mengetahui image (gambar) yang ada di
telepon genggam para siswa yang dicurigai ada kaitannya dengan narkoba. Foto: naim ep/LE/dok
(razia) BNNK, Rabu (25/9) kemarin di ruang kerjanya.
Hadir saat itu, Kalakhar BNNK, Drs Ishak yang juga
menjabat sebagai Sekretaris Daerah Kota Metro dan persoanil razia yang ditunjuk
BNNK, terdiri dari unsur Kepolisian, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Pol PP
dan Granat.
Dalam pengarahannya, Saeh Chandra mengharapkan di
Kota Metro masalah narkoba di kalangan pelajar tidak begitu banyak, memang
pendekatan yang idealnya harus melalui pendekatan agama.
“Tugas tim sangat mulia, efect narkoba luar biasa,
sementara masalah lain akan menyusul dalam beberapa program kegiatan,” kata
Ketua BNNK Metro itu.
Dikatakan Saleh Chandra, pola piki para pecandu
narkoba itu sanga singkat (pendek), itu diakibatkan susunan syaraf mereka sudah
terganggu.
Razia narkoba di sekolah yang dilakukan BNNK Metro
kemarin menyambangi SMKN 3, SMPN 2 dan SMK Ganesha.
Operasi yang dipimpin langsung oleh Sekdakot Metro
itu berjalan lancar, untuk ketiga sekolah itu, memang tidak ditemukan hal-hal
yang berkaitan dengan narkoba.
Hal itu diakui oleh personil dari Sat Narkoba Polres,
Fauzi. Dia menyatakan, tidak perlu merazia semua tas pelajar, kita coba
perhatikan gerak-gerik siswa di dalam kelas itu sendiri.
Objek operasi narkoba terhadap beberapa pelajar dari
beberapa sekolah di Metro kemarin, termasuk pemeriksaan handphone, tas, laptop
para siswa yang sudah terkoneksi dengan sistim Wi-fi internet masing-masing
sekolah.
Pakar internet untuk download BNNK, Naim Emel Prahana
dalam operasi kemarin memaksa para siswa yang membawa laptop untuk membuka
porgram internet mereka da langsung mengklik folder histories.
“Hal itu kita lakukan untuk mengetahui sejauhmana
siswa melakukan download hal-hal yang di luar dari tugas sekolah,” kata dia
seraya terus meminta siswanya membuka program internet.
Dikatakan Naim, dari penyidikan itu, memang siswa
yang kebetulan mebawa laptop, belum ditemukan anak-anak yang gemar mendoenload
video-video seronok. Namun, belum dapat disimpulkan apakah yang kebetulan tidak
membawa laptop demikian juga.
“Kita lihat nanti,” kata Naim.
Razia narkoba BNNK Metro besok akan dilanjutkan lagi,
untuk sementara sekolah yang akan ditujukan, tidak diberitahu, untuk menjaga
rahasia kerja BNNK. (RD-02/RD-04)
Idul Fitri In We House Kotadonok
Lokasi: Metro, Lampung, Sumatera, Indonesia
Sumatera Selatan, Indonesia
Selasa, 04 Februari 2014
RODES di Jualo.com
RODES di Jualo.com: RODES posted his ads at jualo.com
Jualo.com the most advanced market place in Indonesia where you can post your ads
APLIKASI TEST IELTS
Hubungi Kami
Jualo.com the most advanced market place in Indonesia where you can post your ads
APLIKASI TEST IELTS
Hubungi Kami
Sabtu, 01 Februari 2014
Fenomenal
INILAH
catatan fenomenal selalu membuat pemburunya menjadi gregetan.
Barangkali sifat memburu itu lebih dianggap baik daripada ‘diburu’.
Tetapi, di dunia tertentu di profesi tertentu, banyak mereka ingin
selalu ‘diburu’!
Di mana dunia itu? Itulah dunia panggung yang banyak sandiwaranya—sebab, tidak semua dunia panggung itu ada sandiwaranya. Kali ini, dunia panggung yang gemerlapan dengan sandiwara.
Entah itu perkataan orang nggak suka atau memang itulah adanya, tapi terlalu banyak benar daripada salah, jika tidak salah yang terlalu banyak muncul pada ‘pembenaran’ itu sendiri.
Di sini atau di mana-mana selalu kata ‘cinta’ dimunculkan dalam banyak bentuk, misalnya curhat, inbox, kabar-kabari, silet, insert atau juga tulisan-tulisan di facebook ini. Belum lagi melalui BBM yang dulu hanya dikenal dengan Bahan Bakar Minyak. BBM yang ini “buka-bukaan masalah!” di dalam istilah Black Berry Mesenger.
Orang yang menjadikan masyarakat adalah pasar empuk untuk mengeruk keuntungan uang miliaran rupiah mengatakan, “Kalau tidak ada para badut-badut seperti Olga Saputra cs, panggung televisi swasta tidak semarak”
Lalu ada yang menjawab, “Apa iya?”
Bagaimana dengan katamu, dan kata mereka di sana, juga kata mereka yang ada di tengah hutan belantara?
Seorang budayawan muda kawakan beberapa tahun silam mengatakan kepada rekan-rekan yang bertemu dengannya di sebuah kota kecil. Apa kata budayawan muda itu?
“Berita di media massa itu ambillah jangan lebih dari 5%, selebihnya buang,” kata dia saat itu. Tercengangkah kita yang ‘kutu’ baca surat kabar, majalah, jadi pemirsa televisi?
“Nggak juga, sih”, dan sekarang kita semakin tahu kalau 90% isi surat kabar adalah soal pejabat dan pengusaha. Sisanya soal kriminal, kemiskinan, pendidikan dll yang riil. Semikian pula materi acara televisi saat ini dan sejak lama berisi iklan-iklan kaum kapitalisme, lalu kalau acaranya dikatakan menarik selalu penampilkan badut-badut yang berperan seenaknya, lelaki berperan jadi bencong. Modalnya hanya cekakakan, berlenggak-lenggok dengan celana seenaknya sampai celana dalam leluasa ke luar dari tempatnya, karena memakai baju kecil dan pendek lagi.
Mereka-mereka itu ingin selalu diburu, jika suatu saat nanti sudah mulai gersang, maka merekapun masih ingin diburu dengan membuat kejadian-kejadian aneh, amoral, asusila bahkan rela menghancurkan rumah tangganya sendiri demi populeritas tahap kedua, tahap ketiga dan tahap seterusnya.
Namun, di balik itu sebenarnya mereka adalah memburu materi semata-mata, sebagian besar rela menjadi isteri simpanan para pejabat, politikus, pengusaha dan preman kelas Gondorwu. “Itu semua karena mengejar harta, tahta populeritas semata!”
Di mana dunia itu? Itulah dunia panggung yang banyak sandiwaranya—sebab, tidak semua dunia panggung itu ada sandiwaranya. Kali ini, dunia panggung yang gemerlapan dengan sandiwara.
Entah itu perkataan orang nggak suka atau memang itulah adanya, tapi terlalu banyak benar daripada salah, jika tidak salah yang terlalu banyak muncul pada ‘pembenaran’ itu sendiri.
Di sini atau di mana-mana selalu kata ‘cinta’ dimunculkan dalam banyak bentuk, misalnya curhat, inbox, kabar-kabari, silet, insert atau juga tulisan-tulisan di facebook ini. Belum lagi melalui BBM yang dulu hanya dikenal dengan Bahan Bakar Minyak. BBM yang ini “buka-bukaan masalah!” di dalam istilah Black Berry Mesenger.
Orang yang menjadikan masyarakat adalah pasar empuk untuk mengeruk keuntungan uang miliaran rupiah mengatakan, “Kalau tidak ada para badut-badut seperti Olga Saputra cs, panggung televisi swasta tidak semarak”
Lalu ada yang menjawab, “Apa iya?”
Bagaimana dengan katamu, dan kata mereka di sana, juga kata mereka yang ada di tengah hutan belantara?
Seorang budayawan muda kawakan beberapa tahun silam mengatakan kepada rekan-rekan yang bertemu dengannya di sebuah kota kecil. Apa kata budayawan muda itu?
“Berita di media massa itu ambillah jangan lebih dari 5%, selebihnya buang,” kata dia saat itu. Tercengangkah kita yang ‘kutu’ baca surat kabar, majalah, jadi pemirsa televisi?
“Nggak juga, sih”, dan sekarang kita semakin tahu kalau 90% isi surat kabar adalah soal pejabat dan pengusaha. Sisanya soal kriminal, kemiskinan, pendidikan dll yang riil. Semikian pula materi acara televisi saat ini dan sejak lama berisi iklan-iklan kaum kapitalisme, lalu kalau acaranya dikatakan menarik selalu penampilkan badut-badut yang berperan seenaknya, lelaki berperan jadi bencong. Modalnya hanya cekakakan, berlenggak-lenggok dengan celana seenaknya sampai celana dalam leluasa ke luar dari tempatnya, karena memakai baju kecil dan pendek lagi.
Mereka-mereka itu ingin selalu diburu, jika suatu saat nanti sudah mulai gersang, maka merekapun masih ingin diburu dengan membuat kejadian-kejadian aneh, amoral, asusila bahkan rela menghancurkan rumah tangganya sendiri demi populeritas tahap kedua, tahap ketiga dan tahap seterusnya.
Namun, di balik itu sebenarnya mereka adalah memburu materi semata-mata, sebagian besar rela menjadi isteri simpanan para pejabat, politikus, pengusaha dan preman kelas Gondorwu. “Itu semua karena mengejar harta, tahta populeritas semata!”
Langganan:
Postingan (Atom)