Minggu, 31 Januari 2016
LIBURAN dan JALAN-JALAN DI JOGJAKARTA
LIBURAN dan jalan-jalan bareng memang asyik. Apalagi yang dikunjungi adalah daerah wisata yang sangat terkenal seperti Jogjakarta, Solo dan Bandung. Seperti gambar kami ketika ke daerah pariwisata tersebut di di atas:
Topeng Monyet di Halaman Rumahku
Seni dan Ketrampilan Topeng monyet beberapa waktu lalu di Jakarta dilarang, karena dianggap telah melakukan penganiyaan terhadap satwa monyet. Namun, topeng monyet sangat disukai masyarakat, terutama anak-anak. Belum lama ini Topeng monyet mampir di rumah saya. Praktis anak saya minta dimainkan di halaman rumah. Naim EP)
Muli Mekhanai Kota Metro 2014
Muli Mekhanai Kota Metro 2014
foto bersama dengan Sekdakot, Drs Ishak dan Kadis
Tata Kota, Ir Purwanto (Naim EP)
PESPUSTAKAAN DAERAH - Dari menara Masjid Taqwa
terlihat gedung Perpustakaan Daerah Kota Metro
Gedung DPRD Kota Metro
Perempatan Jalan AH Nasution Kota Metro
Jl AH Nasution pinggir Taman Merdeka
Bundaran Kota Metro
Kota Metro
Tugu Walet di bundaran Kota Metro
Masjid Taqwa Kota Metro usai dibangun ulang 2014
Kantor Bappeda Kota Metro
Kantor Bappeda Kota Metro
Pintu Gerbang Masjid Taqwa Kota Metro
Pintu Gerbang Masjid Taqwa Kota Metro (dari dekat)
Kawasan Masjid Taqwa Kota Metro
Kawasan Masjid Taqwa Kota Metro
Taman Merdeka Kota Metro yang terletak
dijantung kota
Rabu, 27 Januari 2016
SDN 2 Buana Sakti Terbengkalai
GERBANG - Pintu Masuk Desa Buana Sakti
Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur
dari ibukota Kecamatan
SDN 2 Buana Sakti yang dibangun tahun 1972
kondisinya saat ini memprihatinkan, tidak pernah
dapat bantuan rehab, atau dana bantuan lainnya.
KETERANGAN GAMBAR
TERBENGKALAI—SDN 2 Buana Sakti Kecamatan
Batanghari, Lampung Timur yang sudah berusia 38 tahun, kini kondisinya sangat
memprihatinkan akibat tidak ada bantuan dari pemerintah seperti terlihat pada
gambar yang diambil Selasa (19/1) kemarin. FOTO: naim ep/LE
Batanghari - Pemerintah Kabupaten Lampung Timur boleh diibaratkan
“tidak adil” memperhatikan dunia pendidikan di daerah itu. Ketidak adilan
perhatian itu terlihat di beberapa SDN yang mengalami rusak berat dan tidak
pernah mendapat bantuan.
Sementara, SD yang dekat dengan jalan besar, selalu
mendapat bantuan untuk membangunan lokal atau ruang baru maupun sarana dan
prasarana lainnya.
Salah satu SD Negeri di Lampung Timur yang tidak mendapat
perhatian adalah SDN 2 Buana Sakti Kecamatan Batanghari yang berjarak sekitar 3
– 4 km dari ibukota kecamatan Batanghari, Banarjoyo.
SDN 2 Buana Sakti dibangun tahun 1978 dengan 4 lokal untuk
belajar. Kemudian pada tahun 1982 dibangun lagi 2 lokal/ruang belajar yang beratapkan
seng.
Saat ini bangunan SDN 2 Buana Sakti sangat
memprihatinakan, pintu-pintu ruang belajar (kelas) dibuat alakadar dari papan
yang juga disugu alakadarnya. Plafon ruang, termasuk ruang guru, juga sudah
sangat usang, hanya berulang-ulangkali dikapur (dicat dengan kapur).
Sekolah yang berdampingan dengan Balai Desa Buana Sakti
itu, benar-benar butuh perhatian pihak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Lampung Timur.
Sebab, belum ada bantuan dana DAK atau dana untuk merehab
bangunan SDN 2 Buana Sakti. Seentara SDN-SDN di Banarjoyo – ibukota Kecamatan
Batanghari, hampir setiap setengah tahun dapat bantuan.
Saat ini SDN 2 Buana Sakti memiliki 9 orang tenaga
pendidik, 3 orang di antaranya adalah guru honor.
“Jadi, guru di sini hanya 6 orang,” kata salah seorang
guru di sekolah itu kepada LE, Selasa (19/1) kemarin di sekolah tersebut.
Sementara itu, Kepala SDN 2, Sunaryo, SPd saat LE
berkunjung ke sekolah itu sedang ke kantor KPD untuk memperbaiki nama-nama
muridnya.
“Karena ada nama murid yang sudah dikirim ke Jakarta,
tidak sesuai dengan nama di akta kelahirannya,” ujar seorang guru yang enggan
disebutkan namanya.
Dari pemantauan langsung LE di SDN 2 Buana Sakti, terlihat
jelas plafon bangunan yang dibangun tahun 1982 terdiri dari 2 lokal dan di
belakangnya dibuat ruang UKS, sudah hancur dan tinggal tulang-tulang plafon
yang terlihat.
Ada informasi yang diterima LE dari guru SDN 2 Buana
Sakti, kalau selama ini sekolahnya tidak pernah menerima bantuan, karena kepala
sekolah tidak mau menerima bantuan.
Saat ditanya kenapa tidak mau menerima bantuan, mereka
menjawab kalau ada bantuan selalu didatangi wartawan.
“Kepala sekolah mungkin pusing,”jelas mereka.
Benar tidaknya informasi itu, sangat disayangkan.
Gara-garea sering ditangin wartawan, akhirnya nggak mau mengusul dana bantuan
rehab, DAK atau bantuan lainnya.
Akibatnya, kondisi bangunan sekolah terus digrogoti
kerusakan di mana-mana, walaupun sekarang sudah ada jaringan listrik ke sekolah
tersebut. (RD-2)
KPD
Batanghari Sudah 3 Bulan Tidak Ngantor
Batanghari - Koordinator Unit Perwakilan Teknis Dinas Pendidikan (UPTD)
Kecamatan Batanghari, Lampung Timur, Ibnu Hajar sejak beberapa saat dilantik
untuk kedua kalinya sebagai KPD, sudah 3
bulan tidak pernah ngantor.
Keadaan UPTD Batanghari itu diungkapkan oleh pegawainya
kepada LE, Selasa (19/1) kemarin, yang mengatakan mereka mengeluh dan seperti
anak ayam kehilangan induk.
Ketika ditanya kepada salah satu staf KPD Batanghari sebab
bolosnya KPD Ibnu Hajar itu, mereka tidak tahu, apa sebabnya.
“Pokoknya kantor UPTD sekarang ibarat anak ayam tidak ada
induknya,”ujar mereka melalui SMS pagi kemarin.
Ditanya, apakah KPDnya sakit, mereka bilang “Sudah 3 bulan
tidak masuk, sebab tidak masuk tak ada yang tahu. Banyak kepala sekolah, guru
dan pegawai UPTD mengeluh,” kata mereka lagi.
Seperti diketahui Ibnu Hajar sebelum ditugaskan ke Dispora
Lampung Timur, pernah menjabat sebagai KPD Batanghari beberapa tahun silam
zaman Bupati Satono. Kemudian zaman Bupati Erwin Arifin ia masuk ke lingkungan
Dispora.
Setelah Lampung Timur dijabat Tauhidi, Ibnu hajar kembali
ditempatkan di UPTD Batanghari sebagai koordinator.
Padahal, kata sumber tadi menyebut, Ibnu Hajar itu tinggal
(berdomisili) di Desa Batangharjo BD 41, tidak jauh dari Kantor UPTD
Batanghari.
Menurut beberapa PNS di Batanghari, seyogyanya Ibnu Hajar
sudah mendapat sanksi karena tidak masuk kantor (kerja) lebih dari 40 hari
tanpa alasan yang jelas. (RD-2)
A m z a r
Pria kelahiran
tahun 1934 di Desa Sikapak Kecamatan Pariaman UtaraKabupaten Padang
PariamanSumatera Barat dengan nama aslinya Amiruddin Zakaria yang disingkat dan
lebih dikenal di dunia jurnalisme
Indonesia dengan nama Amzar. Amzar memang petualang, bersekolah di Sekolah Desa (SD) di Sikapak, namun tidak ia
selesaikan.Pada tahun 1940 merantau ke Desa Surkam Kanan, Sibolga, Sumatera Utara. Di desanya itu Amzar kembali masuk Sekolah Desa, lagi-lagi tidak ia selesaikan,karena ingin merantau ke Sungai Sirah, Pariaman dan tahun 1942 masuk lagi sekolah SD yang hanya bertahan sampai kelas 4. Tahun 1948 Amzar merantau ke Payakumbuh, di kota itu ia masuk kelas 5 sampai kelas 6. Ia menghentikan sekolah karena Agresi ke II Belanda. Dua tahun kemudian, yakni 1950 Amzar muda pergi ke Pekanbaru, Riau, kemudian 1951 pergi lagi ke Medan. Di kota Medan Amzar berjualan rokok dipinggir jalan.
Pada tahun 1952 ia masuk sekolah SMP Kesatria Medan sampai kelas 2, lalu 1953 berangkata ke Jakarta dengan beban sebagai penagguran. Tak tahan menganggur di Jakarta tahun 1954 kembali ke Payakumbuh masuk SMP Taman Siswa kelas 3. Setahun
kemudian 1955 masuk lagi kelas 3 bagian B dan 1956 ikut ujian extraning dan
dinyatakan lulus. Pada tahun 1956 itu Amzar lulus ujian bagian A, B. Pada
1957 Amzar menjadi guru di SMP Taman Siswa Payakumbuh, setahun kemudian 1958
karena pergolakan PRRI Amzar bertemu dengan Wahono, tahun itu juga ia lulus
ujian SMA bagian C di Payakumbuh. Pada 1959 mengajar selama 1 tahun di SMP
Taman Siswa Payakumbuh bidang sejarah, Bahaasa Indonesia, Ilmu Dagang dan
Olahraga, akunya ketika diwawancarai. Pada
tahun 1960 Amzar mendaftar di Universitas Andalas di FKIP, pendidikan itu ia
tempuh hanya 1 tahun karena terjepit masalah ekonomi. Kuliahpun
dipaksa-paksakan yang akhirnya tahun 1962 terpaksa droup out. Setelah mengalami
berbagai rintangan hidup yang berpindah-pindah, Amzar menjual sebuah sepeda,
beberapa buku untuk ongkos pergi ke Medan. Di Medan ia melaporkan ke Taman
Siswa. Tapi, ia tidak diterima, kecewa itulah membawa Amzar pergi ke Pangkalan
Brandan mencari orangtuanya. Sesampai di Pangkalan Berandan, ia bertemu
orangtuanya yang juga tengah mengalami keruntuhan ekonomi. Lalu, Amzar pergi ke
Tebingtinggi pada bulan Agustus 1962. Di Tebingtinggi ia menemui pimpinan Taman
Siswa di sana. Karena untuk mencari sesuap nasi, maka Amzar diterima sebagai
guru. Pekerjaan itu ia jalani selama 4 tahun.
Sebab
pada tahun 1966 Amzar kembali mengarungi hidup di Jakarta dan tinggal di
Jatinegara di tempat teman sekampungnya yang bekerja sebagai penjahit. Di situ,
aku Amzar ia menganggur total. Kemudian mengajajar di SMA Tarunajaya Kwitang
antara tahun 1967-1968. Masa-masa itulah ia mulai mengenal dunia tulis menulis
di Harian Operasi yang beralamat di
Kebon Sirih (Sekarang kantor PWI Pusat ). “Saya
kenal pimpinan redaksinya waktu itu adalah Bachtiar Djamili (1969)”.
Pengalaman
pertama Amzar menjadi penulis berita pada tahun 1969 meliput khutbah setiap
hari Jumat di Masjid Al-Azhar Kebayoran dan berita liputannya dimuat setiap
hari Senin. Untuk menguraikan isi khutbah, Amzar menjual celana untuk membeli
buku tafsir. Akhir tahun 1969 setelah Konferensi Taman Siswa di Jakarta ia
pergi ke Bali dan awal 1970 ia sudah kembali lagi ke Jakarta. Selama di Bali
Amzar terus mengirimkan berita liputan dari Bali ke Harian Operasi dan Suara
Karya. Tak lama di Jakarta awal 1970, Amzar berangkat ke Lampung dan
tinggal dengan Iwal Burhani (Kepala
Perwakilan Harian Operasi di Lampung ).
Iwal
Burhani itulah yang mengenalkan saya kepada para pejabat dan pergi ke semua
pelosok Lampung, ujar Amzar mengenang perjalanan hidupnya di Lampung. Pada
tahun 1970 diajak oleh Iwal Burhani mengikuti Kongres PWI di Palembang. Ongkos
ke Palembang diberikan oleh Bupati Lampung Tengah, Sayuti sebesar Rp 30.000,-
(Rp Rp 3.000.000,- sekarang). Dan uang itu merupakan imbalan atas tulisan Amzar
tentang Desa Sritedjo Kencono.
Pada
tahun 1970 itu juga Amzar menjadi wartawan Harian
Indonesia Raya dan kartu persnya ditandatangani oleh Muchtar Lubis sewaktu
di India. 1971 Amzar menetap di Tanjungkarang dan tidur di Kantor PWI lama.
Menjadi wartawan Harian Indonesia Raya sejak 1970 sampai 1974, karena koran itu
dibredel oleh pemerintah. Pada tahun 1970-an Amzar bergabung dengan harian Sinar Jaya ( Sinar Tani sekarang). Dasar
petualangan, pada tahun 1971 selama 6 bulan menetap di Lahat, Sumatera Selatan,
selama itu pula membuat Novel berjudul Gelora
Batu Nisan sebanyak 75 episode yang dimuat di surat kabar AB Palembang. Karya itu, ujar dia pada
penulis ditulis di Jakarta tahun 1970 setelah kongres PWI di Palembang. Amzar
yang tahu persis surat kabar Pusiban dengan pimpinannya Solfian Akhmad, Bhayangkara
( J Kusri ), Independen ( A Fuad ), Lensa (Solihin Bukujadi), Lensa Generasi (Adjiz Kasim), Warta Niaga (Martubi ) dan Rajabasa Pos (Lubis). Semua surat kabar
tersebut telah diarsipkan oleh Amzar di rumahnya bersama surat kabar lainnya.
Antara
tahun 1978-1988 Amzar menjadi wartawan LKBN Antara
di Lampung, kemudian keluar dari Antara (1988), kembali bergabung dengan Sinar Tani Jakarta hingga sekarang. Dari
hasil petualangan, karya-karyanya yang dimuat di hampir seluruh surat kabar di
Sumatera dan Jakarta, Amzar mengabadikannya melalui pembangunan rumah tempat
tinggal, sekaligus tempat usahanya bersama keluarga di bilangan Jalan Jenderal
Sudirman Yosodadi 21A Kota Metro. Tahun 2000 Amzar menerbitkan buletin Mutiara Metro.Karena merasa
cocok di Metro, tahun 1981 ia pindah ke Metro dan tinggal di dekat Masjid
Al-Mujahidin Yosodadi. Saat ini Amzar yang nikah tahun 1977 dan dikaruniai 4
anak, dua diantaranya meninggal saat Amzar tinggal di Telukbetung.
*) Naim Emel Prahana : Wawancara dengan Amzar pada hari
Sabtu, 25 November 2000 pukul 15.30—17.00 WIB
MUHAMMAD MA’RUF
MUHAMMAD MA’RUF dilahirkan di
Metro, 12 Oktober 1973 beragama Islam dan sampai kini belum menikah. Pendidikan
saat ini sedang menyelesaikan kuliahnya di sebuah PT di Metro. M Ma’ruf masih
tinggal dengan orangtuanya di Jl Kol II No 27 RT 085/025 15A Kampus Metro,
sedangkan alamat kantornya di Jl Sultan Agung 18 Kedaton, Bandarlampung telp
0721-789750, 789751. Sebelum bergabung dengan Harian Radar Lampung, M Ma’ruf
pernah menjadi pemasaran koran Lampost, reporter Skm Dayu Ekspres dan Skm Handal.
EMBUN PUTRANTO
EMBUN PUTRANTO lahir pada 18
Juli 1973 di Purbalingga, Jawa Barat dari keluarga Islam dan sudah menikah.
Pendidikan yang lagi ditempuh saat ini di perguruan tinggi di Metro. Alamat
rumah Perumahan Prasanti Blok B2 No 6 Kota Metro. HP 08127904169. Alamat kantor
Jl Sultan Agung 18 Kedatong, Bandarlampung, Telp 0721-789750, 789-751. Nomor
KTA dalam proses. Sebelum bergabung dengan Harian Radar Lampung, Embun Putranto malangmelintang di dunia kepenyiaran
radio swasta, tepatnya di Radio Deimarga Nusa Metro.
SYAMSUL ARIFIN
SYAMSUL ARIFIN lahir pada 9 Mei
1968 di Gisting, Tanggamus dari keluarga Islami dan kini sudah menikah.
Pendidikan terakhirnya Fakultas Ushuludin UMM Metro. Saat ini tinggal di
Margogoto, Kecamatan Metro Kibang, Lampung Timur. Alamat kantor Jl Pattimura 7A
Kota Metro. Sebelum bergabung dengan Tabloid JaMUS, Syamsul pernah bergabung
dengan Sku Tamtama dan Harian Lampung Ekspres.
DENCIK EFFENDI M
DENCIK EFFENDI M dilahirkan di
Palembang pada 16 Oktober 1955 dari keluarga Islam berstatus sudah menikah,
pendidikan terakhir STM di Palembang.
Alamat rumah Jl Kedondong 7 Yosodadi 21B Kota Metro Telp 0725-42643. Alamat
kantor Jl Jend Sudirman (depan PN Kotabumi) Telp 0724-24186, 24088 Nomor KTA
08.00.4420-.93.B.96. Sebelum bergabung dengan Skm Jaya Ekspres (Kotabumi),
pernah bergabung dengan Sumatera Ekspres,
Suara Rakyat Semesta, Berita Ekspres (Palembang)
EDY RIBUT HERWANTO
EDY RIBUT HERWANTO dilahirkan
pada 24 Mei 1974 di Blitar, Jawa Timur, bera-gama Islam dan sudah menikah.
Pendidikan D-II Jurnalistik
Universitas Terbuka. Alamat rumah di Margamulya, Margamulya, Sukadana Lampung
Timur, Alamat kantor Harian Lampung Post Biro Metro Jl Imam Bonjol 1 Hadimulyo
BD 22 Metro Telp 0725-47275 Nomor KTA 08.00.0041.99.CA. Sebelum jadi reporter Lampung Post di Lampung Te-ngah, Edy
Ribut bergabung dengan Skm Sumatera Post.
ZULFIKAR FUAD
Lahir di Lampung 26 Oktober 1978, putra asli Lampung, beragama Islam
dan belum menikah. Pendidikan Ilmu
Komunikasi Unila. Alamat rumah Jl Negara 64A Yukumjaya, Bandarjaya, Lampung
Tengah, Telp 0725-26899. Alamat kantor Perwakilan Majalah Berita Garda
Helonjaya Building Jl Teuku Umar 62 Bandarlampung Telp 0721-782544, 782546 Nomor KTA :
08.00.0008.99.CA. Daftar profesi jurnalistiknya di beberapa media, antara lain
pernah bergabung dengan Lampung Post, Lampung Ekspres dan Koridor. Terakhir
sebagai wartawan sekaligus kepala perwakilan majalah berita Garda di Lampung.
Suprayogi - Yogi
SUPRAYOGI
Dilahirkan
di Metro, 11 Mei 1965 menekuni bidang jurnalistik benar-benar dari nol hingga
berhasil menembus jurnalis yang mempunyai status cukup berhasil.
Sebagai
jurnalist yang bekerja pada Harian Umum Lampung Post dengan Nomor Kartu Anggota
PWI 08.00.0077.05.M dan kartu pers dari Lampung Post Nomor 068.99.11.301, pria
yang supel dalam pergaulan ini pantas mendapat dukungan kegiatan
jurnalistiknya. Ia cepat tanggap, cepat belajar dan dapat menunjukkan
jatidirinya yang pas, jelas serta lugas.
Saat ini
Yogi—panggilan sehari-harinya oleh teman se-profesinya tinggal di Jl batam No 8
Hadimulyo Barat, Metro Pusat. Telepon 0725-46730, HP 08127960.151
Selasa, 26 Januari 2016
Sajak Akhir Upacara
Sajak Naim Emel Prahana
Akhir Upacara
Ini bait lagu
nyanyi hati
jauh di dalam
singgah bersumpah
kita bukan kata
cara-cara bersuka
panggung duka dan darah
saling berpelukan
satu raga
jiwa terbelah.
2015
Bukan di Padang Ilalang
Langit tak berpintu
terbentang ruang kita tak dating
saat lupa telentang mengambang
di atas roda-roda doa
pembawa pesan kaumku
rasa tak berumah cinta
waktu adalah lembaran
dulu terlupakan
tersimpan tanpa almari
di setiap tatapan
bersulang harap
bersatunya halaman jadi buku
: bukalah!
2015
Cahaya ya Cahaya
- untuk adinda almarhum Nizam
Asri
kematian itu adalah haqNya tak
seorangpun tahu
tak seorang jua temukan
batas-batas dari janji Allah yang pasti yang datang
kepergian jiwa meninggalkan rindu
tubuh kembali ke asal terbenam di dalam tanah
innalillahi wa innalillahi rojiun
doa takkan mengembalikan yang
mati doa tak juga membuat yang pergi bersuka
doa hanyalah meringankan beban
jangan menangis yang tinggal
perjalanan cahaya datang dan
pergi di mata basah
hanya kepadanya kita berlindung
dan bergantung dan kembali
dan meminta tolong, “selamat
jalan adinda”
tinggalkan dunia fana ikutilah
cahaya Malaikat yang selalu dekat
dan tersenyumlah.
2015
Langganan:
Postingan (Atom)