Rabu, 10 Desember 2014
Bersama Hakim Agung, DR Salman Luthan 2014
Saat berlangsungnya Musyawarah Nasional (Munas) Ikatan Alumni Universitas Islam Indonesia (UII) tanggal 5 - 7 Desember 2014 di Hotel Novotel Bandarlampung, Lampung
Selasa, 09 Desember 2014
Berdiri di Cahaya
sepanjang malam waktu tetestkan
air hujan
jadi kuterbangun oleh lembutnya suara
menimpa tempat tidur, atap rumah
sudah mulai tua dan renta
halaman hati masih ingin bercanda
keseharian yang lelah menitipkan
kejenuhan
dari mata berasa di langkah-langkah
yang berbunyi tak selalu memiliki
suara
di lelap di malam lainnya
ada yang asyik menulis kekalahannya
aku berdiri di cahaya
kutahu itu firmanNya
gelap tetap saja terang
jangan mengelabui jejak jalan
ruasnya masih banyak lubang
kulihat pada album kita.
bumi ini sebentar lagi
setiap pagi waktuNya diterpa
cahaya
bertutur sapa sebelum bergegas pergi
sebelum lelah kembali gelisah
siapa yang dapat memberikan
semngat
pada terowongan yang ada di
tubuhku
pemberi makna kata arti pertemuan
jika jejak-jejak masa bercahaya
usahakan sampai di sana
sebelum semuanya sirna
Metro, 27112010.
Ketika tak Ada
ketika malam disebut-sebut di
sudut hati
seperti tak ada di sana waktu
kita
menjelaskan malam kita ‘memang’ tak
ada di situ
di lembaran penetuanNya.
Dan, tak ada di rumah
yang pergi tak ada tempatnya
dihadirkan dalam perasaan
kita berkata gagah
“………………………………………...”
lalu, diam
“………..”
inikah yang selalu dibenarkan
ini sebenarnya tak ada pada kata
di antara kita
Metro, 27112010.
Sehari Sebelum Sunyi
Yang terdiam
diam
berdiam di mata ungkapan rasa
lagi-lagi sia-sia
kehilangan tegur sapa
gelora panas berdiam
di mana rumah di mana jiwa
puing-puingnya berserakan
keramaian isak tangis menjadi hutan
hany terlihat jalan pergi ke luar negeri
yang diam terduduk
menyelimuti sesal; kenapa negeri ini anfal
sunyi tak lagi menyisakan harmonika warga
catatan-catatan lama tidak terbaca lagi
yang diam jadi korban retorika
yang berteriak jadi korban politika
pribadi-pribadi yang pernah mati
sebelum hari ini, berubah jadi lumpur
luluh dilantak amarah
janji-janji para jawara pemimpin jiwa
yang mendunia.
September 2013.
Gratis Biaya Transfer
Tidak lagi berlari-lari
tidak pula sejenak menunggu di
waktu
atau tepuk tangan seseringkali
senyum tanpa beban menggeluti
disilah kampung para kelahiran
negeri ini menjadi seribu dongeng
dan mitos
terlihat melingkari leher
anak-anak bangsa
suara cambuk terasa walau tak
terdengar
tempat semuanya bersenyawa adu
status
kebodohan yang tetap takkan
pernah berjaya
aku tidak lagi berlari
menenagkan diri dari hiruk pikuk
yang terus tersenyum kepada
kepongahan
kaum politikus, pengusaha dan
penguasa
di antara banyaknya kaum tanpa
wajah
tidak lagi mengejar waktu
apakah itu keputusanku
dengan alasan yang sebenarnya
rapuh
lalu, hanya berpegang teguh
aku hanya mengikuti waktuNYA.
April 2013.
Langganan:
Postingan (Atom)