Sabtu, 01 Agustus 2009

Hasil Eror Pilpres


SEHARUSNYA, hasil pemilu pemilihan presiden (pilpres) tahun 2009 jangan dijadikan sebagai dasar penetapan pasangan capres sebagai presiden terpilih untuk periode 2009—2014. Sebelum semua bentuk pelanggaran diselesaikan melalui proses hukum dan semua pihak harus menghormati hal itu.
Kalau saat pilpres berlangsung ada pengawasan pihak-pihak di luar penyelenggara pilpres, maka atas pelanggaran dan pengaduan yang dilakukan seharusnya ada pula pihak-pihak di luar penyelenggara pilpres yang mau melakukan dan diminta melakukan investigasi di lapangan. Untuk menemukan dasar tentang pengaduan dan laporan adanya pelanggaran pilpres.
Sebab, dipercayai dan diyakini pilpres 2009 telah terjadi eror demokrasi. Faktor pertama kenapa pilpres itu eror, karena salah satu pasangan presiden atau calon presiden adalah presiden yang sedang berkuasa. Logislah kalau organisasi dan perangkat pemerintah sampai ke tingkat desa/kelurahan mendapat instruksi langsung dari presiden melalui mekanisme dan jaringan yang terencana dengan baik.
Seandainya beberapa waktu dan sampai beberapa waktu setelah pilpres seorang presiden dan wakil presiden yang mencalonkan diri sevagai presiden nonaktif sementara. Besar sekali keyakinan kita bahwa hasil pilpres tidak seperti apa yang telah terjadi pada pilpres 8 Juli 2009 lalu. Akan tetapi karena status capres SBY tidak jelas pada saat kampanye dan masa tenang, apakah ia capres atau presiden. Nyatanya SBY lebih banyak dan sering mengembankan statusnya sebagai presiden untuk menemui masyarakat.
Di situlah erornya pilpres 2009. Telah terjadi instruction capres make use [exploit] status as president (seorang capres memberikan instruksi dengan menggunakan statusnya sebagai presiden). Instruksi itu bisa langsung dan otomatis dan bisa juga melalui birokrasi eksekutif yang selama ini telah terjalin dengan baik antara top ke down.
Kalau kubu pasangan Megawati Soekarnoputri—Praboiwo Subianto dan Jusuf Kalla—Wiranto menolak hasil pilpres 2009 adalah suatu kewajaran. Bukan hanya sesuatu haknya sebagai warganegara akan tetapi merupakan kontrol sosial demokrasi yang dilakukan calon pemimpin yang merasa prihatin terhadap penyelenggaraan pilpres. Oleh karena itu, ketidak netralan KPU, aparat penegak hukum dalam pilpres 2009 harus dibawa ke meja hijau.
Apalagi pelanggaran seperti kekacauan daftar pemilih tetap (DPT), penggunaan KTP untuk mencontreng, pencontrengan berulang kali oleh seorang pemilih seperti di Papua dan pencontrengan blanko formulir C1 oleh pohak PPK dan PPS dan sebagainya. Untuk membuktikan bahwa demokrasi In donesia tidak berbeda dengan demoklrasio di negara lain, demikian juga pemilihan umum yang bebas, rahasia, umum dan langsung.
Pilpres adalah untuk mencari sosok pemimpin bangsa dan negara yang memenuhi standar harapan, rasa nyaman dan keadilan di tengah masyarakat. Bukan seorang pemimpin hasil paksaan karena kekuasaan, kekuansaan uang dan kekuasaan militer dengan mengadu-domba serta menuduh masyarakat sebagai pengkhianat bangsa.
Menduduki tahta di kursi panas semacam itu tidaklah bagus untuk proses dan perkembangan pembangunan selanjutnya. Karena akan terjadi berbagai unjukrasa menolak berbagai kebijakan pemerintah seperti kebijakan tentang pendidikan, TKI, upah regional, kesehatan, birokrasi, korupsi, nepotisme dan lain sebagainya sebagaimana selama ini terjadi. Semua karena pemimpin dipilih melalui demokrasi yang dierorkan.

Katak bertanduk sumatera


Megophrys nasuta (Schlegel, 1858)

Megophrys nasuta from Curup, Rejang land, Bengkulu province, Sumatera Indonesia
Known as Kekek Betanduk in Rejang Land, this frog was discribe for first time by Schlegel in year 1858. He report about distribution in Borneo, Sumatera and peninsular malaya. But recently it is rare to find in nature. In taxonomy Schlegel named this frog as Malayan Horned Frog or Megophrys nasuta as ID. Synonim with Megophrys Montana. In Rejang Land many Amphibia need to research and make check list for inventaritation, but this way nobody do yet, so need hard work to tell the world about how rich biodiversity flora and fauna in rejang land.
Megophys nasuta have specific features that are different from other types of toads. The ‘horn’ is very wide and pointed, with triangular projection from the edge of both eyelids. The hind legs are shorter than the front legs and normally males are substantially smaller than females. The colour is light clay to reddish red with one or two dark spots on the back. Using its leaf-like appearance for camouflage, the Horned Toad is virtually undetectable in the leaf litter of the forest unless it moves. The animal is perfectly designed to fit in with its surrounding.
The Horned Toad lives in flat to steep rain forest where thick bamboo grows and the area is damp and cool. It is commonly found throughout Borneo, Sumatra and Peninsular Malaysia. This frog have registered at IUCN red list 2009 as LC status and can read at link. Other picture or information about this frog can read in this blog at link and link. Admin
Photo by Andy Armanda

Reference :
http://stampsalbum.blogspot.com/2008/03/frogs-of-malaysia-stamps.html
Related Posts : Amphibia
Related Posts by Categories
Amphibia
Bufo Asper Sp, Rejang giant toad from Rejang land Sumatera
Hylarana siberu the exotic frog from Bengkulu
Rare frog, Bengkulu Toad, endemic from Rejang Land, North Bengkulu
Sumatera Torrent Frog, frog endemic from Bengkulu Province
Giant Lowland Frog endemic from Bengkulu and Enggano Island
Greenish White-lipped Frog, endemic at Bengkulu Province
Rhacophorus catamitus, frog endemic at Kaba Mountain, Rejang Land, Southern Sumatera
Barisan Tree Frog endemic Frog at Kaba Mountain, Rejang Land, Southern Sumatera
Rhacophorus achantharrhena - Species Frog Endemic at Kaba Mountain, Rejang land, Southern Sumatera

Skitai (Tosena depicta sumatera)




Tosena depicta sumatra (Cicadidae) From Rejang Land Sumatera
Tosena Depicta Dist. 1917
This is beautifull, medium black, orange and white cicada, and very loud singer. This photo taken at air Lanang Village, Rejang Land, South West Sumatera, at high tree.




Photo by :Curup kami
Location : Air lanang village, rejang land, SW Sumatra Island.
For comparison, at below is good quality photo of Tosena depicta (borneo) from Cracker Range National Park, malaysia by yakovlev alexey.

Reference :
Page 18,
http://74.125.95.132/search?q=cache:36M_CKoVfSkJ:entnem.ufl.edu/walker/buzz/c700lm29ref.pdf+Tosena+sumatra&cd=28&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://www.flickr.com/photos/botalex/3511818608/

Rejang Glimpse , theme of fashion designer
In the middle of domination fashion trend of bright colors, Ian Adrian comes with a different concept of clothing. White with black accents in a choice collection themed 'Rejang Glimpse' is inspired from the sunlight entering through the midst Rejang area custom homes (Old Rejangese traditional house), Rejang Land, Part of Bengkulu Province recently, Sumatra, Indonesia.
White color is selected to show the effect of women's feminine, modern and free spirited.
Crystal detail, payet, manik stitches and variations such as smok, opnesel and beautify plisket clothing with a unique cutting.


The collection is dominated soft materials such as cut silk chiffon combined with cotton, silk tulle and organdy in a single design. Overall, this design looks clean, but the rich stress.

Ian also added a corsage, displaying the time this not only as accessories, but the view from the clothing itself.





















Pompelon marginata glenum from rejang land, Sumatra



This diurnal Zygaenid moth, Pompelon marginata has electric blue wings covering red underpart that shows proudly only when it flies. This signals its toxicity - it is a cyanogenic moth - manufacturing and storing the respiratory toxin hydrogen cyanide. Caterpillars of Zygaenid moths feed on cyanide containing plants and then went on to manufacture more on their own, exuding them in form of a yellow brown liquid form along its body when disturbed. Many species carry this toxin to their adulthood.

Fisrt time discribe as Pompelon marginata (Guerin, 1843), and than discribe subspecies found at south west sumatra (Rejang land present at south west sumatra) as Pompelon marginata glenum (Jordan 1907)
G.M Tarmann (A revision of Australian Zygaenidae) mentioned an interesting account in 1959 whereby a lady named Miriam Rothschild exposed 2 drops of such brown liquid on an open needle wound on her forearm. This liquid was obtained from a Burnet Moth, a relative from the temperate climate. This is what he said: "Almost immediately, sensations of breathlessness occured, associated with sweating and rapid pulse rate that increased to 120-130 beats per minute." The symptom persisted for several hours.

Taxonomy :
Regnum: Animalia
Phylum: Arthropoda
Classis: Insecta
Divisio: Neoptera
Ordo: Lepidoptera
Subordo: Glossata
Infraordo: Heteroneura
Divisio: Ditrysia
Section: Tineina
Subsection: Sesiina
Superfamilia: Zygaenoidea
Familia: Zygaenidae
Subfamilia: Chalcosiinae
Genus: Pompelon
Species: Pompelon marginata Guérin-Meneville 1843
Subspecies : Pompelon marginata Glenum (Jordan 1907)

Credit Photo : Cucu Yudhistira & Romi Widodo,
Location : Kampung Jawa, Curup, Rejang land, Sumatra, Indonesia

Bukit Daun View

Pemandangan yang indah di kaki Bukit Daun cukuplah mengesankan. Hijaunya hamparan daun teh yang memberikan pesona baru kawasan Bukit Daun menambah eksotiknya kawasan ini. Terletak di Kecamatan Bermani Ulu, tidak jauh dari Kampung Melayu (Ibukota Kecamatan). Jaraknya kira-kira 5 km dari Kampung Melayu dan sekitar 25 km dari Kota Curup. Dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, sehingga memudahkan wisatawan yang ingin menikmati sejuknya udara pegunungan. Disekitar kawasan perkebunan teh kita akan menjumpai sentra produksi komoditas pertanian berupa sayur-sayuran yang dikelola oleh masyarakat.



Panorama Bukit Daun menawarkan sejuta pesonanya, sangat potensial untuk kita kembangkan sebagai salah satu kawasan wisata yang dapat menyuguhkan berbagai keindahan dan kenyamanan dalam melepas lelah. Pembangunan pariwisata daerah Rejang Lebong juga cukuplah menjajikan bila kawasan Bukit Daun menjadi prioritas kedua setelah kawasan Selupu Rejang (Rudy).

Source :
http://kampungmelayu-rudiono.blogspot.com


Related Posts : Hill Daun, Tourism
Related Posts by Categories
Hill Daun
• Daun Hill - Bukit Daun

Jumat, 31 Juli 2009

Situs Batu Badak Rhinocerous Sumatra Stone Site





Situs Batu Badak
Rhinocerous Sumatra Stone Site

Oleh Tun jang
Stories begin from folklore, a legend from south sumatra region. This is one of the impressions rejangese folk tale "The bitter tongue", or Si pet Lideak (Rejang Language) from Rejang land folk tale. Another impressions this folk tale story can find at Batu belarik village, located at kepahiang regency, in rejang land. In this area we found Stone park or Buteu Belarik in Rejang language.


Rhinoceros Stone, a stone appearance look like Rhinoceros Sumatra.
Batu Badak. Batu yang menyerupai Badak Sumatra.

Dari kisah legenda cerita rakyat sumatra bagian selatan, inilah salah satu jejak kisah si Si pahit Lidah di tanah rejang. Jejak lain kisah ini ada di desa batu belarik, bagian tanah rejang di kabupaten kepahiang.

Can be reach easily from the road, megalith sites are located in side street, in the village of Lawang Agung, Sindang Beliti Ulu district, Rejang-lebong regency, rejang land, Bengkulu province, Indonesia. The exactly location named as "Tebing batu badak" meaning as "the rhinoceros stone cliffs". This rhino stone sites located at right side villager houses recently.

Bisa di capai dengan mudah dari jalan raya, situs megalith ini berada di pinggir jalan, di desa Lawang agung, kecamatan Sindang Beliti Ulu. Lokasinya dinamakan tebing batu badak. Batu batu ini berada tepat di samping rumah penduduk.
The stone near the Rhino stone, in folk tale Rejangese believethis is made from child of Rhino.
Batu batu dekat batu badak yang di percaya orang rejang lembak sebagai anak anak badak yang di kutuk oleh Si Pahit Lidah.

Once upon a time, bitter tongue through the region and met with a group sumatra rhinoceros, along with the child and family. The bitter tongue ask directions to the road crew are rhinoceros. But there is no answer by Sumatra rhinoceros. Bitter tongue angry and said, "Be all of you to be stone." Due his magic, all sumatra rhinoceros family, include rhino child change to be stone immeadiatly , as seen in the photo below.

Dikisahkan bahwa si pahit lidah melewati kawasan ini dan bertemu dengan segerombolan badak sumatra, beserta anak anaknya. Si pahit lidah bertanya arah jalan ke gerombolan badak yang menghalanginya. Karena tidak di jawab oleh Badak, Si pahit lidah marah dan berkata, "Jadilah kalian semuanya batu". Karena kesaktianya, badak badak sumatra itu berikut anak anaknya menjadi batu seperti yang terlihat di photo di bawah ini. (Sumber lisan : Bapak Jamal, 26-07-09)

Rhino child stone
Batu anak anak badak

Bapak Jamal dan Sekretaris desa Bapak Zairin sebagai guide utama kami.
Village Secretary (Mr. Zairin) and Mr Jamal as our main guide to this place.

Rhino stone from other side view
Batu badak tampak dari sisi lain.

This part of Rihino Stone
Ini masih termasuk batu badak

View rhino stone from front side
Tampak depan batu badak

Rhino child stone compare size with children.
Batu anak anak badak di bandingkan besarnya dengan anak manusia.

The Rhino child stone
Batu anak anak badak

The Rhino child stone
Batu anak anak badak

Related Posts : Folk Tale, History, Tourism, travel

Selamatkan Anak Bangsa dari bahaya Narkoba





Senin, 20 Juli 2009

RARA ingin jadi polisi penegak hukum seperti Komjen Pol Gories Mere yang Kalakhar BNN iyu




RARA ingin jadi polisi penegak hukum seperti Komjen Pol Gories Mere yang Kalakhar BNN iyu




Rapat Koordinasi Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan NGO



K.D.R.T

K.D.R.T
LENGKAP sudah aturan hukum Indonesia yang banyak menguntungkan masyarakat the have (orang kaya). Sedangkan masyarakat kebanyakan sepanjang waktu akhirnya menjadi objek penegakan hukum saja. sudah banyak data dan bukti tentang hal itu. Selaras dengan adagium masyarakat, bahwa berperkara itu “menang jadi arang, kalah jadi abu”. Artinya, tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang.
Padahal, tujuan ditegakkannya aturan hukum adalah untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Termasuk persoalan yang sedang ramai sekarang ini tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Kenapa kitab hukum itu seperti tsunami (tiba-tiba) mencuat ke permukaan; apa lantaran kasusnya melibatkan orang kaya dan selebritis?
Jawabannya, ‘YA’. Karena, betapa banyaknya kasus rumah tangga yang cenderung memenuhi standar KDRT yang terjadi pada masyarakat kecil dengan berbagai latarbelakang munculnya kasus KDRT yang disiarkan televisi, diterbitkan oleh surat kabar, tidak sedahsyat kasus KDRT versi Manohara dan Cici Paramida.
Berbagai produk hukum di Indonesia mempunyai kelemahan yang sangat banyak, karena baik aturan hukumnya sendiri maupun aparat penegak hukumnya, hanya membidik atau memproses akibat dari suatu kejadian (peristiwa). Aturan hukum maupun aparat penegak hukum tidak mampu mnelihat latarbelakang suatu kejadian—peristiwa. Karenanya, rasa keadilan di tengah masyarakat setelah adanya proses hukum sampai mendapat kekuatan tetap dari putusan pengadilan, nyaris tidak ada.
Padahal, putusan pengadilan di tingkat apapun harus melahirkan kepastian hukum dan rasa keadilan di tengah (dirasakan) masyarakat luas. Kalau tidak ada, maka diktum Keadilan Berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa, tidak mempunyai makna apa-apa. Kepastian hukum dan rasa keadilan itu adalah intik dari penegakan hukum, di mana dan kapan pun.
Sebagai contoh kasus korupsi yang melibatkan besar SBY—Aliya Pohon yang terbukti bersalah dengan kerugian negara mencapai ratusan miliar, hukuman yang dijatuhkan hanya empat tahun. Jauh lebih ringan dibandingkan hukuman yang diterima kebanyakan terdakwa kasus penipuan yang nilainya hanya dua puluh juta rupiah.
Atau ancaman yang digulirkan Jaksa Penuntut Umum dari Kejari Tangerang terhadap Prita Mulyasari, di atas 5 tahun penjara. Dalam kasus Prita Mulyasari, siapa yang dirugikan dan berapa miliar? Kerugian terhadap kasus Prita hanyalah kerugian perasaan saja.
Meuthia Hatta yang Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, akhirnya angkat bicara. Muthia bilang, terjadinya KDRT tidak memandang pangkat maupun jenis pekerjaan seseorang. "Apapun jabatannya, ini (KDRT) adalah masalah rumah tangga," jelas putri Bung Hatta itu beberapa hari lalu. Ditegaskannya, seseorang yang melakukan KDRT bisa sangat berbeda penampilannya, baik ketika di dalam maupun di luar rumah. Di luar dia bisa menjadi baik, tapi di rumah memukuli istri. Mungkin ada kelainan pribadi. Dibutuhkan lembaga bantuan hukum, psikiater, atau ulama.
Muthia mengisyaratkan soal latarbelakang terjadinya KDRT. Soal itulah yang sering dilupakan aparat penegak hukum, sehingga hanya mementingkan populeritas penangangan dan uang yang akan diterima, karena kasusnya menyangkut orang kaya, selebritis dan kaum the have.



Kasihan Capres
HAMPIR rata-rata pemirsa televisi akan meninggalkan pesawat televisinya atau memindahkan chanel televisinya ke chanel lain, ketika para capres berkampnye atau talk show yang dikemas hampir setiap stasiun televisi kita. Dapat diartikan, ‘meningalkan’ chanel televisi itu adalah tidak suka. Apakah tidak suka memilih salah satu capres atau karena sebab lain, seperti sudah muak dengan kebohongan para politisi atau pejabat atau capres-lah kira-kira demikian.
Dari kampanye langsung di hadapan masyarakat, maupun melalui media massa elektronik dan cetak atau melalui publikasi iklan-iklan. Materi kampanye para capres tidak sama sekali mengungkapkan solusi yang akurat mengenai kebangkitan moralitas anak bangsa di semua bidang kegiatan.
Para capres selama ini dan sampai pilpres nanti, sepertinya tidak akan bergeser materi kampanyenya yaitu saling serang dan saling membela diri dengan yang tersirat hanyalah mereka mengatakan “sayalah yang terbaik!” Kisalnya kampanye SBY di Bandarlampung beberapa hari lalu. Dengan lantang SBY mengatakan, “tidak perlu cepat kalau ceroboh”—kita ini ingin menjadikan negara ini aman, makmur, sentosa, damai. Bukankah kita tahu tahun 1998, 1999 kata SBY rakyat tidak tenang, karena banyak kejahatan. Dan sebagainya dan sebagainya orasi kampanye SBY.
Sementara itu Jusuf Kalla dengan bla-blanya dalam bahasa yang sangat sederhana, masih menyimpan rahasia bahwa dia adalah wapres dan ngomongnya harus hati-hati, karena berjanji dengan masyarakat. Megawati pun dengan kewibawaannya, selalu berkata ketika menjawab pertanyaan, “saya itu pernah menghatakan ketika jadi presiden.....dan seterusnya!” materi kampanye kata-kata itu (memang kampanye itu kata-kata doang, jawabnya ‘ya’) belum secara utuh dan riil membahas masalah krisis multidimensional negara Indonesia.
Retorika bukanlah solusi, pernyataan politis bukan juga solusi, dan (ini bukan rakyat yang sok pintar) rakyatlah yang tahu apa yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat itu sendiri. Apakah capres seperti SBY tahu kalau harga elpiji yang dipatok Rp 85 ribu sesampainya di kota kabupaten harganya menjadi Rp 125 ribu? Apakah para capres itu tahu kalau tarif angkutan yang ditetapkan pemerintah dan organda, di lapangan sudah naik sekian ribu? Pasti mereka tidak tahu, tidak juga menteri keuangan Sri Mulyani, tidak juga Budiono yang pakar keuangan dan perbankan. Tapi, yang tahu secara ril realitas itu adalah rakyat. Oleh karenanya, jika para capres itu omong kosong dalam kampnayenya, memang tidak ada yang instrupsi. Tetapi, hati kecil rakyat berteriak lantang dengan kata-kata “Ah, sudahlah bohong terus-menerus itu!”
Oleh karena itu (sub bagian kedua), semakin percuma ada banyak spanduk yang bertuliskan, “kenalilah dan hati-hati sebelum memilih!”. Kenapa percuma, karena moralitas yang makin jatuh ke tanah hanya berpikir soal uang. Oleh sebab itu, faktor uang dalam pemilu dan pilpres seperti pilkada merupakan bagian utama yang cukup dominan untuk memperoleh suara terbanyak. Walau bukan jaminan mutlak.
Persoalan pemilu dan pilpres bukan hanya persoalan jumlah kursi di legislatif atau jumlah suara yang diperoleh untuk diangkat tangannya sebagai pemenang. Tetapi, seperti soal TKW yang disiksa orang asing, lapangan pekerjaan, pendidikan yang mantap, sosial budaya yang national building dan sebagainya adalah serpihan yang harus dipungut dan diperbaiki secepatnya.