Jumat, 05 Agustus 2011

Activity SDN 1 Nampirejo and SDN 1 Sumberrejo, District Batanghari, Lampung Timur, Lampung, Indonesia















Aksi Model Cilik 2011






































Rara

Percepatan Pembangunan Lebong


Oleh Naim Emel Prahana

DAERAH Kabupaten Lebong yang mash muda belia, sudah harus mempercepat ketertinggalannya (bidang pembangunan) dari kabupaten/kota lainnya di Sumatera. Sebagai daerah yang dikelilingi oleh hutan lindung yang ditetapkan oleh pemerintah. Berbagai upaya dan kegiatan sudah harus dilakukan, bukan lagi berkutat dari polemik teoritis ke konflik pendapat dan komentar. Atau dari satu forum seminar ke lokakarya dan sejenisnya. Sekaligus untuk melakukan efisiensi anggaran pembangunan yang riil kepada rakyat.
Secara sepintas, pembangunan fisik dan non fisik di Kabupaten Lebong mash sangat lamban dan tidak tepat sasaran, sehingga ada kesan penggunaan anggaran yang ada tidak efektif dan tidak efisien. Dari catatan pinggir anak Lebong yang berserakan didaerah Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung dan daerah lain. Ada beberapa persoalan yang signifikan dan esensial untuk dikaji dan disosialisasikan. Termasuk rendahnya (kalau boleh menghaluskan persamaan makna dari kata ‘buruk’) pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat (baca ‘rakyat’).
Masyarakat Lebong yang secara keluarga atau individual melakukan perbaikan dan peningkatan kualtas ekonomi mereka dengan jalan meneruskan proses pendidikan anak-anak mereka ke daerah di luar Lebong. Nampaknya, tidak serta merta disiapkan generasi penerus masyarakat Lebong untuk memikirkan apa dan bagaimana membangun Lebong sekarang dan akan datang.
Berbagai tanda kelemahan tentunya merupakan bagian dari kelemahan pola pikir dan pandangan hidup masyarakat asli Lebong yang masih sangat tradisional sekali menghadapi perkembangan dan kemajuan zaman. Tidak proporsional dan sistimatisnya pola pembangunan yang dilakukan pemerintahan di Lebong, erat kaitannya dengan (meminjam kata kawan facebook) sumberdaya manusia (SDM) yang alakadarnya.
Rancunya pengertan dan pemahaman tentang kemajuan di tengah kehidupan masyarakat Lebong termasuk aparat pemerintahannya. Menjadikan proses pembangunan di Lebong sangat lamban. Dan, proses pembangunan itu tanpa adanya kritik dan saran yang sangat membantu melakukan evaluasi dan koreksi perjalanan pembangunan di Lebong. Secara pribadi saya melihat ada banyak kelemahan yang selama ini menjadi beban psikologis untuk mendesign pembangunan pro rakyat di Lebong.
Yang pertama adalah masalah pola pikir dan kedua masyarakal sumberdaya manusia. Keduanya saling berkaitan, satu dengan lainnya saling mengisi dan memberi serta membenahi kelemahan-kelemahan atau kelebihan-kelebihan yang ada. Di sini saya berusaha sesuai mengalaman dan apa yang saya lihat sendiri dengan mata kepala sendiri, apa yang terjadi sebenarnya di Lebong setelah menjadi kabupaten yang mandiri (baca otonom).
Grand Design pembangunan di Lebong tidak ada. Pembangunan, khususnya fisik dilakukan dengan asal jadi, yang penting proyek jalan dan bisa dilihat secara kasat mata. Untuk itu, pembuka grand strategi pembangunan Lebong memerlukan bantuan kritik dan saran dan melakukan dialogis dengan tokoh-tokoh masyarakat Lebong. Baik yang ada di Lebong maupun yang berada di daerah lain.
Pertama harus disadari kalau masyarakat Lebong memiliki tingkat emosional dan egosentris yang berlebihan yang mengarah kepada aliran sofisme (bahwa sayalah yang paling hebat, orang lain itu tidak ada apa-apanya). Dampak aliran (paham) yang demikian di tengah kehidupan orang-orang Lebong, menjadi kumulatif dengan kelemahan-kelemahan lannya. Mungkin dengan saran dan kritik, pemerintah Lebong dapat mengkaji ulang berbagai perencanaan pembangunannya.
Namun, sebelum membangun secara totalitas melalui tahapan dan perioritas pembangunannya, harus dipikirkan untuk mengembalikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa masyarakat mampu menjadi pendukung utama proses pembangunan di daerahnya sendiri. Oleh karena itu, alangkah arifnya jika pemerintah Lebong memperhatikan struktur pemerintahan masyarakat yang sejak lama mereka kenal dan pahami.
Pertama, kembalikan fungsi dan status nama Desa menjadi Kampung, agar masyarakatnya termasuk pemerintahan di desa dapat menjiwai dan menyatu dengan lingkungan kemasyarakatannya. Perlu diingat di Rejang termasuk Lebong, nama Desa tidak pernah dikenal. Yang ada adalah Kampung. Kampung dikepalai oleh seorang Pembarap. Teruskan sistem pemerintahan seperti itu. Seperti kebanyakan kabupaten lain yang mengembalikan harkat dan martabat komunitas rakyatnya. Padahal, zaman orde baru semua disama-ratakan dengan nama ‘Desa’.
Sebagai contoh, kabupaten Lampung Tengah (Lampung) sejak otonomi daerah melakukan pembenahan, yaitu mengembalikan nama Kampung dari nama Desa. Sekarang nama desa mereka dalam struktur pemerintahan tetap menggunakan nama ‘Kampung’. Contoh lain, Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus merubah kembali nama desa menjadi Pekon. Nama Pekon itulah yang mereka kenal sejak nenek moyang mereka.
Bagaimana di Lebong, bagaimana sikap para anggota legislatifnya? Bisakah memahami jiwa masyarakatnya? Hitamkan struktur masyarakat adanya seperti Tuai Kutai dan pedoman-pedoman atau aturan adat yang tidak bertentangan dengan hukum Indonesia, harus dikembalikan fungsi dan kegunaannya. Kenapa saya harus mengatakan demikian. Tentu dasarnya kuat. Masyarakat Lebong (Tun Jang) lebih takut dengan hukum adat ketimbang hukum positif (hukum Indonesia). Di sisi lain, penegakan supremasi hukum untuk memberikan rasa nyaman, adil dan terciptanya kebenaran di tengah masyarakat selama ini menggunakan hukum positif (KUHP, KUHAP, KUHPerd dll) sangat rancu.
Dan, itu terjadi hampir di seluruh pelosok di Indonesia. Apalagi Lebong, seorang mantri kehutanan saja menjadi momok yang menakutkan, seperti setan. Mereka ditugaskan, diberi wewenang untuk menjaga hutan, malah banyak kasus yang melibatkan mereka dalam praktek ilegal logging, penebangan liar, periznan pengelolaan hutan yang ‘aspal’ dan sebagainya.
Seharusnya praktek demikian sudah bisa ditekan sedemikian rupa, sehingga makin hari praktek “penegakan hukum dengan melanggar hukum” di Lebong sudah tidak ada lagi. Itu harus ada lembaga kritik yang aktif, seperti pers, lembaga swadaya masyarakat (LSM), paguyuban-paguyuban masyarakat, forum-forum adat istiadat masyarakat, para akademisi (termasuk pelajar dan mahasiswa). Dan akan lebih bagus lagi kalau para PNS mampu melihat ketimpangan proses pembangunan, kemudian melakukan revisi, kritik dan evaluasi secara transparan. Jangan takut, sebab PNS adalah abdi negara dan pemerintah.
Kemudian, Tun Jang yang berada di luar daerah, yang di antara mereka banyak yang berhasil, jadi pejabat dan pengusaha. Perlu autocritic bahwa kepentingan prbadi atau keluarga harus menyisihkan sekian persen untuk kepentingan masyarakatnya di Lebong. Namun, kepada mereka mungkin tidak bisa dipersalahkan, karena pemerintahan kabupaten Lebong tidak pernah menghargai mereka sebagai aset Lebong yang potensial sebagai faktor (pemicu) percepatan pembangunan. Semuanya harus kita tempatkan para proporsionalitas masing-masing peran, potensi dan kemampuan.
Sebagai contoh baik untuk dikaji, sepert masyarakat Padang dari Sulit Air Kabupaten Solok, Sumatera Barat yang 80 persen warganya merantau, karena kondisi kampung mereka sulit sekali. Setiap tahun mereka memberikan sumbangan besar kepada kampung halaman mereka. Baik berupa materi maupun lainnya. Di rantau mereka sangat kompak melalui jaringan usaha masyarakatnya di rantau. Mungkin (saya melihat), forum Grup Tun Topos yang ada di internet (facebook), melalui wadah Amarta, Rejang Land dan sebagainya. Dapat menjadi salah satu ujung tombak pemberi kontribusi pemahaman pembangunan yang dibutuhkan Lebong dan masyarakatnya.
Dari rabaan ke mana-mana uraian saya di atas. Usulan pertama saya kepada pemerintah Kabupaten Lebong, supaya segera tanpa interval waktu;
Pertama: pengembangkan, peningkatkan kualitas pembangunan sarana dan prasarana perhubungan dari perbatasan dengan Kabupaten Rejang sampai pelosok Lebong, termasuk jalan penghubung Muara Aman ke Arga Makmur. Akses perhubungan itu akan membuka jalur lalulintas perdagangan dan ekonomi rakyat, tanpa hambatan dengan cost yang rendah (tidak seperti sekarang ini). Peningkatan kualitas sarana dan prasarana perhubungan itu harus disertai dengan kualitas pemeliharaan dan pengawasan yang terpadu dan bertaggungjawab dalam disiplin yang sudah diatur sedemikian rupa. Kemudian, buatlah trayek-trayek angkutan yang menghubungkan semua daerah yang ada di Lebong. Sehingga angkutan pedesaan (angdes atau angkot di kota) tidak liar seperti sekarang ini banyak dilakukan individu-individual warga Lebong saja.
Kedua: Pengembangan dan pembangunan dunia pendidikan harus benar-benar disosialisasikan (bukan hanya alakadarnya) dengan penignkatan SDM para pendidik serta jumlah sekolah yang dibutuhkan. Harus dijadikan sebagai pembangunan prioritas utama.
Ketiga: Pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana bidang kesehatan yang selama ini terbengkalai, harus dijadikan salah satu perioritas utama. Misalnya, Muara Aman sudah harus memiliki sebuah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) atau RSU yang komplits dan maju. Di samping itu Pemkab Lebong harus membangun Puskesmas-Puskesmas di tiap kecamatan atau di tiap desa yang representatif dibidang kesehatan.
Keempat: Melestarikan ada istiadat dan struktur pemerintahan adat yang ada di tengah masyarakat dan melestarikan alam lingkungan sebagai sumber kehidupan pokok rakyat Lebong. Seperti sungai, hutan lindung, satwa langka dan lainnya.
Kelima: Membangun komunikasi timbal-balik antara rakyat dan pemerintah secara dialogis, untuk memahami psikologis kehidupan masyarakat Rejang di Lebong yang sesungguhnya. Dengan penambahan pada peningkatan kualitas umat beragama, khususnya agama Islam. Sebab dengan agamalah orang mampu melihat secara jernih kebenaran dan keadilan yang sesungguhnya.
Keenam: Panggil semua para tokoh masyarakat Rejang dari Lebong dari berbagai profesi, untuk unrun rembug memecahkan persoalan percepatan pembangunan Lebong lima tahun ke depan. Dan, undang para lulusan universitas maupun akademi di luar Lebong, agar mereka mau kembali ke Lebong dan diangkat jadi PNS di Lebong. Jangan terbiasa mengimpor PNS dari daerah lain yang sesungguhnya tidak mencintai Lebong. Mereka dapat uang (gaji) di Lebong (uang rakyat Lebong), namun dibelanjakan di daerah di luar Lebong.
Ketujuh: Bangun pondasi dunia usaha dan pariwsata di Lebong yang profesional dengan mengundang para investor untuk menanamkan investasinya di Lebong. Dengan hidupnya objek-objek wisata di Lebong yang begitu banyak, maka pendapatan rakyat di sekitar objek wisata pun akan meningkat. Undang usahawan-usahawan muda untuk bermitra dengan pemkab Lebong membangun dunia pariwisata di Lebong. Kenapa tidak kita lakukan?. Kemudian jasa perhotelan harus ikut serta, sehingga wisatawan dalam negeri maupun luar negeri begitu muda, lancar dan tenang mengunjungi Lebong. Dengan demikian Lebong akan menjadi pusat perhatian dan menjadi pusat penelitian para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. (ini tulisan pembuka, sfatnya sementara)

Rabu, 20 April 2011

BAYI AJAIB


Telinganya Mirip Tulisan Allah Dan Muhammad
Metro--Kalau dibilang pasangan suami isteri Rianto dan Suparmi sangat beruntung dengan kelahiran putri pertamanya yang diberi nama Rafika Najila Parjana (10 hari) warga asal Mengandungsari, sekampung Udik, Lampung Timur (Lamtim) itu, wajar dan pas.
Tapi, warga masyarakat, termasuk para meiasdi RSU A Yani Metro, menjadikan bayi Rafika sebagai bayi ajaib dan aneh dengan kedua daun telinganya itu.
Sampai-sampai keluarga pasien yang sedang berobat di RSU A Yani pun tidak ketinggalan untuk melihat langsung bayi Rafika yang mempunyai keanehan di daun telinganya.
Sampai-sampai mereka berebutan untuk mendokumentasikan daun telinga Rafika.
Menurut ayah Rafika, Rianto, sejak isterinya hamil sampai melahirkan di RSU A Yani, dirinya maupun isterinya tidak pernah mendapatkan firasat atau mimpi yang aneh-aneh, biasa saja.
Nggak pernah ada firasat, lho mas,” ungkap Rianto kepada LE, Rabu (20/4) kemarin.
Namun, kehadiran bayi Rafika Najila Parjana yang ketika dilahirkan oleh ibunya, Suparmi berat badannya normal seberat 3,3 kg dan panjangnya 50 cm.
Saat ini, bayi Rafika Najila Parjana masih dirawat di RSU A Yani di ruang khusus anak, karena beberapa hari ini, bayi Rafika mengalami muntah-muntah. Tapi, meurut para perawat di RSU A Yani, masalah itu tidak begitu serius, dalam arti Rafika tetap sehat. (naim emel prahana/RD-10)

Sabtu, 26 Maret 2011

Orchid : Thrixspermum angustifolium Rchb.f.

Thrixspermum angustifolium Rchb.f.
(Xenia Orchid. ii. 122, Xenia Orchidacea : Beitraege zur Kenntniss der Orchideen. Leipzig, 30 Hefte, 1854-1900)


Jumat, 25 Maret 2011

Boleh Pungut Uang, Asal…


Kadisdik Kota Metro
METRO-Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Metro, DR Khaidarmansyah SH MPd menegaskan, sekolah SMA dan SMK boleh melakukan pungutan kepada siswanya untuk keperluan pendidikan di sekolah masing-masing, asal ada persetujuan para walimurid.
Hal itu dikatakan Kadisdik Metro, Selasa (22/3) sehubungan masalah yang terjadi di SMKN 2 Metro, gara-gara kwitansi hilang, siswanya disuruh bayar lagi (ke 2 x-nya), sehingga menimbulkan persoalan dengan orangtua murid.
Kadis Pendidikan, Khaidarmansyah mengatakan, dirinya akan memanggil pihak sekolah SMKN 2 Metro, untuk minta penjelasan sehubungan pemberitaan yang disampaikan kepadaNya, sebab Kadisdik mengaku tidak tahu menahu sola itu.
“Bagi SMA atau SMK itu tidak ada dana BOS yang ada dana operasional manajemen mutu yang dananya bersumber dari pusat,” kata Kadisdik Metro.
Karena jumlahnya tidak seberapa, pihak sekolah dibolehkan menarik dana karena itu sah menurut hukum/aturan dan tertera dalam UU No 20/2003 tentang Pendidikan.
“Untuk operasional sekolah termasuk didalamnya untuk membiayai keperluan anak didik, perlunya sarana penunjang, seperti masjid, mushola, tempat olahraga dan lainnya.” Kata Khaidarmansyah.
Atau kata dia lagi, apapun pungutan yang dilakukan pihak sekolah sepanjang itu sudah ada persetujuan para wali murid, dana itu digunakan untuk keperluan pendidikan, tidak ada salahnya.
Akan tetapi, kata Khaidarmansyah, apabila benar ada pemaksaan dalam pungutan itu, ditambah lagi murid tidak dapat ujian atau sekolah manakala tidak membayar uang tersebut maka dengan tegas saya akan panggil dan berikan teguran tertulis kepada sekolah tersebut”, -tegas Khaidarmansyah.(RD-10)
PERIKSA—Kasat Sabhara Polres Kota Metro, Kompol Lady sedang mndeteksi dan melakukan pemeriksaan ekstra hati-hati terhadap kedua bungkusan yang diduga paket bom buku. Namun, setelah dideteksi menggunakan alat detektor, ternyata isi kedua bungkusan tersebut hanyalah Tafsri Alquran, Alquran, sejarah para Nabi, sajadah, kopiah dan lainnya. FOTO NAIM EP/LE

Diduga Bom Buku


PERIKSA—Kasat Sabhara Polres Kota Metro, Kompol Lady sedang mndeteksi dan melakukan pemeriksaan ekstra hati-hati terhadap kedua bungkusan yang diduga paket bom buku. Namun, setelah dideteksi menggunakan alat detektor, ternyata isi kedua bungkusan tersebut hanyalah Tafsri Alquran, Alquran, sejarah para Nabi, sajadah, kopiah dan lainnya. FOTO NAIM EP/LE

Foto Lepas

DITEMUKAN—Dua bungkusan seperti paket bom buku, Jumat (25/3) sekitar pukul 06.30 WIB kemarin ditemukan di depan mulut Gang Padi Jl Hasanuddin 21B Yosomulyo, Metro Pusat, Kota Metro, membuat warga kota itu geger dan takut kalau-kalau kedua bungkusan berisi Alquran, Tafsir Alquran, sejarah para Nabi, sajadah dan kopiah itu merupakan paket bom buku yang saat ini masih menjadi pusat perhatian aparat keamanan di Indonesia. FOTO NAIM EP/LE

Pengedar Ganja Metro, Dicokok


METRO-Seorang pengedar dan pemakai narkoba jenis ganja siap pakai yang sering beroperasi di kawasan RS Mardi Waluyo dan sekitarnya, berhasil diamankan Sat Narkoba Polres Kota Metro.
Penangkapan pengedar ganja bernama Bamang (35) terseut dilakukan, Kamis (17/3) sekitar pukul 15.30 WIB lalu di seberang RS Mardi Waluyo Metro atau di Jl Jend Sudirman Ganjaragung.
Menurut Kassat Narkoa Polres Metro, AKP Langgeng kepada koran ini, penangkapan Bambang, boleh dikatakan secara kebetulan, pada saat anggotanya melakukan tugas patroli  rutin.
Saat itu, jelas Langgeng, petugasnya melihat ada seorang pria yang duduk di seberang jalan RS Mardi Waluyo. Naluri petugas kami bereaksi cepat, pria yang duduk itu didatangi.
Dalam penjelasannya, Kasat Narkoba bersamaa Kasubag Humas Polres Metro, AKP Sunarto Suyib Senin (21/3) kemarin mengatakan, petugas kami merasa curiga dengan Bamang yang duduk lesehan di pinggir jalan.
Saat petugas kami sudah didekat  Bambang, melihat di dalam helmnya ada bungkusan. Ketika diambil an dibuka ternyata bungkusan itu berisi daun ganja kering siap pakai seberat7 gram.
Menurut Bamang ketika ditanya petugas, ia memang sedang menunggu pembelinya yang masih berda di RS Mardi Waluyo dan daun ganja itu sendiri ia peroleh dari Ridwan warga BD 22 Hadimulyo, Metro Pusat.  
Tersangka Bambang sebagai pemilik atau penyimpan ganja dan dijerat dengan Pasal 111 UU No 35/2009 tentang Narkotika dengan ancaman maksimal 4 tahun.
“Kami masih melakukan pengembangan lebih lanjut untuk melakukan penangkapan terhadap Andi dan Ridwan,” kata Langgeng. (RD 10)

Rumahnya Dibangun Pejabat


Mbak Sukarni Lega
METRO-Kegembiraan Mbok Sukarni (61) warga RT 3 RW 01 Kelurahan Yosomulyo, Metro Pusat, Kota Metro, memang beralasan. Janda dengan 7 orang anak itu, sejak lama mendiami rumah yang sangat-sangat tidak layak.
Hari bahagia Mbah Sukarni itu terjadi, Minggu (20/3) kemarin, apalagi melihat antusiasnya warga tetangganya ikut membangun rumahnya dengan dana bantuan dari pejabat Pemkot Metro yang duduk di staf ahli.
Rumah berukuran 6 X 9 meter milik mbah Sukarni pun, pagi Minggu kemarin sudah mulai dibangun dan rencananya akan selesai beberapa hari mendatang.
Tentu saja, bantuan tak terduga untuk membangun ruah itu, memang tidak pernah terbayangkan oleh mbah Sukarni. Tapi, Tuhan menghendaki lain dengan memberikan bantuan kepadanya melalui pejabat Pemkot Metro.
Sejak lama mbah Sukarni sudah ditinggal mati suaminya, sampai kemarin ia di rumahnya yang lama ditemani 2 orang anaknya, sedangkan 5 anaknya yang lain sudah misah, karena sudah berumah tangga.
Rasa bangga, suka cita, membuat mbah Sukarni berkali-kali mengucapkan ucapan terima kasih kepada Tuhan, karena membantu kehidupanya melalui pembangunan rumahnya oleh pemerintah.
Menurut Lurah Yosomulyo, H Dasim Saputra SH kepada LE di lokasi pembangunan rumah mbah Sukarni  mengatakan, di daerah itu ada 3 rumah yang diuusulkan untuk dibedah.
”Tapi, sekarang baru rumah mbah Sukarni yang dibedah,” jelas Dasim. (RD-10)

3 Penjudi Terminal Ditangkap


METRO-Polres Kota Metro dalam operasi Penyakit Masyarakat (Ops Pekat), Sabtu (19/3) sekitar pukul 15.00 WIB lalu berhasil menggulung 3 dari sekian banyak para penjudi yang sering main di Terminal Kota Metro.
Sayangnya penangkapan ket 3 penjudi itu, 3 lainnya melarikan diri. Namun pihak Polisi sudah mengetahui identitas mereka yang melarikan itu.
Penangkapan para penjudi itu dijelaskan, Kapolres Metro, Nurohman Minggu (20/3) kemarin di Taman Kota Metro saat menyaksikan Motocross.
Menurut Kapolres, ke 3 penjudi yang berhasil diamankan itu masing-masing  Sodri bin Almi (alm), Rodi Sapriyadi bin Damiri(alm), dan Handri Suigiarto bin Sugiyono.
Sedangkan 3 penjudi yang melarikan diri masing-masing Alim, Simon dan Iwan. Kata Nurohman.
Di samping mengamankan ke 3 penjudi, polisi berhasil menyita uang tunai Rp 82.000,- dan sebuah HP merek lackBeryy Cina.
Dikatakan Nurohman, modeu perjudian mereka itu melalui HP, penjudi mempertaruhkan taruhan, kemudian membuka HP dan memilih gambar dadu yang ada di dalam HP itu.
”Pilihan mereka itu gambar dadu angka 1 sd 6,” ungkap Kapolres.
Saat ini ketiga penjudi itu sudah digelandangkan di Mapolres Metro, untuk diusut lebih lanjut. (RD-10)

Simpan PNS Di Salon, Digrebek Warga


METRO-Karena menyimpan seorang pemuda yang berstatus PNS di Salon ‘S” Jl Domba Hadimulyo Timur, Metro Pusat, seorang gadis bernama Susi dan pemuda PNS (belum diketahui namanya), digerebek masyarakat.
Warga mengrebek kedua insan berlain jenis itu, karena diduga telah berbuat mesum di salon milik Susi itu. 
Menurut Ketua RT 13 RW 06 Kelurahan Hadimulyo Timur, Simin (58) kepada LE, Minggu ((20/3) mengatakan, penggerebek warga itu dilakukan Sabtu malam Minggu (19/3) sekitar pukul 24.00 WIB, dirinya ditemani beberapa warga setempat.
Dikatakan Simin, warga di Rtnya itu sudah mencurigai kedua insan berlainan jenis itu, karena sudah 2 hari dua malam menginap di salon S milik Susi tersebut.
“Ketika didatangi warga, ternyata benar ada seorang lelaki di dalam rumah yang juga salon itu,” kata Simin seraya mengatakan, ketika mereka menanyakan kepada lelaki itu, jawabannya ia adalah seorang keamanan dan sudah izin sama Susi untuk menginap.
Namun, kata Ketua RT itu, saat diinterogasi, kedua insan berlainan jenis yang digerebek itu, tia-tiba dibawa oleh seorang bernama Rusli dari 15B Timur, yang katanya mau diselesaikan, karena perempuannya itu adeknya Rusli.
Karena mengaku sebagai kakaknya Susi, maka warga membolehkan Rusli membawa kedua orang itu, namun kami tidak tahu persis, ungkap ketua RT Simin.
Menuut warga Jl Domba yang menggrebek Susi di rumah kontrakannya itu, mengatakan, memang yang mencarikan rumah kontrakan Susi itu adalah Rusli, apakah benar Susi itu adik Rusli atau bukan, kami tidak tahu, ujar warga.(RD-10)

Senin, 07 Februari 2011

Uang sumbangan Dikembalikan


*Komite SMPN 10
Sempat menjadi debat publik di Metro tentang sumbangan orangtua/walimurid ke SMP Negeri 10 Metro tahun 2010, akhirnya pihak sekolah dan komite SMPN 10 Metro, mengembalikan suang sumbangan tersebut.
Hal itu dilakukan, Sabtu (5/2) lalu di SMPN 10 Metro yang dihadiri orangtua/wali murid yang sudah memberikan sumbangan, komite sekolah dan pihak sekolah sendiri.
Jumlah uang sumbangan yang akan dikembalikan seluruh sebesar Rp 8.200.000,- sesuai dengan uang uang yang telah terkumpul sebagaimana dijelaskan Ketua Komite SMPN 10, Zulkarnain kepada koran ini, Sabtu (5/2) lalu.
“Keputusan pengembalian uang sumbangan oleh Komite SMPN 10 itu dilakukan, Sabtu (5/2) lalu dalam rapat komite dan dewan guru SMPN 10,” kata Zul.
Menurut ketua komite SMPN 10 itu, semula ketika kepala SMPN 10 masih dijabat pejabat lama, mereka sepakat  untuk mengurangi keadaan becek seputar sekolah tersebut dengan jalan meminta bantuan sumbangan kepada orangtua/walimurid.
“Akan tetapi, setelah jabatan kepala SMPN 10 diganti dan sekolah itu mendapat bantuan dana untuk pembuatan paping blok dan pagar, akhirnya kami sepakat untuk mengembalikan uang sumbangan tersebut,” jelas Zulkarnain.
Memang, kata Zul sekolahnya itu kalau hari hujan becek, sehingga menyulitkan anak-anak untuk sampai ke sekolahnya. Dengan kondisi seperti itu saat itu, tyerciptalah ide untuk minta sumbangan, guna membuat paping blok sekeliling sekolah.
“Alhamdulillah, semuanya sudah berakhir dan uang sumbangan yang sudah masuk kami kembalikan,” kata Zul—panggilan akrab ketua komite SMPN 10 itu kepada harian ini, Sabtu (5/2) lalu.
Dijelaskannya, dengan adanya bantuan dari Pemkot Metro sebesar Rp 205.000.000,- program pemapingan dan pemagaran sekolah sudah dapat dikerjakan tahun 2011, dan uang sumbangan dapat dikembalikan ke orangtua/walimurid.
Menyinggung jumlah uang sumbangan yang diminta yang sudah terkumpul, Zul mengakaui baru Rp 8.200.000,- dan, kata dia, uang itu segera dikembalikan.
“Semoga dengan dikembalikannya uang sumbangan itu, tidak ada lagi persoalan yang harus dikhawatirkan,” ungkapnya. Walau demikian, Zul mengakui, semuanya ada hikmahnya.
Yang jelas, kata dia semua pihak menginginkan SMPN 10 Metro dapat lebih maju, berkualitas dan berprestasi dan mampu menyamai sekolah setingkat lainnya yang ada di daerah kota itu.
Sementara itu, Kepala SMPN 10, Drs Marsidi mengatakan, pihaknya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang selama ini peduli dengan sekolah yang ia pimpin.
“Terutama kerja keras komite sekolah yang turut andil membangun dan membesarkan SMPN 10-,” ungkapnya. (RD-10).

Metro Berikan Langsung Bonus Atlet



Pemerintah Kota (Pemkot) Metro, memberikan penghargaan setinggi-tinginya kepada para atletnya yang mampu menukir prestasi dan meraih medali pada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Lampung VI tahun 2010, berupa tanda tali asih atau bonus yang lebih dikenal dengan reward.
Hal itu disampaikan dengan rasa haru oleh Walikota Metro, H Lukman Hakim SH MM, Senin (7/2) kemarin di Aula Pemkot Metro saat memberikan reward kepada atlet Kota Metro yang berprestasi.
Lukman Hakim mengatakan, dirinya dan seluruh Muspida serta masyarakat Kota Metro sangat bangga dengan prestasi atlet yang sudah berjuang maskimal di arena Porprov Lampung VI tahun 2010.
”Saya menyatakan sangat bangga, karena atlet yang berlaga di Porprov Lampung VI tahun lalu, adalah asli atlet Kota Metro,“ ungkap Lukman Hakim dihadapan sekitar 300 para undangan yang menghadiri acara pemberian tali asih tersebut.
Walaupun nilainya tidak seberapa, namun kata Walikota Metro, bonus yang diberikan kepada para atlet beprestasi di Porprov ke VI 2010 naik dan semuanya disesuaikan dengan kemampuan keuangan Kota Metro.
Lukman Hakim menegaskan dirinya tidak merasa kalau prestasi atlet Kota Metro menurun dibandingkan perolehan medali pada Porprov V 2006 di Kota Metro.
”Kita harus akui, atlet kabupaten/kota lainnya mengalami kemajuan,“ ujar dia yang disambut aplus para undangan yang gegap gempita.
Yang penting, harap walikota, di masa akan datang pembinaan, pelatihan dan displin berlatih para atlet perlu ditingkatkan, akan mendapat prestasi terbaik di event-event olahraga tingkat Nasional.
”Saya yakin, banyak atlet Metro yang akan dikirim ke PON tahun 2012 di Riau, karena atlet Kota Metro menunjukan prestasi yang sangat optimal,” ujar Lukman Hakim.
Sementara itu, dalam laporan Kontingen Porprov Kota Metro 2010 yang disampaikan Sekretaris Kontingen, Naim Emel Prahana SH menjelaskan, pada Porprov Lampung ke VI tahun 2010 di Menggala, Tulangbawang, Kota Metro mengikuti 13 cabang olahraga.
Cabang-cabang olahraga tersebut, kata Sekretaris Umum (Sekum) Komite Olahraga (KO) Kota Metro itu, terdiri dari Sepakbola, Bola Voly, Bola Basket, Karate, Atletik, Pencak Silat, Judo, Taekwondo, Kempo, Tenis Meja, Tenis Lapangan, Bulutangkis dan Catur.
Sedangkan jumlah personil kontingen Porprov berdasarkan SK Walikota No 314/KPTS/KO-KM/2010 tanggal 2 Desember 2010 sebanyak 242 orang.
Jumlah itu, ungkap Naim terdiri dari atlet  putra (124), atlet putri  (69),  pelatih (36) manager (13),  ditambah dengan personil kontingen sebnyak 33 orang. Di dalam laporan kontingen Porprov Kota Metro itu terungkap selama Porprov VI 2010 berlangsung banyak atlet Kota Metro yang berlaga mengibarkan bendera kabupaten/ kota lainnya.
Namun, kata Sekum KO-KM, pihaknya tidak pernah berkecil hati dengan kondisi seperti itu, karena sudah kebiasaan.
”Kami tetap bertyekaf, apapun alasannya untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada atlet asli Kota Metro, guna meningkatkan kualitas dan prestasi melalui kekikutsertaan merekla di berbagai kejuaraan,” urai Naim.
Di Porprov VI Lampung 2010 total medali yang diperoleh Kontingen Kota Metro sebanyak 164 buah medali terdiri dari medali emas 20, perak 19 dan perunggu 37 medali.
Tali asih yang diberikan Walikota Metro kepada para atlet berprestasi kemarin jumlahnya sebesar Rp 294 juta sesuai dengan SK No 51/KPTS/D.4/2011 tentang penetapan penerrima penghargaan Yang Berdedikasi Dan Berprestasi Di Kota Metro.
Setiap peraih medali emas perorangan menerima Rp 5 juta, perak Rp 3 juta, perunggu Rp 1,5 juta. Untuk beregu, peraih emas memperoleh 2 X perolehan bonus peraih emas perorangan, dan demikian pula perak dan perunggu.
Pemerintah Kota Metro, juga memberikan uang pembinaan kepada para magajer dan pelatih cabang olahraga yang berprestasi optimal tahun 2010, khususnya di arena Porprov Lampung Vi tahun 2010 di Menggala, Tulangbawang.
Dua cabang olahraga yang melampau target masing-masing Perncak Silat dan Judo dengan perolehan medali 20 emas (judo) dan Pencak Silat dengan total meadli 21 buah.
Bonus atlet kemarin diserahkan langsung usai acara pembukaan pemberian tali asih kepada para atlet. (RD-4/RD10)