Selasa, 09 Desember 2014

Ketika tak Ada





ketika malam disebut-sebut di sudut hati
seperti tak ada di sana waktu kita
menjelaskan malam kita ‘memang’ tak ada di situ
di lembaran penetuanNya.

Dan, tak ada di rumah
yang pergi tak ada tempatnya
dihadirkan dalam perasaan
kita berkata gagah
“………………………………………...”
lalu, diam
“………..”

inikah yang selalu dibenarkan
ini sebenarnya tak ada pada kata di antara kita

Metro, 27112010.

Sehari Sebelum Sunyi




Yang terdiam
diam
berdiam di mata ungkapan rasa
lagi-lagi sia-sia
kehilangan tegur sapa

gelora panas berdiam
di mana rumah di mana jiwa
puing-puingnya berserakan
keramaian isak tangis menjadi hutan
hany terlihat jalan pergi ke luar negeri

yang diam terduduk
menyelimuti sesal; kenapa negeri ini anfal
sunyi tak lagi menyisakan harmonika warga
catatan-catatan lama tidak terbaca lagi
yang diam jadi korban retorika
yang berteriak jadi korban politika
pribadi-pribadi yang pernah mati
sebelum hari ini, berubah jadi lumpur
luluh dilantak amarah
janji-janji para jawara pemimpin jiwa
yang mendunia.

September 2013.

Gratis Biaya Transfer




Tidak lagi berlari-lari
tidak pula sejenak menunggu di waktu
atau tepuk tangan seseringkali
senyum tanpa beban menggeluti

disilah kampung para kelahiran
negeri ini menjadi seribu dongeng dan mitos
terlihat melingkari leher anak-anak bangsa
suara cambuk terasa walau tak terdengar
tempat semuanya bersenyawa adu status
kebodohan yang tetap takkan pernah berjaya

aku tidak lagi berlari
menenagkan diri dari hiruk pikuk
yang terus tersenyum kepada kepongahan
kaum politikus, pengusaha dan penguasa
di antara banyaknya kaum tanpa wajah

tidak lagi mengejar waktu
apakah itu keputusanku
dengan alasan yang sebenarnya rapuh
lalu, hanya berpegang teguh
aku hanya mengikuti waktuNYA.


April 2013.