Sabtu, 14 Februari 2009
Rute Jalur Pendakian
Taman Wisata Alam Gunung Kaba (1937 dpl)
Hari Kamis, 22 Januari 2009, saya bersama teman-teman kampus sepakat untuk menaiki gunung (bukit) Kaba di Curup, Bengkulu. Bagi saya pendakian ini merupakan pengalaman pertama. Sebagai pendaki junior, hal pertama yang muncul di pikiran adalah pendakian ini akan membosankan, melelahkan, menghabiskan uang dan waktu. Namun semua itu salah besar justru disinilah saya menemukan sebuah pandangan baru dari alam indah Indonesia.
Perjalanan dari kota Lubuk Linggau ke Curup sangat mengasyikan, sepanjang perjalanan mata kita disuguhkan pemandangan yang indah, perkebunan di kiri dan kanan jalan udara dingin nan sejuk menemani perjalanan yang menempuh waktu satu setengah jam itu. Sesampainya di pos penjagaan gunung, saya sempat mengobrol bersama penjaganya di tengah hamparan kebun jagung dan sayuran yang dingin, sesuatu yang tidak akan pernah saya temui di kota.
Sehabis menunggu teman-teman menunaikan sholat Jumat kami sepakat untuk langsung mendaki Bukit Kaba. Di tengah perjalanan menunju puncak gunung, kami berhenti sejenak di sebuah aliran sungai kecil dengan aliran air yang jernih. Penat dan letih seakan sirna. Akhirnya setelah berjalan dan mendaki di areal yang cukup terjal selama 2 jam kami sampai juga di puncak.
Inilah titik kulminasi dari semua letih dan lelah dalam perjalanan. Di puncak udara sangat bersih dan murni dengan pemandangan yang tak dapat saya ucapkan ditambah kabut yang membuat suasana lebih damai. Namun, semua perasaan tersebut seakan tercemar oleh banyaknya tumpukan sampah dan kotoran dari para pendaki gunung itu sebelumnya. Base camp pendaki tidak lagi menjadi tempat yang bersih dan sehat. Sungai yang menurut teman saya setahun yang lalu masih jernih dan mengalir kini keadaannya sangat kotor dan tidak lagi mengalir seperti dulu.
Oleh sebab itu, kami tidak dapat lagi menggunakan air dari sungai di puncak itu untuk keperluan kemah sehari-hari. Karena itu kami terpaksa mengambil air di tempat yang lain dengan konsekuensi jarak yang semakin jauh. Melihat semua itu, kami semua sepakat untuk membersihkan semua sampah dan kotoran yang ada di base camp dan membuatnya bersih seperti apa yang dilihat teman saya setahun yang lalu. Tentu bukan hal yang mudah untuk membersihkan sampah dan kotoran itu dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam bagi kami untuk membuatnya bersih.
Di tengah upaya pembersihan itu, banyak pula teman-teman pendaki yang lain (yang berasal dari luar provinsi) turut membantu kami dan sayangnya tak sedikit pula yang hanya melihat dan mencemooh karena menganggap apa yang kami lakukan hanyalah bentuk dari kesia-siaan belaka.
Setelah pembersihan kami mendirikan tenda dan dilanjutkan dengan memasak untuk makan malam. Tak lupa kami memastikan bahwa semua sampah kami telah dibuang dengan benar. Malam pertama di puncak gunung pun terlewati ditemani oleh ratusan bintang di langit dan kilauan lampu-lampu rumah penduduk di bawah gunung. Keesokan harinya kami menuju puncak tertinggi dari gunung Kaba dimana di sana ada kawah belerang.
Sekali lagi perjalanan ke puncak kawah lebih sulit daripada menuju puncak base camp, kontur daerahnya berbatu dengan kemiringan hampir 90 derajat. Rupanya dilokasi itu, telah dibangun anak-anak tangga oleh Pemerintah Daerah setempat sehingga memudahkan pendaki untuk menaiki puncak kawah. Rupanya bagi sebagian pendaki, fasilitas anak-anak tangga itu disalahgunakan sebagai tempat untuk vandalisme, banyak coretan-coretan dan graviti yang bertuliskan nama atau asal dari pendaki yang pernah mendaki di gunung itu. Hampir keseluruhan anak tangga penuh oleh coretan bahkan sampai ke pagar pembatas kawah. Tentu hal ini mengurangi keindahan dari pemandangan gunung Kaba tersebut. Salah satu teman saya sebenarnya telah mempersiapkan untuk menuliskan nama kelompok kami di anak tangga itu, namun karena desakan dari saya dan teman-teman yang lain maka niat itupun diurungkan. Karena kami yakin bahwa perjalanan jauh kami dari Palembang ke Bengkulu bukan untuk mengotori gunung namun menikmati keindahan alam yang tak dapat kami temukan disini.
Setelah 1 hari menginap di puncak gunung Kaba kami akhirnya turun, semua sampah dan kotoran yang kami tinggalkan selama menginap telah dibuang di tempat sampah. Boleh dikatakan kami meninggalkan Gunung Kaba dengan bersih seperti sebelum kami mendaki. Perjalanan pulang sama menariknya dengan perjalanan kami menuju puncak gunung.
Kini, saya telah berada di Palembang sebuah kota yang tak akan pernah sama dengan apa yang kami rasakan di puncak gunung Kaba. Kami pulang dengan hati yang senang dan puas bukan karena telah berhasil mendaki gunung dengan tinggi 1.300 meter di atas permukaan laut itu namun lebih kepada perasaan bahwa kami telah dapat menghargai alam Indonesia.
Usaha kecil yang saya dan teman-teman lakukan bukanlah usaha besar seperti yang telah dilakukan oleh Pahlawan-pahlawan besar Indonesia dan orang-orang yang telah mengorbankan nyawa dan raganya demi tegaknya negara Indonesia. Apa yang kami lakukan adalah usaha kecil yang dapat kita lakukan bersama, usaha kecil inilah yang sudah seharusnya dilakukan oleh semua rakyat Indonesia sesuai dengan bidangnya masing-masing karena saya yakin kita memiliki usaha-usaha sendiri baik itu kecil atau besar untuk membangun bangsa ini seperti apa yang telah diperjuangkan oleh Pahlawan kita. Usaha kecil akan mengubah Indonesia karena Aku untuk Bangsaku dimulai dari hal kecil.
Berwisata ke provinsi Bengkulu khususnya kabupaten Rejang Lebong maka tak lengkaplah perjalanan anda jika belum menikmati keindahan Tawan Wisata Alam Bukit Kaba (1937 Mdpl). Jika anda adalah seorang penikmat wisata petualangan (adventure) tempat inilah jawabannya.
Di kawasan wisata ini anda akan disuguhkan berbagai macam keindahan dalam sekali rute perjalanan mulai dari perkebunan sayur dan buah, budaya dan adat istiadat yang khas, rute perjalan yang menantang, pemandangan kawah hidup dan kawah mati, panorama yang indah, ataupun mendirikan basecamp (tenda) untuk menginap (camping) guna menyaksikan indahnya gemerlap bintang dan kerlap kerlip ibu kota kabupaten (curup) pada malam hari.
Bukit kaba (1937 Mdpl) terletak di kecamatan Selupu Rejang berjarak sekitar 104 Kilometer dari ibukota propinsi Bengkulu, atau sekitar 19 Kilometer dari ibukota kabupaten Rejang lebong. Persimpangan menuju bukit kaba (Ds. Sumber Bening) merupakan jalur lintas sumatera yang menghubungkan provinsi Bengkulu dengan Provinsi Sumatera selatan dengan kota terdekat adalah Lubuk Linggau (Sumsel) dan Kota Curup (Bengkulu).
Berikut Rute perjalanan yang dapat ditempuh untuk menuju wisata Alam Bukit kaba :
1. Dari ibukota provinsi Bengkulu carilah mobil angkutan umum jurusan ke kota Curup (terminal Pasar Panorama) ongkos saat ini Rp 20.000 waktu tempuh sekitar 2 jam.
2. Dari Curup (terminal Simpang Nagk) naik mobil angkutan desa (angdes) jurusan Desa Sumber Bening (Simpang Bukit Kaba), ongkosnya sekitar Rp 7.000 ditempuh dalam waktu 1 jam.
3. Sampai Simpang Bukit Kaba, untuk ke Visiting Centre (Gerbang Rimba) ada beberapa alternatif transportasi dapat digunakan (jam 08.00 WIB s/d 16.00 WIB); )1) naik Angdes (Rp.5000), (2) naik Ojek (Rp 15.000) waktu 1/2 jam atau (3) naik GL (alias goyang lutut)/ jalan kaki lebih kurang 2 jam perjalanan. Selama rute ini kita akan menikmati pemandangan rumah-rumah penduduk, perkebunan sayur, buah dan palawija
4. Di di gerbang rimba visitting centre lakukanlah registrasi pendakian, maksudnya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Wajib! Jangan lupa logistik harus maksimal.
5. Selanjutnya dapat memilih 2 route; (1) via jalan aspal yang kondisinya rusak parah (jika menggunakan kendaraan disarankan 4wheels atau motor trail) dan (2) route pendakian.
6. Jika via jalur pendakian akan ditemui sumber mata air pertama yang mengandung belerang untuk mencuci dan membersihkan tubuh.
7. Selanjutnya, ada persimpangan yang mempertemukan ke satu titik. Route kanan menuju pemandian air panas dan kiri jalur pendakian normal.
8. Selama perjalanan menuju (camping ground) tempat berkemah akan melewati vegetasi hutan tropis yang rapat, dan jika beruntung anda akan menyaksikan segerombolan siamang yang menemani anda. Semakin pepohonan menjadi rendah maka anda semakin dekat dengan camping ground yang ditandai dengan sebuah kubah yang berfungsi sebagai tempat pemantauan aktivitas gunung berapi.
Catatan.
1. Jika anda berada di kubah (shelter) sumber air anda dapat mencari di depan dan dibelakang kubah.
2. Pilih jalur kanan untuk menuju puncak dan tangga seribu, saksikan pemandangan kawah dari atas.
3. Pilih Jalur kiri ke Kawah hidup dan kawah mati dari dekat.
objek wisata ini ramai dikunjungi para petualang/pendaki gunung pada hari-hari libur dan besar nasional
Sumber : 1. www.pelangibiru.com
2. http://dionbarus.wordpress.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar