Senin, 03 Oktober 2022

Oleh Naim Emel Prahana

 

Menelusuri Jejak Kawasan Angker Di Desa Kotadonok

KARENA di tengah kehidupan masyarakat kita, khususnya masyarakat yang beragama Islam masih tersisa pengaruh zaman sebelum kedatangannya agama Islam. Termasuk di daerah Rejang dan Lebong. Masih banyak masyarakatnya mempercayai sesuatu di daerah tertentu yang dianggap angker, penuh misteri dan harus berhati-hati kalau berada di daerah yang mereka percayai ada makhluk astralnya.

Hal itu terjadi juga di Desa Kotadonok, di mana masyarakatnya masih mempercayai di beberapa tempat di daerahnya memiliki nilai mistis, walau masyarakatnya tidak menjadikannya sebagai suatu keyakinan ibadah. Dimanakah tempat-tempat mistis di Kotadonok dan sekitarnya itu? Mari kita telusuri cerita dari masa ke masa.

Tebing Bioa Tamang

Kawasan Tebing Bioa Tamang sejak dahulu dikenal oleh masyarakat sebagai tempat yang penuh misteri. Banyak kecelakaan lalulintas di daerah itu, dikaitkan dengan adanya cerita—cerita mistis, seperti makhluk berbentuk ular besar yang sering melintas di jalan Tebing Bioa Tamang. Ular itu, konon ceritanya datang dari Danau Tes menuju Tebing di sisi kiri jalan Tebing Bioa Tamang.

Cerita itu menyebar dan berkembang dan menjadi perhatian para supir yang selalu melintasi Tebing Bioa Tamang. Tahun 60-an ada beberapa kali kecelakaan di daerah itu. kecelakaan yang selalu dikaitkan dengan hal-hal mistis. Misalnya ada sebuah mobil pickup pengangkut bahan sembako, terguling di tebing Bioa Tamang. Termasuk pernah terjadi terhadap bus Pujaan yangmengalami kerusakan di sana. Namun, tidak sampai terjung ke Danau Tes.

Kenapa kawasan itu dinamai Bioa Tamang? Belum ada kisah yang menjelaskannya. Namun, yang pasti di kawasan itu mengalir satu sungai yang dikenal dengan namai Bioa Tamang (Air/sungai Tamang). Sementara, ‘tamang’ itu sendiri adalah sebutan atau panggilan seorang keponakaan terhadap suami dari bibiknya. Di kawasan Bioa Tamang sejak dulu adalah kompleks mesin penggilingan padi milik keluarga besar Imansyah. Untuk melintasi Bioa Tamang makan sejak zaman Hindia Belanda telah dibangun sebuah jembatan permanen.

Cerita mistisnya selain angkernya jalan Tebing Bioa Tamang, ada juga yang menyebutkan Muara Bioa Tamang ditunggu oleh makhluk yang oleh orang Rejang disebut Siamang Bioa—yang katanya suka menarik orang yang sedang naik perahu ke dalam air. Kisah makhluk Siamann Bioa itu cukup populer di Tanah Renah Sekalawi (Lebong).

 

Jamben Bioa Tiket

JUAMBEN Tiket (jembatan bioa Tiket) adalah jembatan di ujung sebelah Timur Desa Kotadonok. Di sana mengalir sebuah sungai yang diberi nama Bioa Tiket. Di kawasan Bioa Tiket sejak dulu sudah menjadi kawasan penggilingan pagi tradisional yang dimiliki oleh beberapa warga Kotadonok.

Pemilik ‘mesin’ istilah bahasa orang Kotadonok menyebut penggilingan padi tradisional itu dikenal dimiliki oleh beberapakeluarga, terdiri dari Ali Sunan (kakeknya Jonson Thohir), Masteman (kakeknya Hasbi/Bong), M. Yusuf (bapaknya Mawar/Rizal) atau bapaknya Rozy—Wabup Lebong (2022), Kakek Rek yang paling ujung sebelah Barat, dan satu penggilingan lagi sampai tulisan ini dibuat, lupa namanya.

Di Jembatan Bioa Tiket, juga sejak dulu sangat ramai sekali. Setiap sore ada yang main Volly ball dan bolakaki dekat penggilangan Yusuf dan banyak anak-anak mencari ikan dengan cara tajua (pancing yang dipasang), Nyeunyuk Tiluk (mancing ikan Tiluk), dan orang-orang yang mandi di pagi dan sore hari.

Daerah Jamben Bioa Tiket memang angker. Lokasi angker itu berada di sudut tiang Jembatan arah sebelah kiri ke Kotadonok. Di aliran sungai yang melintasi bawah jembatan itu, ada lubuk kecil yang oleh anak-anak kalau itu menakutkan. Anak-anak takut mandi sampai lubuk kecil itu karena cerita turun temurun kalau di lubuk kecil itu ada penghuni yang suka jahat.


Penghuninya apa? Ya, itu yang disebut dengan Sebei Sebkeu (nenek yang berpakaian menyeramkan). Katanya sih, dulu sering orang melihat Sebei Sebkeu itu berjemur di bebatuan Bioa Tiket. Kalau dilihat orang, ia langsung menyelam ke dalam air. Benarkah ada Wujud Sebei Sebkeu itu? Yah, namanya cerita lisan seperti itulah.

Tidak ada komentar: