Minggu, 30 November 2008

Kabupaten Rejang Lebong

Kabupaten Rejang Lebong adalah sebuah kabupaten di Provinsi Bengkulu. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 4.109,8 km² dan populasi 450.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Curup Terletak di pegunungan Bukit Besar. Penduduk asli terdiri dari suku Rejang dan suku Lembak. Suku Rejang mendiami kecamatan Kota Padang, Padang Ulak Tanding, Sindang Kelingi. Kabupaten Rejang Lebong memiliki 15 buah kecamatan yang masih dalam pengembangan. Sebelah utara berbatas dengan Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi Rawas, sebelah Selatan dengan kabupaten Kepahiang, sebelah timur berbatas dengan kabupaten Lebong dan propinsi Jambi, sedangkan sebelah barat berbatas dengan kabupaten Lahat. Ibukota kabupaten ini di Curup. Terletak 85 km dari kota Bengkulu. Mata pencarian penduduk adalah bertani, dagang, PNS dan lain-lain. Perkebunan rakyat adalah perkebunan kopi, karet. Sedangkan palawija banyak ditanam di lereng gunung Kaba. Sebagian lagi merupakan petani pembuat aren/gula merah.

Kabupaten Konservasi

Kabupaten Lebong merupakan salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Bengkulu. Kabupaten Lebong beribukota di Muaraaman. Kabupaten Lebong dibentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Rejang Lebong berdasarkan UU No.39 Tahun 2003, Kabupaten ini terletak di posisi 105º-108º Bujur Timur dan 02º,65’-03º,60’ Lintang Selatan di sepanjang Bukit Barisan serta terklasifikasi sebagai daerah Bukit Range pada ketinggian 500-1.000 dpl dan secara Adminsitratif terdiri dari 77 Desa dan Kelurahan dan 6 Kecamatan dengan Luas wilayah keseluruhan 192.424 Ha dari total luas ini seluas 134.834,55 Ha adalah Kawasan Konservasi dengan peruntukan untuk Kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat 111.035,00 Ha, Hutan Lindung 20.777,40 Ha dan Cagar Alam 3.022,15 Ha. Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No 736/Mentan/X/1982 kemudian dipekuat berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No 901/kpts-II/1999 sebagai kawasan konservasi dan di wilayah lain juga di kukuhkan sebagai kawasan Hutan Lindung Rimbo Pengadang Register 42 dan kawasan lindung Boven Lais yang awal pengukuhan kawasan ini ditetapkan sebagai hutan lindung oleh Pemerintahan Kolonial Belanda sekitar tahun 1927 yang dikenal sebagai hutan batas Boszwezen (BW).

Hutan Gundul di Rejang Lebong (RL)

41.313 Hektar HL Rejang Lebong (RL) Gundul
Rakyat Bengkulu 22 oktober 2003
Curup - Sejak sembilan bulan terakhir sebanyak 14 warga Rejang Lebong diduga
melakukan tindak pidana kehutanan berhasil digaruk oleh tim terpadu. Saat ini
para tersangka yang diduga menggarap HL atau TNKS itu sudah mendekam di LP
Curup. Ke - 14 warga itu masing-masing Usman, Takhiran, Yaumin, Adil Fitri, Mursalin, Burhan, Sahran, Indar, Wandi, Saip, Iskandar, Herlen Susanto, Roni,
Bahermansyah. Mereka digaruk saat menggarap HL dibeberapa lokasi HL dalam
Kecamatan Tebat Karai, Kepahyang dan Ujan Mas. Kadis Kehutanan dan Perkebunan RL
Chairil Burhan B.Sc melalui Kasubdin Keamanan dan Penyuluhan Ishak Efendi AM. SH
mengatakan saat ini ke- 14 warga itu perkaranya dalam proses penyelidikan untuk
diketahui " kata Ishak, Luas wilayah RL 410.980 Ha, 50 persen dari luas wilayah
itu merupakan hutan dengan fungsi lindung. "Saat ini sudah 1,96 persen habis
ditebang (illegal Logging, red) atau berkurang setiap tahun seluas 2.020 Ha,
"jelas Ishak Efendi, AM, SH didampingi PPNS kehutanan Herodin, SH kepada RB
kemarin". Papar Herodin luas Hutan Lindung RL tercatat 52.600 Ha, sementara
kawasan hutan wisata seluas 13.450 Ha. Hutan suaka alam seluas 3.022,5 Ha dan
cagar alam 11,7 Ha serta TNKS 137.063 Ha. " Saat ini fung si hutan lindung
seluas 206.190,43 Ha yang gundul alias dibabat masyarakat sudah 41.313 Ha,
artinya wilayah RL yang masih ada hutan hanya tersisa 164.862 Ha. Kita masih
kekurangan personil dan peralatan pendukung operasional. Idealnya untuk 25 - 100
Ha itu harus ada satu petugas kehutanan. Untuk menjaga 410.980 Ha hutan di RL
itu kita hanya mempunyai 40 personil. "makanya angka kerusakan hutan akibat
perambah itu terus meningkat", demikian kata Herodin, SH.

Pertamina Mulai Garap Cadangan Panas Bumi di Lebong

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mulai menggarap cadangan gas panas bumi di Desa Talang Sakti, Hulu Lais, Kecamatan Lebong Tengah, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu dengan besar cadangan sekitar 650 Mega Watt Energi (MWE).
Sementara cadangan di beberapa lokasi seperti di Desa Tambang Sawah, Kecamatan Lebong Utara dan di kawasan Bukit Daun, akan menjadi target berikutnya, kata Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Lebong Darsono ATP, Jumat.
Pihak Pertamina sangat serius dan saat ini sudah melakukan sosialisasi terhadap warga sekitar lokasi tambang gas alam itu, disamping sudah mempersiapkan sarana untuk bahan operasi tahap awal yakni mengadakan eksplorasi.
Pemkab Lebong sangat mendukung langkah badan usaha milik negara itu untuk menggarap potensi panas bumi yang sangat melimpah ruah di perut bumi Kabupaten Lebong.
Bupati Lebong Drs Dalhadi Umar belum lama ini mengakui di daerahnya ditemukan potensi panas bumi dan gas alam yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi listrik ratusan MW.
Gas alam berenergi tinggi ditemukan di enam lokasi di daerah itu, sebagian besar berada di pinggiran sungai Ketahun atau hanya sekitar 10 Km dari kota Muara Aman, ibukota Lebong.
Dari enam lokasi itu antara lain di sekitar Desa Sukaraja, ujung Sungai Ketahun dan di Air Kopras, selain itu juga terdapat di sekitar transmigrasi Ladang Palembang dan Lebong Sulit serta di Ulu Lais.
Manajer Mutu PT PGE Wilman Napitupulu mengatakan, untuk menggarap gas panas bumi di Desa Talang Sakti Ulu Lais itu, memerlukan waktu sekitar lima tahun dan menggunakan empat unit turbin dengan kapasitas masing-masing 55 MWE.
Mulai awal tahun 2008 ini pihaknya akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat guna melihat dampak negatif dan positif yang dapat dijadikan acuan lokasi pengeboran.
"Kami optimis program itu akan terwujud, karena berbagai elemen masyarakat dan pemerintah sangat mendukung," katanya.
Berdasarkan hasil survei Dinas ESDM Provinsi Bengkulu, cadangan gas alam di daerah itu ditaksir bisa menghasilkan sekitar 1.073 MWE yang terdapat di tiga lokasi, disamping cadangan gas alam berkapasitas besar.
Cadangan panas bumi sebesar itu terdapat di Tambang Sawah, Kecamatan Lebong Utara Kabupaten Lebong dengan jumlah sekitar 173 MWE, kandungan panas bumi di Padang Hulu Lais, Bengkulu Utara ada 650 MWE dan cadangan di Bukit Daun, Kabupaten Rejang Lebong sebanyak 250 MWE.
Potensi panas bumi itu merupakan hasil survei Pertamina sekitar tahun 90-an, sedangkan gas alam tersebut belum tercatat dalam peta geologi, karena baru ditemukan, katanya. (*/rsd)

Kabupaten Lebong

"BERANI lewat hutan kalau pulang malam dari Lebong ke Curup?" Intonasi bernada khawatir terngiang di telinga. Terbayang pula ekspresi cemas dan pandangan tidak percaya. Suasana jalan yang diceritakan salah seorang warga Kabupaten Lebong ternyata benar.
Dalam siraman cahaya lampu mobil, terkadang tampak seorang atau tiga orang berjalan perlahan-lahan di bagian tepi. Pejalan kaki itu tidak membekali diri dengan lentera. Pohon-pohon dan belukar terlihat jauh lebih besar dibandingkan sebelum sinar Matahari menghilang. Tumbuhan yang berada di kanan-kiri jalan itu adalah bagian dari hutan lindung seluas 20.123 hektar di Pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten Lebong berada di lereng pegunungan itu.
Jarak dari Lebong Atas, calon ibukota Kabupaten Lebong, ke Curup, ibukota Kabupaten Rejang Lebong, sekitar 60 kilometer. Meski beraspal mulus, kondisi jalan yang berkelok-kelok membuat waktu tempuh sekitar tiga jam. Jalan itu hanya satu-satunya penghubung Kabupaten Lebong dengan daerah lain. Kabupaten ini berposisi kuldesak.
Posisi kuldesak bila di perumahan-menurut feng shui atau ilmu tata letak-mendatangkan hoki atau keberuntungan. Karena hanya memiliki satu jalan masuk dan ke luar, ia bukan merupakan jalan umum. Jalan itu seakan menjadi milik penghuni rumah atau tamunya. Selain terhindar dari suara bising kendaraan yang lewat dan polusi dari asap knalpot, lokasi dengan posisi seperti itu menimbulkan rasa tenang, aman, dan nyaman.
Rasa serupa muncul bila menyusuri lima kecamatan yang berada di Kabupaten Lebong. Meski demikian, posisi itu juga mengakibatkan daerah ini seakan-akan "terisolasi". Satu-satunya daerah yang menjadi tetangga adalah Kabupaten Rejang Lebong yang berada di bagian selatan.
Sebelum akhir tahun 2003, Kabupaten Rejang Lebong merupakan kabupaten induk. Lebong adalah salah satu kecamatan yang masuk wilayah kabupaten itu. Pada 7 Januari 2004, Kecamatan Lebong resmi menjadi Kabupaten Lebong.
Sebagai daerah otonom, kabupaten baru ini telah membuat beberapa rencana pengembangan wilayah. Salah satunya adalah membuka jalan. Jalan alternatif yang hendak dibuat dimaksudkan untuk membuka isolasi transportasi. Dalam perencanaan, jalur baru itu berada di Lebong bagian utara.
Di bagian ini, Kabupaten Lebong berbatasan dengan Kabupaten Kerinci di Provinsi Jambi. Bila terealisasi, jalur itu akan menjadi feeder road atau jalan pengumpan bagi kendaraan trans Sumatera. Kendaraan yang melintasi jalan trans Sumatera akan memiliki alternatif lain ke Provinsi Bengkulu, yakni melalui Kabupaten Lebong.
Dengan keberadaan jalur baru, Kabupaten Lebong bisa memosisikan dirinya sebagai daerah transit di Provinsi Bengkulu dari jalur lintas timur, lintas tengah, serta lintas barat Sumatera. Meski demikian, pembuatan jalan itu terbilang tidak mudah. Pro dan kontra mungkin akan timbul karena jalan itu akan "menembus" Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Luas TNKS yang berada di Kecamatan Lebong Utara sekitar 75.000 ha.
Di luar pro dan kontra yang mungkin akan terjadi, bagi kabupaten sendiri, jalan itu akan mempermudah mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki. Lebong bertekad menjadi salah satu daerah penghasil beras dan ikan di Provinsi Bengkulu. Selain itu, kabupaten ini juga ingin mendirikan pabrik pengolah nilam. Rencana lain yang hendak diwujudkan adalah mengembalikan kejayaan Lebong sebagai daerah penghasil emas, seperti yang pernah dicapainya saat penjajahan Belanda sampai era Orde Lama.
Sayangnya kabupaten ini tidak memiliki catatan berapa banyak kandungan emas yang sekarang dimiliki. Meskipun begitu, dengan cara tradisional, masyarakat berusaha mendapatkan emas. Setidaknya ada sekitar 1.100 orang penambang mengadu nasib di lokasi tambang emas. Satu tambang emas di Kecamatan Lebong Selatan dan empat di Kecamatan Lebong Atas. Emas yang mereka peroleh dijual ke Curup atau ke Kota Bengkulu dengan harga jual Rp 98.000 per gram.
Selain emas, tanah kabupaten ini mengandung berbagai macam bahan galian golongan C. Hasil galian yang masuk dalam golongan ini, seperti marmer, batu kapur, pasir kuarsa dan kaolin, juga sering disebut sebagai bahan galian industri. Penambangan bahan galian C tidak memerlukan teknologi canggih dan umumnya dilakukan secara tradisional sebagai tambang rakyat. Meskipun begitu, potensi ini belum termanfaatkan secara optimal.
Kendala yang dihadapi terutama berasal dari ketiadaan modal. Pertambangan termasuk kegiatan padat modal. Selain digunakan untuk pembebasan tanah pada lokasi penambangan, juga untuk biaya eksploitasi. Terkadang nilai eksploitasi yang dikeluarkan tidak sebanding dengan kapasitas cadangan. Selain itu, berdasarkan inventarisasi dan pemetaan galian C yang dilakukan pada tahun 2002, beberapa deposit bahan galian yang terdapat di kabupaten ini berada di kawasan hutan lindung.
Sampai saat ini perekonomian kabupaten bersandar pada pertanian. Produk pertanian yang menjadi unggulan berasal dari tanaman pangan, perikanan, dan perkebunan. Komoditas andalan dari tanaman pangan adalah padi. Sekitar 20.000 tenaga kerja menghabiskan sebagian besar waktu mereka di lahan persawahan. Dari luas panen sedikitnya 8.000 hektar, diperoleh 33.000 ton gabah kering giling. Selain untuk konsumsi lokal, padi juga dipasarkan ke Curup dan Kota Bengkulu.
Sebagai produk unggulan, pertanian memberi kontribusi bagi pendapatan asli daerah (PAD) melalui retribusi. Setiap tahun dari tanaman bahan pangan, terutama beras, diperoleh Rp 60 juta. Sementara perikanan memberi sumbangannya bagi PAD sebesar Rp 25 juta.
Demi peningkatan pendapatan masyarakat dan kas kabupaten, Pemerintah Kabupaten Lebong membuat berbagai program kerja. Untuk tanaman bahan pangan, terutama beras, dilakukan penanaman padi dua kali setahun di seluruh wilayah persawahan. Lebong yang menghadapi hama tikus membuat gerakan pembasmian hama secara serentak dan gotong royong. Mereka yang dapat menangkap hewan pengerat itu mendapat insentif Rp 500 per ekor.
Untuk meningkatkan produksi ikan mas, primadona dari perikanan, Pemkab Lebong mengadakan balai benih ikan yang berfungsi sebagai penyedia bibit ikan. Usaha lainnya adalah memelihara jalan untuk memperlancar pengangkutan hasil ikan ke pasar. Di pasar, harga jual ikan mas Rp 10.000 per kilogram.
Dari perkebunan, yang menjadi primadona adalah nilam. Sekitar 4.000 pekerja menggarap lahan nilam seluas 575 hektar. Dari luas seluruhnya, terdapat tanaman menghasilkan seluas 171 hektar yang memproduksi 16,84 ton nilam. Dengan menggunakan kayu bakar, nilam mengalami proses penyulingan menjadi minyak nilam. Minyak ini kemudian dipasarkan ke Kota Medan di Sumatera Utara dengan harga Rp 225.000 per liter.
Perkebunan, terutama kopi dan nilam, memberi kontribusi terhadap PAD lewat retribusi sebesar Rp 10 juta. Pemkab Lebong tengah mencari cara baru untuk proses penyulingan minyak nilam. Selama ini masyarakat menyuling secara tradisional dengan bahan bakar kayu. Jika cara ini terus dibiarkan, dikhawatirkan masyarakat akan mengambil kayu dari hutan atau melakukan penebangan liar. (BE JULIANERY/Litbang Kompas)

Lebongsimpang

Lebongsimpang
original name: Lebongsimpang
geographical location: Rejang Lebong, Bengkulu, Indonesia, Asia
geographical coordinates: 3° 20' 0" South, 102° 18' 0" East
detailed map of Lebongsimpang and near places
Welcome to the Lebongsimpang google satellite map! This place is situated in Rejang Lebong, Bengkulu, Indonesia, its geographical coordinates are 3° 20' 0" South, 102° 18' 0" East and its original name (with diacritics) is Lebongsimpang. See Lebongsimpang photos and images from satellite below, explore the aerial photographs of Lebongsimpang in Indonesia.

Lebongsimpang hotels: low rates, no booking fees, no cancellation fees. Maplandia.com in partnership with Booking.com offers highly competitive rates for all types of hotels in Lebongsimpang, from affordable family hotels to the most luxurious ones. Booking.com, being established in 1996, is longtime Europe’s leader in online hotel reservations.
At Maplandia.com you won't be charged any booking fees, cancellation fees, or administration fees – the reservation service is free of charge. The reservation system is secure and your personal information and credit card is encrypted.
Hotels nearest to the centre of Lebongsimpang

If you would like to recommend this Lebongsimpang map page to a friend, or if you just want to send yourself a reminder, here is the easy way to do it. Simply fill in the e-mail address and name of the person you wish to tell about Maplandia.com, your name and e-mail address (so they can reply to you with gracious thanks), and click the recommend button. The URL of this site will be included automatically. You may also enter an

Alat-Alat Bertani Orang Rejang

Oleh Naim Emel Prahana
Foto Taneak Jang Land

1. Rimbe (asli Rejang)
2. Pakua (cangkul)
3. Arit
4. Golok
5. Gesek Lai
6. Gesek titik
7. Piseu (pisau)
8. Kapok (kampak)
9. Linggis

Alat Mencari Ikan
1. Kewea (pancing)
Kewea terbuat dari mata pancing, senar (tali), tiang kecea (dari bamboo khusus).
2. Kacea
Kacea sama dengan pancing, perbedaannya terletak pada penggunaan dan pada mata pancingnya. Mata pancing kaeca lebih besar dan di atasnya diikat timah lempeng—gunanya untuk memancing ikan-ikan besar mengejar lempengan timah tersebut. Cara menggunakannya dengan cara dilempar dan diayun-ayunkan di atas permukaan air.
3. Tajua
Tajua itu berupa pancing khusus untuk ikan-ikan besar seperti ikan gabus, limbek (lele; limbat), ikan Slan dan Belut besar (seperti di Danau tes). Tajua biasanya dipasang di waktu sore menjelang magrib dan akan ditarik (diambil) pada pagi hari.
Tajua itu unik, tali senarnya hanya sekitar 1 meter dan di atasnya diberi potongan bamboo kecil atau kayu seukuran jari telenjuk yang tujuan, agar ketika ditarik oleh ikan, tidak hilang tenggelam. Biasanya digunakan potongan-potongan pohon Peak (bambu air yang banyak tumbuh di daerah Danau Tes.
4. Jalai (jala)
Sama dengan jala pada umumnya.
5. Ja’ing (jarring)
Sama dengan jarring pada umumnya
6. Cakik
Cakik adalah bokoa kecil yang sengaja dibuat dengan lubang-lubangnya
7. Bau (Bumbu)
Bau itu terbuat dari anyaman khusus dari bahan bambu, berbentuk loncong. Di bagian mulut Bau memang agak kecil dan didalamnya dibuat perangkap ikan. Jika ikan sudah masuk, maka sulit untuk ke luar lagi. Biasanya Bau itu dipasang di air deras atau antara air yang tenang dengan aliran air deras.
Bau itu efektif sekali untuk menangkap ikan Slan (belut besar), ikan putih, ikan paleu dan lainnya, termasuk ikan sebdok dan limbek.
8. Tabem
Tabem itu sejenis Bau, tapi ukurannya kecil seperti silinder dan pintu masuk ikan ke dalamnya sama dengan mulut Bau. Terbuat dari lidi bambu dan rotan.
9. Tubo (tuba)
Tubo adalah alat peracun ikan yang dibuat dari akar khusus yang beracun. Biasanya ketika ditebarkan ke air—sebelumnya dicampur dengan abu atau tanah atau dedak. Tubo itu tidak membuat ikan mati, akan tetapi menjadikan ikan itu mabuk. Saat mabuk itulah ikan-ikan itu ditangkap.
10. Serapang
Terbuat dari besi dengan tiga mata (seperti trisula) dan dimasukkan ke dalam ujung bambu khusus yang panjangnya sekitar 1,5—2 meter. Tergantung selera yang punya. Serapang itu digunakan pada malam hari yang disebut dengan ‘menyuluak’. Mereka yang mencari ikan dengan menggunakan serapang itu biasanya naik perahu, kemudian menggunakan lampu petromak menyisir pinggir sungai atau Danau Tes.
Serapang dapat dipergunakan untuk mencari ikan, ketika air sungai atau danau sedangkan keadaan bersih dan jernih. Sehingga dari permukaan air, dengan mudah dapat melihat ikan di dasar sungai atau pinggiran danau.


Sambang
Sambang adalah tempat minum yang biasanya digunakan oleh orang Rejang di kebun, sawah sebagai pengganti gelas atau cangkir tempat minum. Sambang itu terbuat dari potongan bambu yang ada ruasnya. Kemudian, kulit luar bambunya dikupas dan dihaluskan dengan pisau. Ukuran sambang sama dengan ukuran gelas atau cangkir, begitu juga tingginya. Ditulis oleh Naim Emel Prahana

Alat Petani Masyarakat Rejang

Oleh Naim Emel Prahana
Foto Taneak Jang Land

Pane
Pane merupakan alat angkut tradisional orang Rejang yang dibawa dengan menggendong atau dipikul dengan alat bantu berupa tali dengan ukuran panjang antara 1,5—2 meter. Alat angkut tradisional orang Rejang itu bersifat multifungsi. Pane itu terbuat dari anyaman kulit bamboo yang sudah tua yang dibuat dengan bentuk: bagian bawahnya empat persegi dan dibagian atasnya berbentuk bundar. Bagian bawah tertutup rapat dengan anyaman yang khas dan bagian atas terbuka—tempat memasukkan barang-barang yang akan diangkut.
Di bagian atap Pane pada pinggiran anyamannya kemudian diikat, dijalin rapat dengan rotan belahan dengan cara pengikatan yang sangat artistic dan berkualitas. Sekitar ¼ ukuran pane di bagian atas lebih kurang 7—10 cm disisipkan rotan belahan atau rotan bulat untuk / tempat tali dipasang. Tali pane itu terbuat dari kulit kayu khusus yang disebut tali pukut—yang dalam pengikatannya agar bias digendong dan disangkutkan ke atas kepala. Tali tersebut diikat sampai bagian bawah pane secara silang. Maksudnya untuk supaya kuat bila dimasukkan barang-barang yang akan diangkut.
Pane sangat multifungsi, gunanya bias mengangkut pakaian, padi dan beras, kayu baker, biji kopi mentah, sayuran dan lainnya.
Bahan-bahan Membuat Pane:
1. kuliat bambu (berusia tua) yang tahan dan biasanya sudah melalui proses pengawetan alami; direndam atau disimpan dengan rentang waktu yang ditentukan atau tidak.
2. rotan (yang sudah tua)
3. kulit kayu pukut (berusia tua).

Ukuran
Ukuran panen tergantung selera. Kalau pane itu berukuran kecil, tanpa menggunakan tali dan ikatan rotan di bagian atasnya disebut dengan bokoa serta bokoa itu pun beraneka ragam ukurannya.
Tingginya ukuran pane sudah ditentukan dengan mempertimbangkan keseimbangan ketika digendong. Kalau pane ukuran besar bias mencapai 1 meter lebih sedikit.

Citong
Citong itu adalah alat dapur masyarakat rejang, terbuat dari bahan kayu yang berkualitas bagus. Gunakanya bias dibuat sendok besar untuk nasi, bias dijadikan untuk pengolah gorengan dengan ukuran tertentu. Bias juga dimanfaatkan (sesuai ukurannya) untuk keperluan lain di dapur.
Cara membuat citong sangat artistic. Bagian pegangannya dibuat sedemikian rupa sehingga bias dipegang oleh tangan (pas untuk dipegang)

Cakik
Cakik adalah sejenis bokoa yang mirip dengan gentong (untuk jenis keramik). Uniknya cakik itu terbuat dari anyaman kulit bamboo atau rotan belahan dengan anyaman yang diselang-selingi dengan jarak tertentu. Untuk membuat lubang-lubang. Biasanya cakik digunakan untuk tempat sayuran, sebelum sayur dimasak, maka dicuci dulu di dalam cakik.
Cakik, juga dimanfaatkan untuk mencari ikan di kali-kali atau danau-danau kecil ataupun di petak sawah yang ada ikannya.

Tudung Bkuwang
Tudung Bkuwang merupakan topi (tudung) berukuran lebar terbuat dari anyaman daun bkuwang yang tumbuh di hutan-hutan bukit barisan di daerah Lebong. Tudung Bkuwang dibuat berbentuk lingkatan dengan bagian atas—bagian yang biasanya diletakkan di atas kepala berbentuk kerucut.
Cara menggunakannya, di bagian dalam tudung bkuwang diberi tali yang gunakan untuk supaya ketika dipakai tidak terbang atau jatuh. Talinya dapat dibuat dari apa saja dan ketika dipakai, tali tersebut melilit hingga dagu.
Semua alat-alat masyarakat Rejang tersebut dibuat dengan tangan-tangan trampil yang memiliki nilai seni tinggi. Baik dalam pembentukannya, penganyamannya, dan ada yang memberikan warna.

Teleng
Teleng adalah alat untuk menampi beras atau padi—agar menjadi bersih. Teleng terbuat dari anyaman kulit bamboo atau rotan belahan yang seluruh pinggir bagian atasnya diikat dengan rotan agar menjadi kuat. Teleng berbentuk panjang separuh krucut. Dari ujung bagian belakang (krucut) ke bagian depan bentuknya melebar dan terbuka di bagian atasnya.
Cara menggunakannya adalah dipegang bagian sisi kiri dan kanan dengan tangan, kemudian diayun-ayun dengan system naik turun. Padi atas beras yang ditampi (dibersihkan), biasa naik turun dan ketika turun membuat angin yang akan menghembuskan (mengeluarkan) kotoran dedak pada beras atau padi hampa pada padi.

Keterangan
Semua alat-alat rumah tangga orang Rejang di atas, bila dimiliki oleh sebuah keluarga merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Karena, tidak semua orang Rejang bias membuat pane, tudung bkuwang, cakik, bokoa atau teleng dan lainnya. Bagi yang tidak bias membuat, umumnya membeli dengan harga cukup terjangkau, tergantung bagus tidaknya kualitas alat-alat tersebut.

Sabtu, 29 November 2008

Puluhan Kosmetik Berbahaya Masih Beredar

Puluhan Kosmetik Berbahaya Masih Beredar
Jakarta—Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kembali mengumumkan 27 jenis produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dan zat warna di Jakarta, baru-baru ini. Selama Januari silam, BPOM telah menguji produk berbahaya itu.
Data Badan POM menunjukkan, kosmetik tersebut terdiri dari 11 produk impor asal Cina dan Jepang, delapan produk lokal, serta delapan produk yang tidak jelas asal produksinya. Sejumlah produk itu mengandung bahan merkuri, asam retinoat dan zat pewarna rhodamine. Krim pemutih merek Doctor Kayama, Meei Yung putih dan kuning, dua di antaranya. Krim tersebut terdiri atas krim siang dan malam.
Lebih lanjut BPOM menjelaskan, produk kosmetik berbahaya tersebut bisa menimbulkan kerusakan permanen pada susunan saraf otak manusia. Bahkan dapat menimbulkan gangguan ginjal, hati dan perkembangan janin.
Berikut daftar beberapa produk yang masih banyak beredar di pasaran: MRC Puteri Salju Cream, MRC PS Crystal Cream, Blossom Day Cream, Blossom Night Cream, Cream malam Lily Cosmetics, Day Cream Vitamin E Herbal, Locos Antifleck Vitamin E dan Herbal, Meei Yung putih dan kuning. Produk tersebut dijual dengan harga mulai puluhan ribu hingga jutaan rupiah

Puluhan Kilogram Kosmetik Oplosan Disita

Denpasar—Balai Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Bali menyita puluhan kilogram kosmetik oplosan yang mengandung bahan kimia berbahaya merkuri. Barang-barang tersebut disita dari sebuah industri rumahan di Jalan Watu Renggong, Denpasar, Bali, Kamis (27/11). Diduga bisnis kosmetik oplosan berbahaya ini sudah berjalan sekitar satu tahun. Itu karena produknya sudal lama dijual di kota hingga desa.
Kemarin Badan POM mengumukan 27 kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, seperti merkuri, rhodamin juga zat pewarna. Produk-produk ini menjanjikan para penggunanya bisa secantik model yang dipakai dalam iklannya. Selain dijual langsung pemasaran kosmetik itu ada yang melalui sistem multi level marketing. Menurut Kepala Badan POM, Husniah R Thamrin, produk-produk ini sangat berbahaya terutama bagi wanita hamil.