Provinsi
|
Bengkulu
|
Hari jadi
|
7 Januari 2004
|
Dasar Hukum
|
Undang-undang
No. 39 Tahun 2003
|
Ibukota
|
Muara Aman
|
Luas
|
2.427,31 km2
|
Populasi Penduduk
-
Total
-
Kepadatan
|
97.091 jiwa
40 jiwa/km2
|
Pembagian
administrative
- Kecamatan
- Kelurahan
- Desa
|
13 kecamatan
11 kelurahan
100 desa
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kabupaten ini terletak di posisi 105º-108º Bujur Timur dan
02º,65’-03º,60’ Lintang Selatan di sepanjang Bukit Barisan serta terklasifikasi
sebagai daerah Bukit Range pada ketinggian 500-1.000 dpl. Secara Administratif
kabupaten Lebong terdiri atas 13 Kecamatan dengan 11 kelurahan dan 100 desa.
Luas wilayah keseluruhan 192.424 Ha (belum termasuk luas kecamatan Padang Bano
yang masih bersengketa dengan Kabupaten Bengkulu Utara). Dari total tersebut
134.834,55 Ha adalah Kawasan Konservasi dengan peruntukan untuk Kawasan Taman
Nasional Kerinci Sebelat 111.035,00 Ha, Hutan Lindung 20.777,40 Ha dan Cagar
Alam 3.022,15 Ha.
Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) yang ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No 736/Mentan/X/1982 kemudian
dipekuat berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No 901/kpts-II/1999
sebagai kawasan konservasi dan di wilayah lain juga di kukuhkan sebagai kawasan
Hutan Lindung Rimbo Pengadang Register 42 dan kawasan lindung Boven Lais yang
awal pengukuhan kawasan ini ditetapkan sebagai hutan lindung oleh Pemerintahan
Kolonial Belanda sekitar tahun 1927 yang dikenal sebagai hutan batas Boszwezen
(BW). [2]
Batas wilayah
Batas wilayah kabupaten Lebong adalah sebagai berikut:
Latar belakang
Pada tahun 2003 berdasarkan UU RI Nomor 39 Tahun 2003 yang
ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2003 dibentuklah Kabupaten Lebong yang
terdiri atas 5 Kecamatan yakni: Lebong Utara, Lebong Tengah, Lebong Selatan,
Rimbo Pengadang dan Lebong Atas.
Letak geografis
Kabupaten Lebong terletak pada 1010 sampai dengan 1020
bujur timur dan 02065’ sampai dengan 0306’ lintang selatan. Adapun wilayah
Kabupaten Lebong berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi disebelah utara,
Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan disebelah timur, Kabupaten Bengkulu Utara
disebelah barat dan Kabupaten Rejang Lebong disebelah selatan. [3]
Sejarah
Kabupaten Lebong secara historis memiliki sejarah yang
cukup panjang dalam catatan sejarah di Indonesia, catatan sejarah tersebut
merupakan saksi bahwa Kabupaten Lebong memiliki nilai historis yang cukup
tinggi, Suku Rejang merupakan satu komunitas masyarakat di Kabupaten Lebong
yang memiliki tata cara dan adat istiadat yang dipegang teguh sampai sekarang
Selain memegang teguh adat, budaya Suku Rejang ini
memiliki satu budaya yang unik dari kebiasaan dan tata cara hidup mereka
sehari-hari, dari beberapa catatan sejarah yang membuktikan keunikan Suku
Rejang adalah sebagai berikut :
John Marsden, Residen Inggris di Lais (1775-1779),
memberikan keterangan tentang adanya empat Petulai Rejang, yaitu Joorcalang
(Jurukalang), Beremanni (Bermani), Selopo (selupu) dan Toobye (Tubay). J.L.M
Swaab, Kontrolir Belanda di Lais (1910-1915) mengatakan bahwa jika Lebong di
angap sebagai tempat asal usul bangsa Rejang, maka Merigi harus berasal dari
Lebong. Karena orang-orang merigi memang berasal dari wilayah Lebong, karena orang-orang
Merigi di wilayah Rejang (Marga Merigi di Rejang) sebagai penghuni berasal dari
Lebong, juga adanya larangan menari antara Bujang dan Gadis di waktu Kejai
karena mereka berasal dari satu keturunan yaitu Petulai Tubei.
Dr. J.W Van Royen dalam laporannya mengenai Adat-Federatie
in de Residentie's Bengkoelen en Palembang pada pasal bengsa Rejang
mengatakan bahwa sebagai kesatuan Rejang yang paling murni dengan marga-marga
yang didiami hanya oleh orang-orang dari satu Bang dan harus diakui yaitu Rejang
Lebong.
Pada mulanya suku bangsa Rejang dalam kelompok-kelompok
kecil hidup mengembara di daerah Lebong yang luas, mereka hidup dari
hasil-hasil hutan dan sungai. Pada masa ini suku bangsa Rejang hidup nomaden
(berpindah-pindah) dalam tatanan sejarah juga pada masa ini disebut dengan meduro
kelam (jahiliyah),
dimana masyarakatnya sangat mengantungkan hidupnya dengan sumber daya alam dan
lingkungan yang tersedia.
Barulah pada zaman Ajai mereka mulai hidup menetap
terutama di lembah-lembah sepanjang sungai Ketahun, pada zaman
ini suku bangsa Rejang sudah mengenai budidaya pertanian sederhadan serta
pranata sosial dalam mengatur proses ruang pemerintahan adat bagi warga
komunitasnya. Menurut riwayat yang tidak tertulis suku bangsa Rejang bersal
dari Empat Petulai dan tiap-tiap Petulai di Pimpin oleh seorang Ajai. Ajai ini
berasal dari Kata Majai yang mempunyai arti pemimpin suatu kumpulan masyarakat.
Dalam zaman Ajai ini daerah Lebong yang sekarang masih
bernama Renah Sekalawi atau Pinang Belapis atau sering juga di sebut sebagai
Kutai Belek Tebo. Pada masa Ajai masyarakat yang bekumpul sudah mulai menetap
dan merupakan suatu masyarakat yang komunal di dalam sisi sosial dan
kehidupannya sistem Pemerinatahan komunial ini di sebut dengan Kutai. Keadaan
ini ditunjukkan dengan adanya kesepakatan antara masyarakat tersebut terhadap
hak kepemilikan secara komunal. Semua ketentuan dan praktek terhadap hak dan
kepemilikan segala sesuatu.
Dari referensi yang berhasil dihimpun maka ajai merupakan
kelompok masyarakat yang terdiri bari
beberapa kategori ajai, kategori ajai tersebut merupakan satu komunitas yang
hidup di beberapa lokasi atau tempat sebagai berikut:
Ajai Bintang memimpin sekumpulan manusia yang menetap di
Pelabai suatu tempat yang berada di Marga Suku IX Lebong
Ajai Begelan Mato memimpin sekumpulan manusia yang menetap
di Kutai Belek Tebo suatu tempat yang berada di Marga Suku VIII, Lebong
Ajai Siang memimpin sekumpulan manusia yang menetap di
Siang Lekat suatu tempat yang berada di Jurukalang yang sekarang.
Ajai Malang memimpin sekumpulan manusia yang menetap di
Bandar Agung/Atas Tebing yang termasuk kedalam wilayah Marga Suku IX sekarang.
Pada masa pimpinan Ajai inilah datang ke Renah Sekalawi
empat orang Biku/Biksu masyarakat adat Rejang menyebutnya Bikau yaitu Bikau
Sepanjang Jiwo, Bikau Bembo, Bikau Pejenggo dan Bikau Bermano. Dari beberapa
pendapat menyatakan bahwa para Bikau ini berasal dari Kerajaan Majapahit namun
beberapa tokoh yang ada di Lebong berpendapat tidak semua Bikau ini bersal dari
Majapahit.
Dari perjalan proses Bikau ini merupakan utusan dari
golongan paderi Budha untuk mengembangkan pengaruh kebesaran Kerajaan
Majapahit, dengan cara yang lebih elegan dan dengan jalan yang lebih arif serta
mementingkan kepedulian sosial dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya
lokal. Tercatat nama raja-raja yang pernah berjaya ditanah renah sekalawi pada
saat itu antara lain Rajo Mudo gelar Rajo Megat Sutan Saktai Rajo Jonggor Raja
Jang Tiang Pat Petuloi ke I, Raja Sutan Sarduni gelar Rio Mawang raja Tiang Pat
Petuloi ke II, Raja Ki Karang Nio gelar Sultan Abdullah Hepnulillah Raja Jang
Tiang Pat ke III, Raja Ki Pandan gelar Rajo Girang raja Tiang Pat ke IV (suku
IX), Raja Setio Merah Depati raja suku VIII.
Kota tua
Sebutan kabupaten Lebong sebagai kota tua merupakan satu
catatan sejarah berdirinya kota Lebong, dilihat dari struktur dan kondisi kota
yang ada di Kabupaten Lebong saat ini terlihat jelas bahwa kabupaten Lebong
merupakan kota tua, seperti adanya peninggalan penambangan emas dari zaman
penjajahan Belanda, dan dari bentuk arsitektural bangunan di Kabupaten Lebong,
selain itu pola tata ruang kota Lebong menunjukan kota tersebut hasil karya
peninggalan konsep tata ruang bangsa Belanda.
Sejarah mengapa kabupaten Lebong merupakan kota tua,
karena di Kabupaten Lebong ini terdapat sumber daya alam berupa tambang emas,
dan tambang emas tersebut menjadikan ketertarikan pemerintah Hindia Belanda
untuk mendirikan kota di Lebong tepatnya di daerah Muaraaman.
Beberapa peninggalan tambang emas tua di Kabupaten Lebong
sampai saat ini masih difungsikan dan di ekplorasi baik secara semi modern atau
secara tradisional, namun sayang bangunan-bangunan sejarah seperti di desa
Tambang Sawah tinggal puing saja yang merupakan saksi bisu bahwa Lebong
merupakan kota tua. [4]
Kejayaan Kabupaten Lebong sebagai daerah yang memiliki
potensi alam dan sumber daya mineral sudah dikenal sejak zaman dahulu, semenjak
kolonial Belanda ada di Indonesia, bukti-bukti kejayaan tersebut sampai
sekarang masih terlihat dari sisa - sisa peninggalan tambang emas tua di
Kabupaten Lebong. Beberapa sisa-sisa peninggalan tambang emas tersebut sampai
sekarang masih di manfaatkan oleh masyarakat, dan diexplorasi oleh pihak swasta
dengan izin dari Pemerintah Kabupaten Lebong, seperti yang terdapat di tambang
emas Lubang Kacamata. [5]
Demografi
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah
penduduk Kabupaten Lebong (angka sementara) setelah dikurangi jumlah penduduk
daerah sengketa antara Desa Padang Bano dengan Desa Renah Jaya (Kabupaten
Bengkulu Utara) adalah 97.091 orang, yang terdiri atas 49.693 laki-laki dan
47.398 perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut Kecamatan Lebong Utara, Lebong
Selatan dan Lebong Tengah merupakan tiga kecamatan dengan jumlah terbanyak
yaitu masing-masing berjumlah 15.296 orang, 13.406 orang dan 10.084 orang.
Kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Lebong Atas dengan
jumlah penduduk 4.402 orang. Perbandingan laki-laki dan perempuan atau sex
ratio di Kabupaten Lebong adalah sebesar 104,84%. Dari 13 kecamatan yang ada di
Kabupaten Lebong hanya Kecamatan Uram Jaya yang sex ratio-nya kurang dari 100%
yaitu sebesar 99,96%. Kecamatan dengan sex ratio tertinggi adalah Kecamatan
Padang Bano yakni sebesar 133,97%.Dari hasil SP2010 diketahui laju pertumbuhan
penduduk adalah sebesar 2,00% pertahun. Kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk
tertinggi adalah Kecamatan Uram Jaya yakni 6,73% dan yang terendah adalah
Kecamatan Pinang Belapis sebesar 0,67%. Dengan luas wilayah 2.427,31 yang
didiami 97.091 orang sebesar 40 jiwa/km . kecamatan yang paling tinggi tingkat
kepadatannya adalah Kecamatan Lebong Utara sebesar 279 jiwa/km sedangkan yang
paling rendah adalah Kecamatan Padang Bano yakni 4 jiwa/km. [6]
Pertumbuhan penduduk
Jumlah penduduk hasil SP2010 di Kabupaten Lebong sebanyak
97.091 jiwa. Dengan jumlah penduduk hasil SP2000 sebesar 79.627 jiwa, maka laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Lebong per tahun selama sepuluh tahun terakhir
yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 2,00%.Jika dilihat laju pertumbuhan penduduk
perkecamatan yang tertinggi adalah Kecamatan Uram Jaya sebesar 6,73% sedangkan
yang terendah adalah Kecamatan Pinang belapis yaitu sebesar 0,67%. Sedang untuk
Kecamatan Padang Bano tidak bisa dilihat laju pertumbuhannya karena Kecamatan
Padang Bano merupakan daerah pemukiman baru, sehingga data jumlah penduduk pada
tahun 2000 tidak ada.Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Uram Jaya
dikarenakan Kecamatan Uram Jaya dekat dengan pusat kota, selain itu wilayah
yang tadinya rawa-rawa masih terus berkembang dan masih memungkinkan
mengakomodir kebutuhan perumahan penduduk di sekitarnya. Laju pertumbuhan
penduduk di Kecamatan Uram Jaya sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan rumah
tangga dan pertumbuhan bangunan tempat tinggal.Sedangkan laju pertumbuhan
penduduk yang rendah di Kecamatan Pinang Belapis sebesar 0,67% dikarenakan
kondisi wilayah Kecamatan Pinang Belapis yang tergolong sulit, selain itu
kecamatan ini jauh dari pusat kota. [7]
Taman Nasional di Kabupaten Lebong
Keberadaan Taman Nasional yang ada di kabupaten lebong
adalah Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) yang ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 736/Mentan/X/1982 kemudian diperkuat
berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No 901/kpts-II/1999 sebagai
kawasan konservasi dan di wilayah lain juga di kukuhkan sebagai kawasan Hutan
Lindung Rimbo Pengadang Register 42 dan kawasan lindung Boven Lais yang awal
pengukuhan kawasan ini ditetapkan sebagai hutan lindung oleh Pemerintahan
Kolonial Belanda sekitar tahun 1927 yang dikenal sebagai hutan batas Boszwezen
(BW).
Dari data yang ada total luas Taman Nasional Kerinci
Seblat secara keseluruhan yang meliputi 4 (empat provinsi) hasil tata batas
ditetapkan seluas 1.368.000 Ha dengan perincian:
seluas 353.780 Ha (25,86%) terletak di Provinsi Sumatera
Barat;
seluas 422.190 Ha (30,86%) terletak di Provinsi Jambi;
seluas 310.910 Ha (22,73%) terletak di Provinsi Bengkulu;
dan
seluas 281.120 Ha (20,55%) terletak di Provinsi Sumatera
Selatan.
Wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat tersebar di 9
Kabupaten, 43 Kecamatan dan 134 Desa. Untuk kabupaten Lebong yang luasnya
192.924 hektare, hampir 70 % wilayah ini masuk pada kawasan Taman Nasional
Kerinci Seblat dengan luas 117.000 hektare
Dalam sejarah pembentukannya, taman nasional ini merupakan
penyatuan dari kawasan-kawasan Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka
Margasatwa Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu embun dan Gedang Seblat, hutan lindung
dan hutan produksi terbatas di sekitarnya yang berfungsi hidro orologis yang
sangat vital bagi wilayah sekitarnya.
Temperatur Udara di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat
rata-rat berkisar 07° – 28° C dengag curah hujan Rata-rata 3.000 mm/tahun pada
ketinggian Tempat 500 – 3.805 m dpl. Kelompok hutan tersebut merupakan Daerah
Aliran Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Batanghari, DAS Musi dan DAS wilayah
pesisir bagian barat, DAS tersebut sangat vital peranannya terutama untuk
memenuhi kebutuhan air bagi hidup dan kehidupan jutaan orang yang tinggal di
daerah tersebut.
Mengingat pentingnya peranan kelompok hutan tersebut, maka
pada tanggal 4 Oktober 1982, bertepatan dengan Kongres Taman Nasional Sedunia
di Bali, gabungan kawasan tersebut diumumkan sebagai Taman Nasional Kerinci
Seblat. Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan
hujan dataran rendah sam pai ekosistem sub alpin serta beberapa ekosistem yang
khas (rawa gambut, rawa air tawar dan danau)
Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki 4000 jenis
tumbuhan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, dengan flora yang langka
dan endemik yaitu pinus kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci), kayu pacat
(Harpulia alborera), bunga Rafflesia (Rafflesia arnoldi) dan bunga bangkai (Amorphophallus
titanium dan A. decussilvae).
Flora dan fauna
Taman Nasional Kerinci Seblat umumnya masih memiliki hutan
primer dengan tipe vegetasi utama didominir oleh formasi:
Vegetasi dataran rendah (200 – 600 m dpl)
Vegetasi pegunungan/bukit (600 – 1.500 m dpl)
Vegetasi montana
(1.500 – 2.500 m dpl)
Vegetasi belukar gleichenia/paku-pakuan (2.500 – 2.800 m
dpl)
Vegetasi sub alpine (2.300 – 3.200 m dpl)
Tidak kurang dari 4.000 jenis flora (63 famili) terdapat
di kawasan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, Leguminosae,
Lauraceae, Myrtaceae, Bommacaceae, Moraceae, Anacardiaceae, Myristicaceae,
Euphorbiaceae dan Meliaceae. Sedangkan pada ketinggian 500 m – 2000 m dpl.
didominasi oleh famili Fagaceae, Erycaceae dan semak-semak sub alpin dari jenis
Vaccinium dan Rhododendron
Beberapa jenis vegetasi yang khas di Taman Nasional
Kerinci Seblat antara lain : Histiopteris insica (tumbuhan berpembuluh
tertinggi) berada di dinding kawah Gunung Kerinci, berbagai jenis Nepenthes sp,
Pinus mercusii strain Kerinci, Kayu pacat (Harpullia arborea), Bunga Raflesia
(Rafflesia arnoldi), Agathis sp.
Hasil penelitian Biological Science Club (BScC) pada tahun
1993 di daerah buffer zone ditemukan 115 jenis vegetasi ethnobotanical yang
banyak digunakan masyarakat setempat untuk berbagai keperluan seperti untuk
obat-obatan, kosmetik, makanan, anti nyamuk dan keperluan rumah tangga.
Fauna yang tedapat dalam Taman Nasional Kerinci Seblat
tercatat 42 jenis mammalia (19 famili), di antaranya : badak
sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), gajah
sumatera (Elephas maximus sumatrensis), macan dahan (Neopholis nebulosa), harimau
sumatera (Panthera tigris sumatrensis), kucing
emas (Felis termminnckii), tapir (Tapirus indica), kambing hutan
(Capricornis sumatrensis); 10 jenis reptil; 6 jenis amfibi, antara lain: katak
bertanduk (Mesophyrs nasuta), 6 jenis primata yaitu: siamang (Sympalagus
syndactylus) Ungko (Hylobates agilis), wau-wau hitam (Hylobates lar), simpai
(Presbytis melalobates), beruk (Macaca nemestrina), dan kera ekor panjang
(Macaca fascicularis).
Di samping itu sudah tercatat 306 jenis burung (49
famili), diantaranya 8 jenis burung endemik seperti : Tiung Sumatera
(Cochoa becari), Puyuh Gonggong (Arborophila rubirostris), Celepuk (Otus
stresemanni), Burung Abang Pipi (Laphora inornata).
Program konservasi karbon
Secara nyata kekayaan alam sector kehutanan di Kabupaten
Lebong merupakan potensi yang cukup besar, dan memilik daya jual cukup tinggi,
seperti halnya Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan asset sangat
berharga, dengan luasan Taman Nasional Kerinci 134.834,55 Ha adalah Kawasan
Konservasi dengan peruntukan untuk Kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat
111.035,00 Ha, Hutan Lindung 20.777,40 Ha dan Cagar Alam 3.022,15 Ha.
Akar permasalahan pada satu model kabupaten konservasi
seperti di kabupaten Lebong ini adalah pengelolaan secara optimal, alasan
tersebut wajar, karena keterbatasan biaya dalam pelaksanaan di lapangan,
Kabupaten Lebong yang merupakan kabupaten baru, konsentrasi pembangunan saat
ini terkonsentrasi pada dua sisi focus, yaitu perencanaan pembangunan dan
pelaksanaan fisik pembangunan.
Sedangkan perencanaan untuk penetapan kawasan konservasi
saat ini belum optimal, dan bersinergi dengan masyarakat, dan dampak yang
paling buruk dari hal tersebut adalah munculnya beberapa pelanggaran terhadap
kelestarian alam di kabupaten Lebong.
Berangkat dari akar permasalahan tersebut dapat
disimpulkan pemberdayaan kawasan konservasi dimulai dari pemberdayaan
masyarakat dan aparatur setempat, karena pengelolaan kawasan konservasi
diperlukan SDM yang terampil.
Maka konsep carbon credit merupakan salah satu upaya untuk
mendukung program kelestarian hutan di kabupaten Lebong, dengan konsep
mendatangkan devisa tanpa menebang pohon satu batangpun.
Lokasi perencanaan kawasan konservasi karbon
Kabupaten Lebong memiliki 13 kecamatan, yang memiliki
pusat pemerintahan di Tubei, beberapa kecamatan tersebut memiliki wilayah hutan
lindung, atau kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), yaitu kecamatan:
1.
Kecamatan
Rimbo Pengadang
2.
Kecamatan
Topos
3.
Kecamatan
Lebong Selatan
4.
Kecamatan
Bungin Kuning
5.
Kecamatan
Lebong Sakti
6.
Kecamatan
Lebong Tengah
7.
Kecamatan
Lebong Utara
8.
Kecamatan
Amen
9.
Kecamatan
Uram Jaya
10.
Kecamatan
Pinang Belapis
11.
Kecamatan
Lebong Atas
12.
Kecamatan
Pelabai
13.
Kecamatan
Padang Bano
Penentuan kawasan konservasi karbon ini pada
kecamatan-kecamatan yang memiliki wilayah berdasarkan pada kawasan hutan
lindung dan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), karena wilayah tersebut yang
bersentuhan langsung dengan program Carbon Conservation, dengan luas yang akan
di konservasikan seluas 60,2 % (119,612.9 ha)
Agraria
Pertanian
Produk pertanian yang menjadi unggulan berasal dari
tanaman pangan, perikanan, dan perkebunan. Komoditas andalan dari tanaman
pangan adalah padi. Sekitar 20.000 tenaga kerja menghabiskan sebagian besar
waktu mereka di lahan persawahan. Dari luas panen sedikitnya 8.000 hektare,
diperoleh 33.000 ton gabah kering giling. Selain untuk konsumsi lokal, padi
juga dipasarkan ke Curup dan Kota Bengkulu. Sebagai produk unggulan, pertanian
memberi kontribusi bagi pendapatan asli daerah (PAD) melalui retribusi.
Perkebunan
Perkebunan, yang menjadi primadona adalah nilam. Sekitar
4.000 pekerja menggarap lahan nilam seluas 575 hektare. Dari luas seluruhnya,
terdapat tanaman menghasilkan seluas 171 hektare yang memproduksi 16,84 ton
nilam. Dengan menggunakan kayu bakar, nilam mengalami proses penyulingan
menjadi minyak nilam. Minyak ini kemudian dipasarkan ke Kota Medan di Sumatera
Utara. Perkebunan, terutama kopi dan nilam, memberi kontribusi terhadap PAD.
Pemkab Lebong tengah mencari cara baru untuk proses penyulingan minyak nilam.
Selama ini masyarakat menyuling secara tradisional dengan bahan bakar kayu.
Perikanan
Di sektor perikanan, komoditi unggulan kabupaten ini
adalah ikan mas. Untuk meningkatkan produksi ikan mas, yang merupakan primadona
dari perikanan, Pemkab Lebong mengadakan balai benih ikan yang berfungsi
sebagai penyedia bibit ikan. Usaha lainnya adalah memelihara jalan untuk
memperlancar pengangkutan hasil ikan ke pasar.
Pertambangan
Di sektor pertambangan, Selain emas, tanah kabupaten ini
mengandung berbagai macam bahan galian golongan C. Hasil galian yang masuk
dalam golongan ini, seperti marmer, batu kapur, pasir kuarsa dan kaolin, juga
sering disebut sebagai bahan galian industri. Penambangan bahan galian C tidak
memerlukan teknologi canggih dan umumnya dilakukan secara tradisional sebagai
tambang rakyat.
Lambang
Penjelasan
Lambang Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Lebong sesuai
dengan Peraturan Daerah Tentang Lambang Daerah Kabupaten Lebong No. 28 Tahun
2005. Suku Rejang sangat mendambakan persatuan dan kesatuan, rasa senasib
sepenanggungan berat sama dipikul ringan sama dijinjing, pahit sama-sama dibuang
manis sama-sama dimakan. Merupakan salah satu makna isi Sumpah kesepakatan 4
Luak yakni : Luak Pesisir, Luak Lawang, Luak Musi Rawas dan Luak Jang
Lebong.
Makna lambang
Persegi Lima bermakna Suku Rejang memegang teguh agama
Islam dan terdiri dari 4 (empat) suku dan raja.
Dasar warna hijau melambangkan kabupaten Lebong adalah
daratan yang subur.
Di dalam persegi lima
terdapat lukisan yang diartikan:
Padi dan kopi
bermakna:
Sumber kehidupan masyarakat kabupaten Lebong.
Ikatan lima menunjukkan
suku Rejang berasal Jang Raja dan pembentukan kabupaten Lebong pertama kali
terdiri dari lima
kecamatan.
Padi berjumlah 17 butir tanggal kemerdekaan Republik Indonesia.
Kopi 13 daun menunjukkan tanggal peresmian dan pelantikan
bupati pertama kabupaten Lebong pada 7 Januari 2004.
Cerano menggambarkan masyarakat kabupaten Lebong memegang
teguh adat istiadat dalam budaya.
Gunung melambangkan bahwa kabupaten Lebong ini dikelilingi
oleh pegunungan dan hutan.
Bintang keemasan melambangkan kabupaten Lebong adalah
penghasil emas dan masyarakatnya mempunyai cita-cita yang tinggi.
Tulisan kabupaten Lebong menunjukkan wilayah pemerintah
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Moto Swarang Patang Stumang memiliki pengertian suku
Rejang sangat mendambakan persatuan dan kesatuan, rasa senasib sepenanggungan
berat sama dipikul ringan sama dijinjing, pahit sama-sama dibuang manis
sama-sama dimakan.[8]
Wisata
Wisata yang ada belum terlalu berkembang. Objek wisata
Lebong antara lain:
1.
Air
Putih
2.
Danau
Picung
4.
Lebong
Donok, Tambang Batu Mulia
5.
Lobang
Kacamata
Referensi
|