Hanya Cerita
Rejang Selayang Pandang
Oleh Rodes Medo
Accounting 2008 UMY
Sahdan pada zaman kerajaan raja-raja dari daerah pulau
Jawa masih dalam masa kajayaannya. Semasa Palembang masih bernama Selebar Daun,
Bengkulu masih bernama Sungai Serut, Rejang masih bernama Renah Sekelawi
(sebelumnya bernama Pinang Belapis). Pada zaman itu raja adalah orang yang
mempunyai turunan raja pula. Raja bukan sembarang raja, raja sakti, arif lagi
bijaksana.
Karena di Pulau Jawa telah banyak kerajaan yang rajanya
telah ada, maka sebagian turunan raja-raja itu merasa dirinya terhina bila
tidak dapat jadi raja. Beberapa orang turunan raja itupun mencoba keluar dari
pulau Jawa, dengan maksud mencari daerah yang akan diperintahnya. Mereka
merejang kepulau Perca (Pulau Sumatra) untuk mencari daerah baru.
Bertahun tahun meraka merejang di daerah Pulau Perca, dan
mereka telah tiba di daerah Tapus sekarang. Di sana Bitsu Bembo sebagai pelacak pertama
menyatakan bahwa di sini suko dijadikan negerai (suka negeri ). Untuk
menetapkan atau memberi apa nama negeri tersebut, maka dibuatlah satu pertapaan
yang diberi kelambu. Setelah beberapa hari, kelambu itu dibuka, ternyata
didalamnya tumbuh sebatang kayu yang namanya kayu Tapus, nah karena itu negeri
atau tempat itu dinamakan TAPUS.
Bitsu Bembo berpesan pada saudara-saudaranya apabila ingin
menyusulnya, telusurilah muara sungai yang paling deras muaranya. Bertahun
lamanya mereka menyusuri sebuah sungai, barulah mereka bertemu dengan bitsu
Bembo. Justru karena itu, maka sungai yang mereka susuri itu dinamakan sungai
Ketahun (asal kata menaun).
Adalah mereka yang menyusul itu adalah Bitsu Bermano,
bitsu Bejenggo, dan bitsu Sepanjang Jiwo. Bitsu-bitsu itu terpencar kebeberapa
daerah, seperti bitsu Bermano di daerah Kutai Ukem (Kota Rukam) yang terletak
di daerah Darmaga Tauris Danau Tes sekarang. Perlu kami nyatakan bahwa Danau
Tes itu nama sebenarnya adalah BIYOA KETEBET (air ketebat). Tebat adalah kolam
kata kita sekarang. karena air itu adalah kolam Si PAHIT LIDAH (MANTAKUN), dan
temannya Si MATO EMPAT (ALI JENANG TIGAS).
Adapun tiga orang bitsu yang menyusul itu telah mempunyai
daerah masing-masing, seperti bitsu Bermano mempunyai daerah Kutai Ukem. Bitsu
Bejenggo mempunyai daerah Tubei atas tebing. Di daerah sebelah atas dari (pasar
Muara Aman sekarang). Sedangkan bitsu Sepanjang Jiwo mempunyai daerah Batu
Lebar Seguring, daerah Curup sekarang. peduduk pada masa itu belum Lancar
berbahasa, dan lidahnya agak kaku, bitsu itu disebutnya BIKAU. Bukan bikoa, ada
pula yang menyebutnya Rejang Bikoa, itu salah yang betulnya adalah Rejang
turunan Bikau. Bikau adalah asal katanya dari bitsu. Bitsu adalah kiyai agama
budha.
Pada waktu itu mereka sibuk mengurus daerah mereka
masing-masaing, sehingga saling terpecahlah kesatuan mereka. Pada waktu itulah
pada sebatang Benuang Sakti ditunggui oleh SIAMANG PUTIH. Anehnya Siamang Putih
ini kemana ia menghadap di sana
ditimpa bencana. Baik itu bencana penyakit, kebakaran dan sebagainya.
Mereka berusaha untuk mencegah hal ini, mereka mengadakan
sidang musyawarah di tempat balik hati (baik atei) di daerah Lebong Simpang
sekarang. tempat ini ditunggu oleh : 5 orang malim : 1. malim serubuk, 2. Malim
Sedina, 3. Malim Sedu Royeak, 4. Malim Sumar Galung dan 5. Malim Lemo. Dan juga
di sana ada
pula 4 orang dayang, yaitu: 1. Dayang Tarok, 2. Dayang Turing, 3. Dayang
Kecitang Tanuk Karo dan 4. Dayang Itam. Di samping dayang-dayang ada pula
Rebiak 3 orang, yaitu : 1. Rebiak Mabuk, 2. Rebiak Merem, dan 3. Rebiak Guting
Paras.
Hasil musyawarah mereka di sana ialah batang Benuang Sakti itu harus
ditebang, Supaya Siamang Putih itu dapat dimusnahkan. Bikau Bembo selaku ketua
mengurus penebangan itu, Dan penebangan pertama jatuh ke tangan bikau Bermano.
Bikau Bermano mengarahkan anak buahnya megapak kayu
benuang itu. Seluruh anak buahnya turun tangan turut menebang kayu itu.
Sehingga CIGAI MANAI (dalam arti telah penuh dengan kapaan) namun kesaktiannya
kayu Benuang itu jangankan roboh, malah bertambah kokoh tegaknya. Bikau Bermano
dan anak buahnya menyerah/ mengaku tidak dapat menebang kayu Benuang itu.
Dengan kata-kata cigai manai daerahnya dinamakan Margo Manai (bermani). Yang
berkedudukan di Kutai Ukem (Kota Rukam). Penduduknya berciri khas Sekoa Rucing.
Giliran kedua jatuh pula ke tangan bikau Bejenggo. Bikau
Bejenggo berduyun-duyun mengajak anak buahnya untuk menebangnya. istilah
berUBEI-UBEI (bergotong royong), namun hasilnya masih sama dengan
hasil bikau Bermano tadi. Dari kata ubei maka marganya dikataksn Margo Tubei.
Penduduknya berciri khas KOOT ULAU KETOT.
Tiba pula giliran yang ketiga yaitu bikau Sepanjang Jiwo.
Namun mereka ini secara UPUAK-UPUAK artinya berpayah payah
mengerahkan segala tenaga yang ada untuk menebang Benuang itu. Namun hasilnya
sama pula dengan hasil dua bikau sebelumnya.dengan istilah upuak upuak marganya
dinamakan Margo Seluak (MARGA SELUPUH) sekarang yang berkedudukan di Batu Lebar
Seguring di daerah Curup. Ciri khas penduduknya bermaneu ubep ubep (seolah olah
ada yang akan di terkam). Ketiga bikau yang terdahulu semuanya mengaku tidak
tertebang Benuang Sakti itu. Kini tiba gilirannya pada orang yang mengatur,
harus pandai berbuat apa yang ia aturi. Jangan bisa mengatur saja. Ia harus
bisa melaksanakan apa yang ia aturkan itu.
Bikau bembo kebingungan dibuatnya. bagaimana akan
menumbangkan pohon Benuang Sakti yang selalu mendatangkan malapetaka itu. Andai
hal ini tidak teratasi, kemungkinan seluruh wilayah akan menerima giliran
musibah. Dalam keadaan termenung bikau Bembo seolah olah ada orang yang
berbisik, semoga bikau Bembo membakar kemenyan, dan bersemendi (bertapa).
Beliau melaksanakan pertapaan, memohon pada yang maha sakti dan pada yang maha
agung, yang menguasai seluru alam jagat ini.
Dalam PERTAPAAN beliau mendapat bisikan, bahwa
pohon benuang ini mau roboh, bila digalang oleh PUTRI SEDARAH PUTIH adalah
Putri Raja Perambanan. Perambanan adalah suatu kerajaan yang terletak di daerah
Jawa Tengah.
Dengan harapan yang sedikit sekali akan berhasil, maka
bikau Bembo berangkat ke Jawa Tengah menuju kerajaan Prambanan. Bermohon agar
Raja Prambanan mengizinkan putrinya jadi penggalang.
Raja kerajaan Prambanan adalah raja yang arip lagi
bijaksana, memperkenakan putrinya menjadi penggalang, Tetapi harus memenuhi
beberapa syarat persyaratan itu antara lain :
1.
Putri
Sedarah Putih tidak boleh cacat, misalnya jasmani ataupun rohaninya.
2.
Setelah
menjadi penggalang harus dikembalikan kepangkuan ayahnya di kerajaan Prambanan.
3.
Andai
kata Putri Sedarah Putih cacat bikau Bembo harus menanggung resikonya.
Putri Sedarah Putih dibonyong ke pulau Sumatera, ke daerah
mereka. Setelah di daerah itu, mereka menggali lubang di sekitar pohon Benuang
Sakti itu, tempat putri Sedarah Putih digulingkan. adapun lubang itu, dalamnya
7 hasta, lebarnyapun 7 hasta.
Setelah sesuatu yang harus dikerjakan telah beres atau
selesai, maka bikau Bembo memulai menebang. Pohon Benuang Sakti itu memang
betul roboh, tapi Siamang Putih itu raib entah kemana perginya. Putri Sedarah
Putih segera dikeluarkan dari lubang itu. Mereka semua merasa gembira karena pohon
benuang yang bermala petaka itu telah tiada. Telah musnah dan roboh. yang bisa
dijadikan kayu yang berkeping.
Tapi anehnya putri Sedarah Putih itu hamil. Dengan rasa
lesu bikau Bembo berangkat ke Prambanan mengembalikan putri Sedarah Putih. Di sana beliau mendapat caci
maki yang bertubi-tubi. dan harus bertanggung jawab atas perbuatannya itu. Maka
bikau bembo harus kawin dengan putri Sedarah Putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar