Rabu, 10 Februari 2016

KALIANDA Dalam Gambar





































FOTO & DOKUMENTASI
Naim Emel Prahana

Desa Rindu Hati, Taba Penanjung


Sejarah Desa
Konon katanya di Desa Rindu Hati ini adalah keturunan para raja dari Raja Sungai Serut. Awal dari semua ini karena Putri Dayang Perindu melarikan diri dari Muara Bengkulu ke Hulu Sungai (yang berada di Desa Rindu Hati saat ini). Sang Putri melarikan diri karena tidak mau dijodohkan dengan para raja yang berasal dari Aceh. Setelah melarikan diri, sang kakak dan beberapa orang kerajaan menyusul keberadaan putri ke hulu sungai. Sebelum menyusul sang putri, sang putri sempat memberikan pesan yaitu “jika ingin menyusulnya, bawalah satu ekor ayam dan satu ekor burung terkukur. Jika ayam dan burung tersebut berbunyi, berhentilah disitu dan buatlah desa. Saya akan tinggal disitu”. Ayam dan burung tersebut berbunyi ketika mereka sampai dilokasi Desa Rindu Hati sekarang. Disitulah mereka membuat desa. Dan Itulah awal mula Desa Rindu Hati.
Alur kisah asal mula desa du atei (baca duwatei = rindu hati) ini juga cocok dengan kisah yang di tulis pada litelatur- litelatur lama yang mencatat tambo dan sejarah Bangkahoeloe. Selain itu masih banyak dijumpai penduduk asli dengan nama depan Sutan.Di desa ini kita bisa menikmati jernihnya air sungai yang mengalir dengan tenang. Seakan air ini sangat senang berada di desa tersebut. Pagi yang cerah saat itu. Suara burung yang ribut membuat suasana pagi ini serasa lengkap. Masyarakat desa sudah mulai satu persatu berangkat ke ladang dan ke sawah yang berada tak jauh dari desa. Menyebrangi sungai yang ada dibelakang desa. Berjalan kaki tanpa alas kaki mengikuti jalan setapak yang berada disepanjang sungai. Terlihat sekali mereka hidup sangat harmonis dengan air sungai yang ada disana.
Di Desa Rindu Hati yang mayoritas penduduknya adalah Suku Rejang ini terdapat 6 anak sungai dan mungkin puluhan atau ratusan mata air. Anak-anak sungai yang ada ini akhir menyatu ke sungai besar yang ada di hulu kampung, yaitu Sungai Bengkulu.
Berada didesa Rindu Hati memang sangat menyenangkan. Selain suasana kampung yang masih asli juga terdapat sawah yang menghijau dengan dilatar belakangi oleh bukit-bukit. Desa ini memang berada di lembah didataran tinggi Bengkulu.
Namun kini, desa yang sangat indah dan khas sekali nuansa alaminya itu berubah. Desa ini mengalami ancaman kerusakan lingkungan. Pembabatan hutan sekitar, pembangunan rumah rumah batu permanen oleh penduduk yang sedang marak, tanpa memikirkan tata letak lingkungan,pengrusakan DAS (daerah aliran sungai) dengan alasan kemajuan dan modernnya zaman benar benar satu alasan yang tidak bisa di terima. Dan kini penduduk mulai menuai dampak kerusakan lingkungannya. Desa yang dahulunya tak pernah banjir, kini kerab kali menerima banjir kiriman saat musim hujan tiba.
Kerinduan anak rantau saat pulang ke desa ini hanya bisa menyesali, karena tidak tahu siapa yang bertanggung jawab mengatur semua ini di desa. Apakah pemda setempat berperan atau merestui pengrusakan lingkungan perlahan lahan di hulu sungai ini?
Kini sejak terbentuknya kabupaten baru yaitu Bengkulu Tengah, mau tak mau desa rindu hati masuk ke wilayah kapubaten baru ini lepas dari kabupaten semula yaitu Bengkulu Utara. Apakah nasib desa Rindu Hati yang sarat dengan makna sejarah Kerajaan sungai serut di masa lalu di biarkan hilang begitu saja? Apalagi di desa ini ada Situs Makam yang di keramatkan oleh masyarakat setempat yang kemungkinan besar berhubungan dengan Kerajaan Sungai Serut di masa
lalu.










Sementara pejabat kabupaten Bengkulu Tengah masih carut marut berebut kekuasaan. Dan kini nasib Tanah Rejang semakin mengenaskan !
Sumber http://rejang-lebong.blogspot.com/2009/02/asal-mula-nama-desa-du-atei-desa-rindu.html
Photo : Sofian 23012011
Sofian1 komentar Link ke posting ini

Atlet O2SN SD Metro Siap Tanding



Metro, LE
Sebanyak 16 atlet Sekolah Dasar Kota Metro menyatakan siap bertanding untuk merebut tempat teratas perolehan medali pada laga O2SN tingkat Provinsi yang akan digelar minggu ini di Bandarlampung.
Hal itu dikatakan Kabid Pora Disdikbud Kota Metro, Drs Maryanto, Jumat (22/5) kemarin di Aula kantor dinas setempat.
Dalam pesan-pesan pelepasannya—mewakili Kadisdikbudpora Kota Metro, Maryanto meminta agar para atlet O2SN tingkat SD yang akan berangkat ke Bandarlampung, untuk tetap menjaga stamina, kesehatan fisik maupun psikis.
“Jaga nama baik Kota Metro, baik saat bertanding maupun di luar arena pertandingan,” pesan Maryanto.
Perolehan medali khususnya emas akan membawa anak-anakku untuk bertanding di tingkat Nasional O2SN yang akan dijadwalkan berlangsung di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
“Saya harap, anaka-anak mampu mewujudkan prestasi terbaik dengan perolehan medali emas,” harap Maryanto.
Di sisi lain Maryanto mengakui saat sekarang persaingan prestasi olahraga antarkabupaten/kota sedemikian ketat, karena itu sangat diperlukan persiapan yang matang, khususnya semangat anak-anak menghadapi pertandingan.
Maryanto, juga berharap kepada para pendamping agar tetap membimbing, mengarahkan dan menerapkan disiplin atlet selama mengikuti kejuaraan O2SN tingkat provinsi.
Sebab, kata Maryanto anak-anak usia SD masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang besar. Demikian pula kepada orangtua/wali murid yang mungkin akan mendampingi anak-anak di Bandarlampung, untuk memberikan semangat tanding.
Atlet O2SN tingkat SD Kota Metro yang dilepas secara resmi oleh Kabid Pora Dikbud Kota Metro kemarin berkekuatan 16 orang berasal dari 7 cabang olahraga yang akan diikuti.
Ke tujuh cabang olahraga itu adalah atletik, karate, catur, bulutangkis, tenis meja, renang dan pencak silat. (RD-02) 

Lukman Hakim tak Punya Nurani



*Unjukrasa Pedagang Pasar Kopindo Metro
Metro, LE
Dengan mengusung puluhan spanduk beraneka ragam kecaman kepada kebijakan Walikota Metro yang akan membangun kembali Pasar Kopindo bersama pengembang, pengujukrasa dalam orasi mereka mengatakan, Lukman Hakim tidak punya hati nurani, karena tidak mau menemui mereka.
Tudingan itu dilontar beberapa korlap—juru bicara lapangan pengunjuk rasa para pedagang Pasar Kopindo yang mendatangi Kantor Walikota Metro, Kamis (30/4) mulai pukul 08.00—12.00 WIB kemarin.
Para pengunjukrasa yang berjumlah 1.000 orang lebih itu melakukan longmarch pendek dari belakang Pasar Kopindo memutari pasar Mega Mall terus ke depan kantor walikota Metro, yang sudah disambut satuan Pol PP dan Polisi dari Polres Kota Metro.
Dalam orasi mereka yang menggunakan sound system yang diangkut dengan sebuah mobil pikap, berulangkali para pedagang itu meminta Walikota Lukman Hakim untuk menemui mereka di halaman Pemkot Metro.
Namun, hingga pukul 10.00-an WIB yang diminta ke luar, tidak kunjung ke luar, karena pada saat yang sama informasinya Lukman Hakim sedang menghadiri Musrenbangnas di jakarta bersama Wakil Walikota dan Sekda.
Bahkan, para pedagang mengancam, jika Lukman Hakim tidak menemui mereka, mereka terpaksa akan merubuhkan bangunan TPS yang sudah dibangun—yang menurut para pengunjukrasa adalam pembangunan ‘maling’ karena TPS dibangun malam hari.
Menjelang pukul 11.00 WIB seorang anggota Polres Metro mengumumkan, bahwa pengunjukrasa akan ditemui Kadis Pasar, Purwanto—saat itu sudah berada di atas mobil humas Polres.
Kadis Pasar Metro, Purwanto di atas mobil menyambut pengunjukrasa dan akan bersedia menerima dengan perwakilan pengunjukrasa sebanyak 5 (lima) orang.
Wakil para pengunjukrasa yang dikoordinir pengusaha H Nagor, H Hasyim Machtar dan pendamping pedagang, Nelson diterima di OR Pemkot Metro. Sementara dari Pemkot Metro hadir Kadis Pasar, Staf Ahli Bidang Hukum, Firmansyah dan Ass I, Ny Evi Munjidi Asmarantaka dan Ibu Kapolres setempat.

Tidak Ketemu Solusi
Dari pertemuan di OR Pemkot Metro sampai pukul 12.00 WIB, baik Pemkot Metro maupun pedagang belum dapat kata kesepakatan, masing-masing sulit menerima item-item yang mereka persoalankan.
Pihak pedagang sebagaimana diungkapkan H Hasyim, H Nagor dan pedamping mereka, Nelson tetap menuntut agar para pedagang yang HGB mereka sudah habis tahun 2011 dapat diperpanjang.
Tuntutan kedua mereka, minta Pemkot membongkar kembali TPS yang sudah dibangun di areal Terminal Kota Metro itu.
Namun, sebagaimana dijelaskan Staf Ahli Bidang Hukum Pemkot Metro, Firmansyah kalau masalah HGB sudah terbit HGB baru dan itu sudah ingkrah. Namun, soal TPS akan dilaporkan kepada Walikota Metro.
“Soal itu kami tidak bisa menjawab, namun akan kami bawa dalam laporan kepada Walikota Metro,” ujar Firmansyah SH.
Dua permasalahan pokok yang dituntut pihak pedagang Pasar Kopindo sepertinya sulit terkabul, karena pihak Pemkot Metro tidak mungkin mrembatalkan HGB yang baru diterbitkan Oktober 2014 tahun lalu.
Para wakil pengunjukrasa mengungkapkan pula, bahwa rencana Pemkot Metro membangun 48 ruko dan 12 kios tidak sesuai dengan jumlah pedagang Pasar Kopindo yang versi H Hasyim berjumlah 325 orang lebih.
Usai pertemuan yang belum membuahkan solusi yang tepat antara perwakilan pedagang dan Pemkot Metro, Hasyim kepada LE mengungkapkan pihaknya tetap pada tuntutan.
Hal itu, serupa dengan keterangan Nelson—pendamping pedagang saat pertemuan di ruang OR Pemkot beberapa waktu sebelumnya.
Nelson mengatakan, pihaknya masih bingung untuk melakukan proses hukum, karena belum melihat HGB baru yang dikatakan Staf Ahli Bidang Hukum Pemkot Metro.
“Kami baru menerima tembusan surat yang mengatakan bahwa HGB baru sudah terbit tahun 2014, tidak menyebutkan bulan maupun tanggalnya,” jelas Nelson. (RD-02)

Mahasiswa Metro Mulai Bangkit



Metro, LE
Para mahasiswa Kota Metro yang tergabung pada Persatuan Mahasiswa Muslim Indonesia (PMII) meminta walikota Metro untuk meninjau kembali berbagai kebijakan yang sudah dikeluarkan, termasuk visi misi sebagai kota pendidikan.
Hal itu disuarakan PMII, Senin (13/4) kemarin di halaman kantor walikota Metro. Mereka dengan berorasi menuntut pembenahan pengelolaan Taman Kota yang dinilai telah diskriminatif terhadap pedagang kecil.
Bahkan, para mahasiswa juga meneriakkan penolakan mereka atas kenaikan BBM oleh pemerintah dan para mahasiswa belum merasakan kalau Kota Metro menjadi “kota pendidikan”
Demo mahasiswa PMII Kota Metro kemarin sempat terjadi ketegangan akibat keinginan mereka untuk masuk ke halaman kantor walikota dicegat oleh barisan Sat Pol PP dengan mengunci pintu gerbang kantor walikota.
Sementara itu, walikota Metro tidak berada di tempat karena sedang meninjau UN SMA hari pertama bersama beberapa pejabat kepala dinas di daerah kota itu.
Akibat pintu masuk kantor walikota ditutup sat Pol PP, terjadi dorong mendorong—dan sempat adu mulut antara mahasiswa dan anggota Pol PP yang akhirnya membuka pintu gerbang tersebut.
Jumlah penndemo (pengunjuk-rasa) dengan aparat keamanan (polisi) memang tidak sebanding, sehingga para pendemo diblokir oleh ketatnya penjagaan pihak kepolisian dan Sat Pol PP.
Unjukrasa kemarin, berakhir dengan tertib dan para mahasiswa mengakui jika terjadi kesalahpahaman ketika hendak memasuki halaman kantor walikota, semata-mata karena pihak Pol PP dan polisi menutup pintu gerbang.
“Kami datang ke sini dengan niat baik, tidak ada maksud untuk berbuat anarkis,” kata salah satu oratornya. (RD-02)


Keterangan gambar
DEMOMahasiswa Kota Metro yang tergabung dalam PMII, Senin (13/4) kemarin melakukan aksi unjuk rasa memprotes beberapa kebijakan Walikota Metro maupun kebijakan pemerintah pusat seperti kenaikan harga BBM, diskriminasi terhadap pedagang kecil dan sebagainya. FOTO NAIM EP/LE

Kota Metro Maret Inflasi 0,25 Persen



Metro, LE
Kelompok transportasi, telekomunikasi dan jasa keuangan dengan sumbangan inflasi mencapai 0,1350 persen mempengaruhi tingkat inflasi Kota Metro per Maret 2015 sebesar 0,25 persen.
Hal itu terungkap saat ekpose Badan Statistik Kota Metro dengan jajaran Pemkot Metro yang dipimpin Asisten II Setda setempat, Rabu (1/4) kemarin di OR Kantor Walikota Metro.
Dalam penjelasan berita resmi Badan Statistik Kota Metro kemarin disebut kelompok lain yang mengalami inflasi adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan andil inflasi sebesar 0,1017 persen.
Sedangkan kelompok lain yang ikut menyumbang tingkat inflasi Kota Metro adalah perumahan, air, listrik, gan dan bahan bakar dengan sumbangan inflasi sebesar 0,0312 persen.
Kelompok lain lagi yang ikut menyumbang inflasi adalah kelompok sandan dan sumabngan (0,0149), kesehatan (0,0173), pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,0053).
Sementara itu kelompok pengeluaran yang menahan lajunya inflasi yaitu bahan makanan dengan sumbangan deflasi sebesar 0,0057 persen. Perubahan indeks pada ketujuh kelompok di atas itulah, penyumbang inflasi Kota Metro per Maret 2015 sebesar 0,25 persen.
Dikatakan pihak Statistik Kota Metro, andil terbesar penyumbang ionflasi di daerah kota itu Maret 2015 di antaranya adalah bawang merah, bensin, kembung/gembung, batu bata/batu tela, bawang putih, gula pasir, tomat sayur, rokok kretek filter, soto dan bahan bakar rumah tangga.
Berdasarkan penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) Maret 2015, inflasi Kota Metro disebabkan oleh adanya kenaikan indeks sebesar 1,10 persen pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang naik sebesar 0,59 persen.
Sedangkan perkembangan harga berbagi komoditas Maret 2015, secara umum mengalami kenaikan dan hasil pantauan BPS Kota Metro terjadi penginkatan IHK dari 125,45 Februari 2015 menjadi 125,76 pada Maret 2015.
Dari penghitungan inflasi tahu kalender (point to point), Kota Metro sebesar 0,89 (deflasi) dan inflasi tahun ke tahun (year to year) adalah sebesar 3,65 persen. (RD-02)

Dinsyalir Banyak Warga Gelap Di Yosomulyo



Metro, LE
Akibat adanya beberapa warga yang pindah dan membeli rumah di daerah Yosomulyo, tidak pernah melapor kepada aparat pemerintah kelurahan, khususnya kepada RT dan RW, diduga di kelurahan Yosomulyo banyak warga gelap yang tinggal di sana.
Hal itu terungkap ketika Ketua RT 09 RW 03 memberikan pethuk (lembaran pajak ) kepada salah seorang warga baru yang tinggal di pinggir Jl Hasanuddin, pak RTnya malah dibentak.
Menurut RT 09, Safaruddin ia bermaksud mengantarkan pethuk PBB kepada pemilik tanah bernama Jarot—sebagaimana tertulis pada pethuk itu.
“Saya sudah berkali-kali mengetuk pintu gerbang rumah mewah milik seorang dokter yang tugas di RS Mardi Waluyo. Tapi, nggak dibuka-buka,” kata RT.
Karena saya harus menyampaikan lembaran pajak PBB itu, saya berusaha mencari kancing pintu gerbang rumah tersebut, akui Pak RT 09. Tapi, kata dia, tiba-tiba dirinya dibentak oleh suami si dokter.
Kemudian, ketika mau disodorkan lembaran pajak PBB itu, si sumai dokter tersebut menolak untuk membayar dengan alasan tanah itu sudah ia beli, bahkan dirinya menmgakui sudah di-BBN di kelurahan melalui “kaki tangannya”
Menurut pak RT 09, ia hanya bertugas menyampaikan surat pajak, jika sudah BBN silakan dirubah pada lembaran pajaknya, dan silakan bayarlah PBB melalui kaki tangan bapak di kelurahan.
Ketika koran ini mengkonfirmasikan kepada RT 09, apakah warga baru pindah dan membangun rumah mewah itu sudah melapor. Menurut RT 09 mereka belum melapor sama sekali.
Kemudian, tidak jauh dari rumah si dokter itu masih ada warga yang sudah tahunan tinggal di RT 09 RW 03 Kelurahan Yosomulyo belum pernah melapor kepindahannya, bahkan tidak diketahui apakah ada KTP atau tidak.
Karena, sudah tiga kali pergantian RT, keluarga yang membeli rumah pensiunan TNI bernama M Sobri Ilyas itu, sudah beberapa kali diminta untuk membuat KTP yang berdomisili mereka sekarang. Tapi, tetap saja tidak digubris.
“Padahal, kata warga perempuannya itu PNS kerja di RSUD A Yani sementara suaminya swasta bekerja di bank, tapi kesadarannya untuk mengurus administrasi kependudukan sangat kurang,”
Warga minta pihak kelurahan Yosomulyo harus tegas dengan masalah tersebut, karena kalau terjadi apa-apa, mereka yang tak pernah melapor, tidak punya surat pindah dan tidak punya KTP Yosomulyo akan mengalami masalah. (RD-02)

Petir ‘Ngamuk’ di RT 09



Metro Pusat, LE
Amukan petir, Minggu (22/3) lalu itu di wilayah RT 09 RW 03 Kelurahan Yosomulyo, Metro Pusat, Kota Metro. Bukan hanya membakar mushalla Nurul Iman di Jalan Salak yang juga menghanguskan isntalasi listrik di mushalla tertsebut.
Juga, menyambar pula beberapa peralatan elektronik warga sekitarnya melalui jaringan kabel listrik dari tiang yang kena samberan petir di depan mushalla Nurul Iman.
Seperti diberitakan kemarin (Selasa, 24/3), samberan petir yang terjadi Minggu (22/3) sekira pukul 16.15 WIB tertsebut selain hanguskan instalasi listrik mushalla Nurul Iman beserta membakar plapon rumah ibadah itu.
Petir juga merusak sebuah tv merek Sharp 28 inc milik Ny Eti Yuliarsi yang berjarak sekitar 100 m dari mushalla Nurul Iman dan peralatan internet – speedy milik Ny Mira yang rumahnya berjarak sekitar 25 m dari tiang listrik yang disambar petir.
Namun, tv milik Marsito (49) tahun yang rumahnya hanya berjarak sekitar 2 meter di belakang mushalla ikut terbakar, juga komputer milik Zanuri (53)– pemilik percetakan Merdeka ikut hangus disengat p[etir melalui jaringan kabel listrik PLN di wilayah itu.
Menurut Kepala Ranting PLN Metro, Eki Putra, Senin (23/3), masalah ganti rugi akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh gangguan alam sulit ditindaklanjuti, karena harus mengusulkannya ke PLN pusat.
Hal itu dikatakan Eki Putra kepada LE, Senin (23/3) di ruang kerjanya, seraya Eki juga menjelaskan hal yang sama, jika terjadi kerusakan barang-barang elektronik khususnya akibat gangguan listrik, juga sulit direalissasikan.

Warga Kecewa 
Sementara itu, warga RT 09 RW 03 Yosomulyo 21B Metro Pusat kepada koran ini mengakui terus terang kekecewaan mereka terhadap pelayanan PLN Metro, menyangkut perbaikan kerusakan jaringan dan instalasi listrik akibat samberan petir atau karena seringnya gangguan aliran listrik PLN.
Pemilik mushalla Nurul Iman, Drs H Saipul Parjono MPd mengatakan, ia mengira petugas PLN yang datang ke lokasi (mushalla) yang terbakar jaringan listriknya, akan memperbaiki kerusakan instalasi listrik.
“Nyatanya sudah datang sekali hanya melihat, kemudian nggak datang-datang lagi, akhirnya jemaah mushalla yang melakukan perbaikan, termasuk penyambungan kabel yang rusak dan sudah diganti,” katanya dengan nada kecewa.
Padahal, ujar Saipul Parjono pihak merteka sudah melaporkan sejak sore Minggu sampai hari Senin (23/3) pagi baik melalui call centre 0721-123 maupun mendatangi kantor PLN Ranting Metro.
“Tapi, petugas PLN sudah menyuruh membeli material listrik, malah menghilang,” kecamnya.
Diakui oleh warga, sejak PLN Ranting Metro dipimpin kepala rantingnya, Cici kemudian digantikan oleh Eki Putra, pelayanan PLN Metro ugal-ugalan. Tidak memperhatikan keluhan konsumen. (RD-02)