Di Lampung Tengah, kendati
wilayahnya terdiri dari dataran, jarang dijumpai pebukitan atau gunung tinggi.
Toh, masih ada daerah yang terkenal dengan “negeri di atas angin” - artinya
daerah itu terletak di dataran tinggi. Itulah wilayah Kecamatan Metro Kibang.
Wilayah ini terletak
diseberang Way Sekampung dan berbatasan langsung dengan kecamatan Natar,
Kabupaten Lampung Selatan. Secara kelakar orang menyebutnya negeri di atas
angin, karena Metro Kibang letaknya lebih tinggi dari kecamatan Bantul,
Trimurjo, dan Batanghari.
Menurut cerita tua-tua kampung
di Metro Kibang, daerah ini dibuka menjelang pendudukan tentara Jepang. Berarti
sekitar tahun 1939 - 1941, yang merupakan daerah pertanian bagi penduduk
wilayah Bantul dan Lampung Selatan.
Namun, karena perkembangan
pertambahan penduduk Metro dan sekitarnya begitu pesat, maka daerah yang
merupakan kawasan hutan register tersebut berkembang jadi tempat pemukiman
penduduk, dan akhirnya muncullah desa dan kampung di daerah tersebut.
Wilayah kecamatan Metro
Kibang terdiri dari lima desa
definitif dengan luas keseluruhannya mencapai 5,887 Km2. Secara administratif
kepemerintahan, kecamatan Metro Kibang pertama kali diperintah oleh camat Ismail Malam, kemudian diteruskan oleh Pamujo, BA, Busman Zainuddin, SH
dan sekarang camatnya adalah Royani A
Rachman.
Mayoritas sumber mata
pencaharian penduduk Metro Kibang berasal dari pertanian; padi, jagung dan
singkong, yang dimanfaatkan pada areal seluas 4.633,21 hektar. Disamping itu,
masih ada komoditi untuk ekonomi keluarga seperti kelapa, jengkol, melinjo,
pete, kopi serta bambu dan sebagainya.
Di Metro Kibang tersebar home industri atau
kerajinan rumah tangga berupa anyaman bambu dan industri skala kecil seperti
meubel.
Berdasarkan data kecamatan
tahun 1997, penduduk daerah negeri di atas angin berjumlah 18.414 jiwa dengan
3.178 jiwa berada di ibukota kecamatan (Kibang). Penduduk daerah ini dua tahun
silam sudah dapat menikmati penerangan listrik PLN dari ranting Metro. Demikian
pula kebutuhan air bersih sudah dapat dinikmati dari PDAM Way Irang cabang
Metro Kibang.
Dibidang pendidikan masyarakat, sudah dibangun
sarana pendidikan, mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Sekolah Menengah
Umum (SMU) dan sudah diresmikan pula Kantor Inspeksi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan tingkat kecamatan.
Data tahun 1997 menunjukkan
jumlah TK sebanyak 5 buah, SD 16 buah, SLTPN 1 buah dan SLTP swasta 2 buah.
Tahun 1990-an sudah ada SMU yaitu SMA Fajar yang dikelola oleh Drs Sukino.
Sayangnya, sekolah itu hanya sampai tahun 1995, kemudian bubar alias gulung
tikar.
Sementara itu sarana ibadah
bagi 18.414 jiwa penduduk Metro Kibang, sudah tersedia tempat-tempat ibadah.
Jumlah keseluruhannya 65 buah terdiri dari 17 masjid, 40 mushallah, 6 langgar
dan 2 gereja.
Kemudian sarana umum
olahraga dapat dengan mudah ditemui, misalnya lapangan sepakbola yang hampir
setiap desa memilikinya, bahkan ada desa yang memiliki lapangan sepakbola lebih
dari dua buah. Lapangan Badminton, volly ball, juga ada base camp “Kibang
Boxing” yang dirintis oleh mantan Kapolsek Hasbullah (alm) tahun 1994.
Untuk mencapai daerah Metro
Kibang, dapat dilakukan melalui beberapa arah seperti dari Bantul ada dua jalan
yang semuanya sudah beraspal. Kemudian dari Banarjoyo (Kec Batanghari), dari
Buana Sakti yang ditembusi oleh jalan dari desa Karyamukti kecamatan Sekampung.
Dan dari desa Sukadamai Kecamatan Natar.Jaraknya pun dekat.
Dari Metro menuju Metro Kibang dapat ditempuh lewat
jembatan Way Sekampung yang baru (jembatan lainnya adalah jembatan gantung
Pulau Payung), terdapat komplek pemakaman C khusus untuk orang-orang Cina di
Metro. Kompleks pemakaman C menempati tanah desa Margototo dan Kibang. Yang selalu dipersengketa kedua
kepala desanya. Pemakanan itu merupakan perpindahan dari komplek pemakaman di
Jalan . Yani Metro (Tejosari Bd 24 Bantul), yang menurut rencananya adalah
daerah pengembangan Kotip Metro untuk terminal.
Di Metro Kibang ada sebuah
perusahaan yang bergerak dibidang pakan
ternak, PT. Jafna Comfeed. Juga terdapat 3 buah pasar. 12 perusahaan
penggilingan padi (huller ), 3 buah industri anyaman bambu dan 3 buah industri
meubel skala kecil.
Penduduk Kecamatan Metro
Kibang terdiri dari penduduk Suku Jawa, Semendo dan Lampung. Mayoritas
agamamnya adalah Islam. Diboidang kesehatan pemerintah telah menempatkan 1 buah
Puskesmas ditambah dengan 2 buah Puskesmas Pembantu yang didukung 1 orang
dokter, 3 orang Bidan dan desa dan 10 orang dukun. Disamping itu, menurut
catatan Kecamatan Metro Kibang pada tahun 1997 peserta Keluarga Berencana sudah
mencapai 2.540 orang.
Untuk menjaga keamanan dan
ketertiban wilyah, di Kecamatan Metro Kibang sudah ada Mapolsek dan Koramil,
dan pelaksanaan Siskamling berjalan lancar. Kerawanan daerah ini semata-mata
karena berbatasan langsung dengan wilayah Lampung Selatan.
Bidang transportasi dan lalulintas, untuk
mencapai Metro Kibang sangat mudah. Dapat ditempuh melalui Bantul (dua
jurusan), melalui Karang Anyar/ Way Halim- Sukadamai (Lampung Selatan) dan
Tegineneng (Kec Natar) atau bisa melalui Kecamatan Batanghari :
Bandarjoyo-Nampirejo-melewati jembatan gantung ) Buanan Sakti ke Margototo.
atau melalui Kecamatan Sekampung : Karyamukti-Buanasakti-Margototo. Dengan lama
tempuh rata-rata 20- 40 menit dari Way Halim.(t-14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar