Rabu, 03 Februari 2016

INTERAKSI KEHIDUPAN SOSIAL



File Kehidupan
Catatan Naim Emel Prahana

Tradisi kehidupan masyarakat sehari-hari di suatu wilayah pemukiman, bisa di wilayah Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Lingkungan (LK) bagi seseorang atau sebuah keluarga anggota masyarakatnya dalam interaksi sosial sangat dibutuhkan ketenanan, kedamaian, kenyamanan dan ketertiban maupun keamanan. Semuanya merupakan rangkaian denyut rasa dalam berinteraksi sosial sehari-hari. Saat ini di tengah masyarakat telah terjadi perkembangan yang luar biasa tentang “arti kehidupan bertetangga”
Pertama—Sebagian warga di suatu tempat menganggap kehidupan bertetangga itu memegang prinsip “Kamu, kamu. Saya ya saya” kemudian mereka membuat pembatas-pembatas hubungan interaksi sosial secara kasat mata, seperti kebanyakan bangunan rumah di kota (yang sudah menjalar ke kampung dan desa) membangun tempat tinggal dengan memagar bangunan rumah dengan pagar tembok yang kokok sekeliling bangunan rumah.
Akibatnya, akses hubungan ke rumah tetangga sebelah kiri kanan, dengan belakang tertutup sama sekali. Kegiatan-kegiatan di dalam rumah yang dikelilingi tembok tinggi sulit diketahii, ada apa? Mereka berhubungan dengan warga atau keluarga tetangganya kebanyakan didasarkan kepada pola hidup materialisme yang berkembang begitu cepat di tengah masyarakat sekarang ini.

Kedua—Sebagian masyarakat yang tingkat kesejahteraan dan ekonomi keluarganya masuk dalam kategori warga menengah ke bawah melatar-belakangi hubungan interaksi sosial mereka dengan filosofi ‘keguyuban’. Kelompok masyarakat kebanyakan ini masih memiliki sifat karakter kehidupan mereka dengan saling menghormati, saling memberi dan menerima, saling membantu dalam semua aspek kehidupan dan akses informasi tentang kejadian, peristiwa atau kegiatan mudah diketahui oleh satu warga dengan warga lainnya. Mereka berhubungan tidak didasarkan sifat materialisme.

Dari dua komunitas sifat dan karakter masyarakat kita dewasa ini seperti di atas itu, dalam meresponnya perlu kebijakan-kebijakan yang normal dan untuk mencegah terkotak-kotaknya hubungan kehidupan dalam interaksi sosial selanjutnya. Informasi lisan dalam hubungan interaksi sosial masyarakat secara lisan sangat cepat berkembang dan menjalar sedemikian rupa antarwarga. Jika tidak ada filterisasi penerimaan informasi atau ‘isu’, sangat terbuka kemungkinan terjadinya misunderstanding sesama warga masyarakat tersebut dan jika salah informasi, maka akibatnya cukup fatal. Terutama akan semakin kokohnya hidup individualisme dan materialisme di tengah masyarakat kita. Bahkan, satu sama lain hidup ibarat segerombolan srigala yang senantiasa mengintai, memanfaatkan kesempatan dalam keadaan seperti itu, untuk menelan anggota masyarakat lainnya yang dianggap sombong, angkuh, sok, sewena-wena berkomunikasi edan lainnya. Bisa jadi, ada rencana tertentu untuk merusak tatanan hubungan masyarakat yang ada dengan penyelewengan-penyelewengan norma-norma agama, sosial, susila, adat istidat maupun tradisi guyub.

Tidak ada komentar: