File Kehidupan
Catatan Naim Emel Prahana
Tradisi kehidupan
masyarakat sehari-hari di suatu wilayah pemukiman, bisa di wilayah Rukun
Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Lingkungan (LK) bagi seseorang atau sebuah
keluarga anggota masyarakatnya dalam interaksi sosial sangat dibutuhkan
ketenanan, kedamaian, kenyamanan dan ketertiban maupun keamanan. Semuanya
merupakan rangkaian denyut rasa dalam berinteraksi sosial sehari-hari. Saat ini
di tengah masyarakat telah terjadi perkembangan yang luar biasa tentang “arti
kehidupan bertetangga”
Pertama—Sebagian
warga di suatu tempat menganggap kehidupan bertetangga itu memegang prinsip
“Kamu, kamu. Saya ya saya” kemudian mereka membuat pembatas-pembatas hubungan
interaksi sosial secara kasat mata, seperti kebanyakan bangunan rumah di kota
(yang sudah menjalar ke kampung dan desa) membangun tempat tinggal dengan
memagar bangunan rumah dengan pagar tembok yang kokok sekeliling bangunan
rumah.
Akibatnya, akses
hubungan ke rumah tetangga sebelah kiri kanan, dengan belakang tertutup sama
sekali. Kegiatan-kegiatan di dalam rumah yang dikelilingi tembok tinggi sulit
diketahii, ada apa? Mereka berhubungan dengan warga atau keluarga tetangganya
kebanyakan didasarkan kepada pola hidup materialisme yang berkembang begitu
cepat di tengah masyarakat sekarang ini.
Kedua—Sebagian
masyarakat yang tingkat kesejahteraan dan ekonomi keluarganya masuk dalam
kategori warga menengah ke bawah melatar-belakangi hubungan interaksi sosial
mereka dengan filosofi ‘keguyuban’. Kelompok masyarakat kebanyakan ini masih
memiliki sifat karakter kehidupan mereka dengan saling menghormati, saling
memberi dan menerima, saling membantu dalam semua aspek kehidupan dan akses
informasi tentang kejadian, peristiwa atau kegiatan mudah diketahui oleh satu
warga dengan warga lainnya. Mereka berhubungan tidak didasarkan sifat
materialisme.
Dari dua komunitas
sifat dan karakter masyarakat kita dewasa ini seperti di atas itu, dalam
meresponnya perlu kebijakan-kebijakan yang normal dan untuk mencegah
terkotak-kotaknya hubungan kehidupan dalam interaksi sosial selanjutnya. Informasi
lisan dalam hubungan interaksi sosial masyarakat secara lisan sangat cepat
berkembang dan menjalar sedemikian rupa antarwarga. Jika tidak ada filterisasi
penerimaan informasi atau ‘isu’, sangat terbuka kemungkinan terjadinya misunderstanding sesama warga masyarakat
tersebut dan jika salah informasi, maka akibatnya cukup fatal. Terutama akan
semakin kokohnya hidup individualisme dan materialisme di tengah masyarakat
kita. Bahkan, satu sama lain hidup ibarat segerombolan srigala yang senantiasa
mengintai, memanfaatkan kesempatan dalam keadaan seperti itu, untuk menelan
anggota masyarakat lainnya yang dianggap sombong, angkuh, sok, sewena-wena
berkomunikasi edan lainnya. Bisa jadi, ada rencana tertentu untuk merusak
tatanan hubungan masyarakat yang ada dengan penyelewengan-penyelewengan
norma-norma agama, sosial, susila, adat istidat maupun tradisi guyub.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar