Rabu, 03 Februari 2016

Raimundo Arruda Sobrinho

Kisah Hidup 35 Tahun Tunawisma Berkat Kebaikan Hati Seorang Wanita

Cita-cita
adalah beban terberat 
yang seseorang dapat pikul.
Ia adalah kutukan bagi seorang memegang teguh cita-cita.

Sao Paulo, 2012


Setelah kemarin mencurahkan isi akibat tersentuh Larangan Pemulung Masuk Kampung, hari ini di Facebook seorang teman pelapak buku membagikan sebuah tautan video yang juga sangat menyentuh hati saya. Video pendek itu adalah salah satu prakarsa Facebook Stories yang menyingkap kisah hidup seorang tuna wisma bernama Raimundo Arruda Sobrinho. Penggalan puisi indah di atas merupakan salah satu karyanya.
.
Selama hampir 35 tahun, lelaki ini hidup sebagai tuna wisma di Sao Paulo, Brasil, kota yang populasinya terpadat di urutan ke-13 dunia. Kebiasaan uniknya, duduk di satu titik kota tersebut yang ia namakan "Pulau", dan mengisi hidupnya dengan menulis, akhirnya mengubah hidupnya berkat kebaikan hati seorang wanita muda yang lewat.

Raimundo Arruda Sobrinho, 2011. Sosoknya sekilas mengingatkan saya pada Diogenes 
(foto: Canal 2)

Raimundo Arrunda Sobrinho dilahirkan di di daerah pinggiran Goias, Brasil, pada 1 Agustus 1938. Pada usia 23, ia pindah ke Sao Paulo, yang jaraknya dari tempat kelahirannya kira-kira sama dengan Malang ke Jakarta. Di sana ia menjadi tukang kebun dan juga penjual buku.

Pada akhir 1970-an (awal 80-an), menjelang akhir pemerintahan militer otoriter Brasil, Raimundo Arrunda Sobrinho mulai hidup sebagai gelandangan, tanpa rumah, makanan, dan kesehatan. Selama hampir 35 tahun hidupnya menjadi gembel (ya, ia biarkan rambutnya gembel memanjang), ia isi hidupnya duduk di satu titik di Sao Paulo yang ia namakan "Pulau", menulis beberapa puisi dan cerita pendek. Kebiasaan lelaki tua itu tinggal istiqamah di "Pulau"-nya tidak membuatnya terasing; penduduk setempat malah jadi cepat mengenalnya. Sampai pada suatu hari di bulan April 2011, Shalla Monteiro, seorang wanita muda yang lewat menemuinya. Raimundo Arrunda Sobrinho memberikan sebuah puisinya padanya. Dan sejak itulah Raimundo Arrunda Sobrinho menjadi bagian hidup Shalla Monteiro.
 
Raimundo Arrunda Sobrinho menjadi bagian hidup Shalla Monteiro.

Shalla Monteiro segera mendapati bahwa menulis adalah hidup Raimundo Arrunda Sobrinho. Raimundo menulis setiap hari. Karena kondisinya, kadang ia bahkan memerlukan bantuan penggaris untuk menulis untuk sekadar membantu tulisannya tetap lurus di kertas kosong tanpa garis yang ia temukan. Cita-cita Raimundo adalah ingin menerbitkan sebuah buku untuk puisi-puisinya pada suatu hari kelak, tetapi hidup di jalanan membuatnya mustahil mewujud cita-citanya tersebut. Maka kemudian Shalla Monteiro membuatkannya Fan Page di Facebook untuk mewadahi kreativitas menulis Raimundo Arrunda Sobrinho. Tak disangkanya Laman yang ia buat di Facebook itulah yang sekarang membuat Raimundo Arrunda Sobrinho terkenal seantero dunia sebagai penulis dan penyair (hari ini jempol di lamannya mencapai 162.253).



Shalla Monteiro segera mendapati bahwa menulis 
adalah hidup Raimundo Arrunda Sobrinho (foto: Canal 2)

Orang-orang mulai berdatangan, sekadar mengenalnya lebih jauh, atau menaruh perhatian lebih untuknya dengan membawakan sesuatu untuknya. Ia telah menjadi artis. Dan hari silaturahmi keluarga yang terpisah pun kembali diwujudkan. Kebaikan hati Shalla Monteiro berhasil menjangkau saudara Raimundo Arruda Sobrinho di Facebook.
"Setelah 57 tahun, saya akhirnya bisa menemukanmu.", ujar saudaranya dengan penuh haru. 
"Saat saya sampai di 'Pulau', saya menemukan seorang laki-laki-di tengah sampah, gembel, tanpa higiene apapun."lanjutnya. "Mengenali orang itu adalah saudara saya, saya menyarankan untuk dia tinggal bersama saya."
Saudara Raimundo juga menyampaikan bahwa seluruh saudaranya yang lain masih hidup, dan Raimundo adalah satu-satunya yang masih hilang dan kini dapat melengkapi kembali kekosongan di keluarga mereka. Bagi mereka, Raimundo bukanlah tamu, tetapi bagian dari keluarga.

Raimundo Arruda Sobrinho kembali berkumpul bersama keluarganya.  (foto: Canal 2)
Dan kini setelah puluhan tahun yang dilaluinya, Raimundo dan Shalla Monteiro akan segera mewujudkan cita-cita Raimundo menerbitkan bukunya. Layak kita tunggu!
 
Shalla Monteiro bersama Raimundo Arrunda Sobrinho (foto: Canal 2)
"Terkutuklah orang yang menelantarkan diri sendiri."

Enam kata itu menunjukkan
Bahwa situasi buruk apapun
Jangan pernah sekalipun
Kita menganggapnya sebagai kekalahan.
(Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Thursday, September 24, 2015)



 (Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Thursday, September 24, 2015)



Tidak ada komentar: