--untuk seorang
kekasih
Nafasku menghela
nafas
Menggamit suasana
malam
Di tengah peradaban
gelap
Kucatat namamu
berulang
Kupanggil
Engkau sudah tidur
sayang
Engkau sudah
melewati lelah
Yang melelah di
sekujur tubuhmu
Aku bergurau dengan
waktu
Malam yang sangat
setia
Menunggu pergantian
rindu waktu
Engkau sudah
bermimpi manis
Ada sebuah telaga
dan air terjun di dalamnya
Aku sendiri sering
memimpikannya
Sejuk, sepoi dan
penuh gairah
KABAR MALAM INI
--untuk para dukun
Kau racik order
manusia dajjal
Meremas-remas
kembang tujuh macam
Mulutmu yang tak
pernah diam komat kamit
Kau tantang Tuhan
semesta alam
Dengan
mengguna-gunai orang diam
Hanya karena order
binatang jalang
Berselimut di wajah
mereka yang malang
Selalu membawa
benci, dendam, geram
Selalu ingin
membuat orang lain karam
Tidurlah wahai
dukun malam
Kembalilah ke jalan
yang benar
Jalan yang diridhoi
oleh-Nya
Tinggalkan order
manusia dajjal
Pergilah mandi di
sungai tentram.
Sebab azab Tuhan
akan lebih dahsyat
Jika kau tetap
menjadi dukun.
KABAR MALAM INI
--untuk para iblis
Walau Tuhan
mengizinkan kalian
menggoda anak Adam
aku tak takut, biar
matamu merah
tubuhmu seberat
gunung bebatuan
aku takkan
memejamkan mata memandangmu
biarlah kalian tak
enyah dari sisiku
aku enyahkan
bisikan kalian
tidak ada
persahabatan antara kita
apalagi penandatanganan
MoU
atau kontrak kerja
ke luar negeri
tidak, itu takkan
aku lakukan
malam ini
malam beribu malam
kalian ganggu aku
ganggu yang lainnya
yang sedang lemah
malam yang penuh
tantangan bagiku
engkau atau aku
yang tersingkir
pikirkanlah karena doaku
mengalir
karena wiridku
selalu menuju dari kalbu
ke singgasana Tuhan
sang pencipta alam semesta
tempat aku menaruh
sauh rindu kehidupan ini.
KABAR MALAM INI
--dialog
Seperti malam
sebelum ini
Kau selalu bertanya
kepadaku
“apakah kamu belum
tidur?” katamu
“belum,” jawabku
“Apakah kamu sudah
makan?” tanyamu
“belum,” jawabku
“Apakah kamu lagi
susah?” tanyamu
“tidak,” jawabku
“Apakah kamu
dianaiyai orang?” tanyamu
“(aku
terdiam.....aku diam....aku terpaku),”
“Kenapa engkau
diam?” tanyamu
“................”
aku tak menjawab
“Kenapa kau tak
menjawab?” tanyamu
“..................”
aku tak menjawab
“Kenapa kamu ini?”
tanyamu
“aku?” aku balik
bertanya
“Ya, kamu?” tanyamu
“aku?” kataku lagi
dalam hati.
Lalu engkau berkata
lagi
“Ya kalau begitu,
berpikirlah selagi malam
Pergilah ke suasana damaimu dalam hati,
Berikanlan bingkisan kepada nuranimu,
Dan berpikir di malam hari
Adalah zikir yang mengalir,
Juga doa-doa yang didengar Malaikat,
Gunakanlah waktu kau tak tidur malam
Untuk berdialoh dengan Sang Khaliq...!”
katamu
Akhirnya...
Kuingat dosa-dosaku
Tergambar salah
perbuatanku
Terlihat jelas
kata-kataku yang ceroboh
Gambar-gambar
kubuang waktu beribadah
Jelas dan bersih
gambarnya
Ya Rabb aku
dihadapan Mu
Jangan Kau jauhi
aku
Jangan Kau biarkan aku
kalah
Aku inginkan cinta
Mu
Aku ingin kasih
sayang Mu
Aku ingin rahmat
dan karunia Mu
Bukalah jalan
hidupku yang damai
Tentram sampai
batasnya.
Tekad IX
Ya Rabb
Aku tak mau seperti
penyiar
pandai berucap
di luar lupa apa
yang telah diucapkan
Ya Rabb
aku tak mau pandai
berbicara
tak pernah
dilaksanakan
juga tak mau pandai
menduga-duga
karena sesuatu
keinginan
Ya Rabb
aku mau kekasih
dalam setiap helaan
nafasku
berucap kata sama
perbuatan
jadi yang paling
sabar
di antara kebaikan
dan kesabaran
hidup ini meniti
gelombang malapetaka
kehidupan kekinian
hidup tanpa roh
aku tak mau
berandai-andai seperti
menulis sajak para
penyair
yang tidak pernah
satu dengan yang ditulis
(2011)
Sengaja Dilupakan
Ada yang tidak kau
berikan
setelah sekian
lama bersama dan kutunggu
hanya diam kudapati
datang
tapi, bisakah
sejenak
kita bersandar di
awan
menelusuri jejak
dan
ucapan
apa itu emansipasi
apa itu film
sinetron
apa itu sms dan
wajah di balik
rupawanmu
yang ada
telah ditiadakan
yang tak terucap
kata
dimunculkan di
permukaan setiap kali
berbincang
(2011)
Di Meja Malam
Telah aku campakkan
amarah
Dendam dan emosi
Kulemparka jauh di
gelap waktu
Agar tidak
ditemukan di lain rindu
Ya Shobur
Aku terus
mendiamkan diri ini
Di tengah hura-hara
kehidupan
Entah siapa saudara
seiman
Di mana pula kucari
tetangga ramah
Sopan dan bijak
Hanya pada Mu
Kuutarakan
keinginan
Sabarnya Rasulullah
Alaihissaam
Dalam hidupku
Di meja malam Mu
Kususun lagi salah
Kuramu lagi hiikmah
Sampai Kau kirimkan
berkah
Aku belajar dan belajar
terus
Tentanga rumah
kesabaran dalam diriku
Menjadi tiang
kehidupan
(2011)
Besok Lusa
sampai sore ini
penerangan di rumah
hatiku ini belum
menyala
(2011)
Pemilik Pagi Ini
(1)
bergegas disemuanya
pelataran
melantunkan
percakapan pagi
berangkat dan
kembali pada waktunya
aku menunggu sambil
berteduh
memelihara rindu
yang belum terajut
segeraku dalam
kalbu yang satu
di daerah cinta
itu.
(2)
hutan sudah luka
betapa ragu
kuucapkan cinta
ketika jiwa tidak
sejalan dengan raga
pergi entah ke
mana?
(3)
siapa di balik
suaramu
bergetar
menyampaikan bisikan
yang tertatih
diucap terbata-bata
di sana jelas sosok
ketakutan
menakutkan
apa yang
sembunyikan siapa?
seperti gerimis
tadi malam
menyirami permukaan
menyirami
rerumputan yang tak
sampai kerongkongan
sudah jalan
terhalang
tak menawarkan
dahaga
senyummu
tak memberikan
apa-apa
seperti gumpalan
tanah hitam
menjadi lumpur
menggantungkan
tatapan
(4)
ada kata tak
terbaca
maknanya belum tiba
apa yang harus
kujawab
pagi ini dedaunan
rontok
berhamburan diterpa
angin
berserakan
diterjang langkah
kotor dan berdebu
padahal rumah itu
halaman di sini
milik kita.
(5)
lemah lambaian
tanganku
disaat berpapasan
di perampatan jalan
kita berjanji
seiiring sejalan
tapi engkau di
jalan
kenapa aku ada di
siring?
jangan terburu
nafsu
impian kita sama
tanpa tanpa ragu
dan kebimbangan
kegelisahan di
jalan bersimpang-simpang.
September 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar