Rabu, 03 Februari 2016

KABAR MALAM INI



 --untuk seorang kekasih

Nafasku menghela nafas
Menggamit suasana malam
Di tengah peradaban gelap
Kucatat namamu berulang
Kupanggil

Engkau sudah tidur sayang
Engkau sudah melewati lelah
Yang melelah di sekujur tubuhmu
Aku bergurau dengan waktu
Malam yang sangat setia
Menunggu pergantian rindu waktu

Engkau sudah bermimpi manis
Ada sebuah telaga dan air terjun di dalamnya
Aku sendiri sering memimpikannya
Sejuk, sepoi dan penuh gairah

KABAR MALAM INI
--untuk para dukun

Kau racik order manusia dajjal
Meremas-remas kembang tujuh macam
Mulutmu yang tak pernah diam komat kamit
Kau tantang Tuhan semesta alam
Dengan mengguna-gunai orang diam
Hanya karena order binatang jalang
Berselimut di wajah mereka yang malang
Selalu membawa benci, dendam, geram
Selalu ingin membuat orang lain karam

Tidurlah wahai dukun malam
Kembalilah ke jalan yang benar
Jalan yang diridhoi oleh-Nya
Tinggalkan order manusia dajjal
Pergilah mandi di sungai tentram.
Sebab azab Tuhan akan lebih dahsyat
Jika kau tetap menjadi dukun.


KABAR MALAM INI
--untuk para iblis

Walau Tuhan mengizinkan kalian
menggoda anak Adam
aku tak takut, biar matamu merah
tubuhmu seberat gunung bebatuan
aku takkan memejamkan mata memandangmu
biarlah kalian tak enyah dari sisiku
aku enyahkan bisikan kalian

tidak ada persahabatan antara kita
apalagi penandatanganan MoU
atau kontrak kerja ke luar negeri
tidak, itu takkan aku lakukan

malam ini
malam beribu malam kalian ganggu aku
ganggu yang lainnya yang sedang lemah
malam yang penuh tantangan bagiku
engkau atau aku yang tersingkir

pikirkanlah karena doaku mengalir
karena wiridku selalu menuju dari kalbu
ke singgasana Tuhan sang pencipta alam semesta
tempat aku menaruh sauh rindu kehidupan ini.


KABAR MALAM INI
--dialog

Seperti malam sebelum ini
Kau selalu bertanya kepadaku
“apakah kamu belum tidur?” katamu
“belum,” jawabku
“Apakah kamu sudah makan?” tanyamu
“belum,” jawabku
“Apakah kamu lagi susah?” tanyamu
“tidak,” jawabku
“Apakah kamu dianaiyai orang?” tanyamu
“(aku terdiam.....aku diam....aku terpaku),”
“Kenapa engkau diam?” tanyamu
“................” aku tak menjawab
“Kenapa kau tak menjawab?” tanyamu
“..................” aku tak menjawab
“Kenapa kamu ini?” tanyamu
“aku?” aku balik bertanya
“Ya, kamu?” tanyamu
“aku?” kataku lagi dalam hati.
Lalu engkau berkata lagi
“Ya kalau begitu, berpikirlah selagi malam
  Pergilah ke suasana damaimu dalam hati,
  Berikanlan bingkisan kepada nuranimu,
  Dan berpikir di malam hari
  Adalah zikir yang mengalir,
  Juga doa-doa yang didengar Malaikat,
  Gunakanlah waktu kau tak tidur malam
  Untuk berdialoh dengan Sang Khaliq...!” katamu
Akhirnya...
Kuingat dosa-dosaku
Tergambar salah perbuatanku
Terlihat jelas kata-kataku yang ceroboh
Gambar-gambar kubuang waktu beribadah
Jelas dan bersih gambarnya

Ya Rabb aku dihadapan Mu
Jangan Kau jauhi aku
Jangan Kau biarkan aku kalah
Aku inginkan cinta Mu
Aku ingin kasih sayang Mu
Aku ingin rahmat dan karunia Mu
Bukalah jalan hidupku yang damai
Tentram sampai batasnya.


Tekad IX

Ya Rabb
Aku tak mau seperti penyiar
pandai berucap
di luar lupa apa yang telah diucapkan

Ya Rabb
aku tak mau pandai berbicara
tak pernah dilaksanakan
juga tak mau pandai menduga-duga
karena sesuatu keinginan

Ya Rabb
aku mau kekasih
dalam setiap helaan nafasku
berucap kata sama perbuatan
jadi yang paling sabar
di antara kebaikan dan kesabaran

hidup ini meniti gelombang malapetaka
kehidupan kekinian hidup tanpa roh

aku tak mau berandai-andai seperti
menulis sajak para penyair
yang tidak pernah satu dengan yang ditulis

(2011)


Sengaja Dilupakan

Ada yang tidak kau berikan
setelah sekian lama  bersama dan kutunggu
hanya diam kudapati datang

tapi, bisakah sejenak
kita bersandar di awan
menelusuri jejak dan
ucapan

apa itu emansipasi
apa itu film sinetron
apa itu sms dan
wajah di balik rupawanmu

yang ada
telah ditiadakan
yang tak terucap kata
dimunculkan di permukaan setiap kali
berbincang

(2011)



Di Meja Malam

Telah aku campakkan amarah
Dendam dan emosi
Kulemparka jauh di gelap waktu
Agar tidak ditemukan di lain rindu

Ya Shobur
Aku terus mendiamkan diri ini
Di tengah hura-hara kehidupan
Entah siapa saudara seiman
Di mana pula kucari tetangga ramah
Sopan dan bijak

Hanya pada Mu
Kuutarakan keinginan
Sabarnya Rasulullah Alaihissaam
Dalam hidupku

Di meja malam Mu
Kususun lagi salah
Kuramu lagi hiikmah
Sampai Kau kirimkan berkah

Aku belajar dan belajar terus
Tentanga rumah kesabaran dalam diriku
Menjadi tiang kehidupan


(2011)


Besok Lusa

sampai sore ini penerangan di rumah
hatiku ini belum menyala

(2011)


Pemilik Pagi Ini

(1)
bergegas disemuanya pelataran
melantunkan percakapan pagi
berangkat dan kembali pada waktunya
aku menunggu sambil berteduh
memelihara rindu yang belum terajut
segeraku dalam kalbu yang satu
di daerah cinta itu.

(2)
hutan sudah luka
betapa ragu kuucapkan cinta
ketika jiwa tidak sejalan dengan raga
pergi entah ke mana?

(3)
siapa di balik suaramu
bergetar menyampaikan bisikan
yang tertatih diucap terbata-bata
di sana jelas sosok ketakutan
menakutkan
apa yang sembunyikan siapa?

seperti gerimis tadi malam
menyirami permukaan menyirami
rerumputan yang tak sampai kerongkongan
sudah jalan terhalang
tak menawarkan dahaga

senyummu
tak memberikan apa-apa
seperti gumpalan tanah hitam
menjadi lumpur
menggantungkan tatapan

(4)
ada kata tak terbaca
maknanya belum tiba
apa yang harus kujawab
pagi ini dedaunan rontok
berhamburan diterpa angin
berserakan diterjang langkah
kotor dan berdebu

padahal rumah itu
halaman di sini
milik kita.

(5)
lemah lambaian tanganku
disaat berpapasan di perampatan jalan
kita berjanji seiiring sejalan
tapi engkau di jalan
kenapa aku ada di siring?

jangan terburu nafsu
impian kita sama
tanpa tanpa ragu dan kebimbangan
kegelisahan di jalan bersimpang-simpang.

September 2011

Tidak ada komentar: