Kisah Hidup 35 Tahun Tunawisma Berkat Kebaikan
Hati Seorang Wanita
Cita-cita
adalah
beban terberat
yang
seseorang dapat pikul.
Ia
adalah kutukan bagi seorang memegang teguh cita-cita.
Sao Paulo, 2012
Setelah
kemarin mencurahkan isi akibat tersentuh Larangan
Pemulung Masuk Kampung, hari ini di Facebook seorang teman pelapak buku
membagikan sebuah tautan video yang juga sangat menyentuh hati saya. Video
pendek itu adalah salah satu prakarsa Facebook Stories yang menyingkap kisah
hidup seorang tuna wisma bernama Raimundo Arruda Sobrinho. Penggalan puisi
indah di atas merupakan salah satu karyanya.
.
Selama
hampir 35 tahun, lelaki ini hidup sebagai tuna wisma di Sao
Paulo, Brasil, kota
yang populasinya terpadat di urutan ke-13 dunia. Kebiasaan uniknya, duduk di
satu titik kota
tersebut yang ia namakan "Pulau", dan mengisi hidupnya dengan
menulis, akhirnya mengubah hidupnya berkat kebaikan hati seorang wanita muda
yang lewat.
Raimundo
Arruda Sobrinho, 2011. Sosoknya sekilas mengingatkan saya pada Diogenes
(foto: Canal
2)
|
Raimundo
Arrunda Sobrinho dilahirkan di di daerah pinggiran Goias, Brasil, pada 1
Agustus 1938. Pada usia 23, ia pindah ke Sao Paulo,
yang jaraknya dari tempat kelahirannya kira-kira sama dengan Malang
ke Jakarta. Di sana ia menjadi tukang
kebun dan juga penjual buku.
Pada
akhir 1970-an (awal 80-an), menjelang akhir pemerintahan militer otoriter
Brasil, Raimundo Arrunda Sobrinho mulai hidup sebagai gelandangan, tanpa rumah,
makanan, dan kesehatan. Selama hampir 35 tahun hidupnya menjadi gembel (ya, ia
biarkan rambutnya gembel memanjang), ia isi hidupnya duduk di satu titik di Sao Paulo yang ia namakan
"Pulau", menulis beberapa puisi dan cerita pendek. Kebiasaan lelaki
tua itu tinggal istiqamah di "Pulau"-nya tidak membuatnya terasing;
penduduk setempat malah jadi cepat mengenalnya. Sampai pada suatu hari di bulan
April 2011, Shalla Monteiro, seorang wanita muda yang lewat menemuinya.
Raimundo Arrunda Sobrinho memberikan sebuah puisinya padanya. Dan sejak itulah
Raimundo Arrunda Sobrinho menjadi bagian hidup Shalla Monteiro.
Raimundo
Arrunda Sobrinho menjadi bagian hidup Shalla Monteiro.
|
Shalla
Monteiro segera mendapati bahwa menulis adalah hidup Raimundo Arrunda Sobrinho.
Raimundo menulis setiap hari. Karena kondisinya, kadang ia bahkan memerlukan
bantuan penggaris untuk menulis untuk sekadar membantu tulisannya tetap lurus
di kertas kosong tanpa garis yang ia temukan. Cita-cita Raimundo adalah ingin
menerbitkan sebuah buku untuk puisi-puisinya pada suatu hari kelak, tetapi
hidup di jalanan membuatnya mustahil mewujud cita-citanya tersebut. Maka
kemudian Shalla Monteiro membuatkannya Fan Page di
Facebook untuk mewadahi kreativitas menulis Raimundo Arrunda Sobrinho. Tak
disangkanya Laman yang ia buat di Facebook itulah yang sekarang membuat
Raimundo Arrunda Sobrinho terkenal seantero dunia sebagai penulis dan penyair
(hari ini jempol di lamannya mencapai 162.253).
|
Shalla
Monteiro segera mendapati bahwa menulis
adalah hidup Raimundo Arrunda
Sobrinho (foto: Canal 2)
|
Orang-orang
mulai berdatangan, sekadar mengenalnya lebih jauh, atau menaruh perhatian lebih
untuknya dengan membawakan sesuatu untuknya. Ia telah menjadi artis. Dan hari
silaturahmi keluarga yang terpisah pun kembali diwujudkan. Kebaikan hati Shalla
Monteiro berhasil menjangkau saudara Raimundo Arruda Sobrinho di Facebook.
"Setelah
57 tahun, saya akhirnya bisa menemukanmu.", ujar saudaranya dengan penuh
haru.
"Saat
saya sampai di 'Pulau', saya menemukan seorang laki-laki-di tengah sampah,
gembel, tanpa higiene apapun."lanjutnya. "Mengenali orang itu adalah
saudara saya, saya menyarankan untuk dia tinggal bersama saya."
Saudara
Raimundo juga menyampaikan bahwa seluruh saudaranya yang lain masih hidup, dan
Raimundo adalah satu-satunya yang masih hilang dan kini dapat melengkapi
kembali kekosongan di keluarga mereka. Bagi mereka, Raimundo bukanlah tamu,
tetapi bagian dari keluarga.
|
Raimundo
Arruda Sobrinho kembali berkumpul bersama keluarganya. (foto: Canal 2)
|
Dan
kini setelah puluhan tahun yang dilaluinya, Raimundo dan Shalla Monteiro akan
segera mewujudkan cita-cita Raimundo menerbitkan bukunya. Layak kita tunggu!
|
Shalla
Monteiro bersama Raimundo Arrunda Sobrinho (foto: Canal 2)
|
"Terkutuklah
orang yang menelantarkan diri sendiri."
Enam kata itu menunjukkan
Bahwa
situasi buruk apapun
Jangan
pernah sekalipun
Kita
menganggapnya sebagai kekalahan.
(Diceritakan
oleh Tricahyo Abadi pada Thursday, September 24, 2015)
(Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Thursday, September 24, 2015)