Minggu, 07 Februari 2016

Butau Gesea



Mitos Rakyat Rejang Di Lebong
Danau Tes dan sekitarnya serta masyarakat di Kotadonok, Lebong mempunyai cerita yang cukup banyak. Mulai dari legenda, mitologi, misteri dan peninggalan zaman purbakala, baik berupa megalitik maupun sisa-sisa sejarah masyarakat Rejang tempoe doeloe yang masih terbengkalai. Tapi, sangat diketahui oleh masyarakatnya. Salah satu adalah Butau Gesea (batu hampir atau nyaris, red). Kenapa dinamakan Butau Gesea?
Karena posisi batu yang permukaannya sekira lebar dan panjang satu meter kali dua meter itu sangat aneh. Batu yang besarnya (secara ukuran umum) mencapai sebesar mobil kijang kapsul lebih sedikit itu, kelihatannya hanya menempel sekian sentimeter saja bagiannya yang tertanam di tanah. Padahal, batu itu berada di lereng bukit yang terletak di Teluk Lem. Letak Butau Gesea berada beberapa meter di atas Srawung Dung Ulau Tujuak (gua ular kepala tujuh) yang terkenal itu. 
Letak persisnya bila di horizontalkan dari seberang Teluk Lem (Teluk Dalam) berada di seberang Pondok Lucuk (Rumah Runcing) tempat wisata di Kotadonok Kecamatan Lebong Selatan. Walaupun ukuran permukaan Butau Gesea itu tidak lebar dan normalnya hanya bisa muat sekitar maksimal enam orang duduk bersila. Tapi, kenyataannya permukaan batu itu mampu memuat lebih dari 20 orang di atasnya, tanpa berdesak-desakan. Itulah keanehan kalau tidak boleh kita menyebutkan suatu keajaiban. Biasanya, banyak orang berziarah ke Butau Gesea itu, terutama dari kalangan orang rejang yang tinggal di luar Lebong dan masyarakat dari etnis Tionghoa.
Cerita persisnya memang tidak ada. Tapi, semua masyarakat di sekitar Danau Tes, baik di Kotadonok, Tlang Ratau, Topos, Tlang Blau, Tanjung, Tabeak (Taba Anyar), Tran Tinging (Turan Tiging), Mubai, Tran Lalang (Turan Lalang) dan lainnya sangat mengenal cerita Butau Gesea. Masyarakat di Kotadonok mempercayai kalau Butau Gesea itu bukan batu sembarangan dan mempunyai nilai magisnya, apalagi di bawahnya di Teluk Lem di Danau Tes itu terdapat goa ular kepala tujuh yang cerita mitos maupun legendanya sangat tersohor ke berbagai pelosok. Selain itu, ada cerita lain di Teluk Lem itu, yaitu sering munculnya ikan mas besar berukuran sekitar lebar dan panjang tikea purun (tikar, red). 
Menurut ceritanya, jika ikan itu muncul dan terlihat oleh seseorang atau beberapa orang, dipercayai alamatnya adalah Danau Tes minta korban atau ada orang yang akan meninggal dalam waktu dekat di sekitar danau itu. Bahkan, sering berubah wujud menjadi sebatang kayu besar tanpa ujung ( sangat panjang ), ada pula yang mempercayainya sebagai perubahan wujud dari ular kepala tujuh itu sendiri. Jika Butau gesea itu dikelola oleh pemerintah dan dijadikan salah satu objek wisata, akan mendatangkan pendapatan daerah yang cukup besar, terutama mendatangkan pendapatan bagi masyarakat sekitarnya. Sampai saat ini, belum ada yang berani mengambil foto Butau Gesea itu. Sehingga dokumen fotonya masih kosong. Butau gesea itu nyata keberadaannya, bisa dilihat dengan mata dan bisa diraba. 
Di lokasi lain, di Tempat Taukem (Keramat Rukam) dulunya diyakini sebagai pusat salah satu kerajaan di Lebong terdapat pula benda purbakala berupa meriam besi dan peluru besinya berbentuk bundar sebesar kelapa. Masyarakat di Lebong sangat percaya kalau anak hasil zina yang datang ke sana dan mencoba mengangkat peluru besi itu. Pasti tidak akan bisa mengangkatnya. Tapi, kalau orang biasa (bukan anak hasil zina,red), besi peluru itu dengan gampang bisa diangkat. Peninggalan itu, saat ini masih ada dan berada di bukit sebelah kiri jalan menuju tes dari Kotadonok yang sekarang sudah ditumbuhi hutan pinus yang lebat. Bioa Tebet di dalam kamus lisan masyarakat Rejang, nama Danau Tes jarang dipergunakan, bahkan masih asing di telinga warga masyarakat khususnya masyarakat di Topos, Tlang Blau, Tanjung, Rimbo Pengadang, Bioa Sengok (Air Dingin), Tlang Ratau, Kotadonok, Tes, Taba Anyar, Turun Tiging, Mubai dan Turun Lalang.
Masyarakat Rejang di Lebong dan masyarakat Rejang di daerah lain hanya mengenal akrab nama Bioa Tebet. Nama Bioa Tebet (Bioa berarti air, sungai, kali dan tebet berarti dibendung, dam atau aliran sungai yang sengaja ditutup dengan maksud air aliran airnya bisa tergenang, kolam). Oleh karenanya, dalam bahasa Rejang mengenai ‘tebet’ ada tingkatannya. Misalnya tebet titik (bendungan atau kolam kecil), tebet lai (bendungan atau kolam besar). Tentang nama Bioa Tebet untuk Danau Tes dalam bahasa Indonesianya erat kaitannya cerita rakyat Rejang tentang Si Pahit Lidah (sering juga disebut dengan Si Lidah Pahit). 
Konon cerita, Bioa Tebet (Danau Tes) merupakan danau buatan secara sengaja dilakukan si Pahit Lidah dikarenakan kemarahannya atas tipu daya masyarakat Kota Donok terhadap dirinya. Sebenarnya masyarakat Kota Donok tidak menipu Si Pahit Lidah, melainkan untuk mencegah pekerjaan Si Pahit Lidah mencangkul kawasan di seberang Dusun Tes (dusun berarti desa dalam pemahaman orang Rejang). Kawasan yang dicangkul Si Pahit Lidah itu mulai dari Ujung Semapak pelabuhan perahu masyarakat Kotadonok dan kawasan wisata di Desa Kotadonok sampai Baten Daet seberang Tes, Taba Anyar dan Turun Tiging. Karena kekhawatiran masyarakat Kotadonok akan pekerjaan Si Pahit Lidah yang nantinya akan menenggelamkan desa mereka. Maka sepakatlah para anggota masyarakat dalam komunitas pengurus Kutei (Kutai, Desa) untuk bagaimana mencegah pekerjaan Si Pahit Lidah itu. Kalau dicegah dengan kasar, masyarakat takut akibatnya. Dicarilah solusi, sehingga Si Pahit Lidah mau menghentikan pekerjaannya itu. Solusi itu adalah dengan mengabarkan bahwa anak Si Pahit Lidah meninggal dunia.
Tentu saja kabar itu tidak dipercayai oleh Si Pahit Lidah. Akan tetapi, karena keuletan utusan dari masyarakat Kota Donok menyampaikan pesan kepada Si Pahit Lidah, akhirnya terucaplah kata dari mulutnya, “Anakku mati ya!”. Tentu saja, ucapan itu menjadi kenyataan dan sadar akan ucapannya yang pahit itu, Si Pahit Lidah marah kepada masyarakatnya. Kemarahannya itu ia lampiaskan dengan mengayunkan cangkulnya, lalu tanah yang ia cangkul dilemparkan ke aliran Bioa Tawen (Air Ketahun) di dekat Desa Tes. Tentu saja aliran sungai itu tertutup dan airnya tergenang. Itulah singkat cerita terjadinya Bioa Tebet (Danau Tes) yang merupakan danau terbesar di provinsi Bengkulu. 
Kawasan- Kawasan di Danau Tes Di Bioa Tebet itu, terdiri dari beberapa kawasan yang sangat dikenal oleh masyarakat Rejang. Kawasan- kawasan itu sebagai berikut: Pertama, Kawasan Teluk Lem Kawasan Teluk Lem oleh masyarakat dipercayai mempunyai cerita misteri yang angker. Karena, di situ ada gua yang konon dijadikan rumah Ular Kepala Tujuh. Letaknya berada di seberang areal wisata Pondok Lucuk. Di Teluk Lem, juga ada batu yang penuh keajaiban yang disebut dengan Butau Gesea (Batu hampir jatuh)
kedua, Jungut Benei Jungut Benei atau Tanjung Pasir merupakan pulau kecil dengan permukaannya hanya pasir. Pulau kecil itu tidak begitu besar dan letaknya berada di muara aliran Air Ketahun dengan Danau Tes (Bioa Tebet). Untuk mencapai Jungut Benei bisa dilakukan dengan naik perahu atau jalan kaki dari Tlang Macang terus ke Tanjung dan sampailah di Jungut Benei. 
Di Jungut Benei biasanya dimanfaatkan oleh satwa burung, seperti Blibis, dan burung sawah lainnya dan bagi masyarakat yang suka mencari ikan, Jungut Benei sering dijadikan tempat istirahat. Begitu pula bagi anak-anak atau remaja, dimanfaatkan untuk mencari ikan dan menjerat burung atau tempat bermain yang mengasyikkan. Apalagi di musim kemarau. Jungut Benei dikelilingi Bioa Tebet, Tawen Blau, dan Bioa Ketawen. Di daratannya ditumbuhi rumput selet (sejenis rumput yang tajam dan biasanya untuk makanan kerbau), pun dak (pohon dadak), peak (bambu air), bakung (enceng gondok) dan pun sagau (pohon rumbia). Dari Jungut Benei kita bisa memandang lepas ke arah Danau Tes sejauh mata memandang, dapat melihat bagaimana komposisi rumah- rumah penduduk di Desa Kotadonok dan Sukasari. Termasuk alam pegunungan di sekitarnya. Mengasyikkan sekali.
Gambar: Teluk Lem Daneu Tes

Ketiga, Bioa Tamang merupakan kawasan di muara Bioa Tamang yang berada di paling ujung rumah penduduk Desa Kotadonok (bukan ujung wilayah desa). Di kawasan ini, selain tempat masyarakat mencari ikan, ada jalan raya ke arah Tes yang mendaki. Seperti pendakian Tarahan di Lampung Selatan, Lampung. Daerah pendakian Bioa Tamang dulu terkenal angker, beberapa kejadian mobil yang terjun ke Danau Tes. Sekarang, nampaknya keangkeran daerah itu sudah jarang dibicarakan, karena, masyarakat di desa Kotadonok masih mempercayai bahwa kalau berada di sekitar Danau Tes jangan bicara Takabur. Keempat, Muara Bioa Putiak kawasan ini berada di wilayah Desa Tes yang terdiri dari hutan Peak (bambu air) dan rawa. Di daerah ini, juga sangat subur untuk lahan pertanian padi sawah. Jika melintasi kawasan ini, dapat dilihat areal persawahan penduduk Kotadonok dan Tes. Di muara Bioa Putiak itulah konon cerita adanya Siamang Bioa yang suka menganggu penduduk naik perahu di kawasan muara sungai tersebut.
Kelima, Jungut Mutung kawasan Jungut Mutung itu berada di seberang pulau pasit atau dikenal dengan Jungut Benei. Daerah itu masih menyatu dengan kawasan Teluk Buluak yang dianggap masih angker karena beberapa satwa liar yang berada di kawasan tersebut. 
Jungut Mutung merupakan pinggir Danau Tes yang sedikit menjorok ke tengah dan tanahnya terlihat merah. Pinggiran Jungut Mutung itu sering dimanfaatkan penduduk untuk mencari ikan, terutama di malam hari. Keenam, Tawen Blau Tawen Blau merupakan anak Danau Tes yang berada di kaki Desa Kotadonok. Air Tawen Blau selalu berwarna kuning, sekelilingnya dipenuhi tumbuhan rawa atau air seperti pohon peak, rumbia dan di Tawen Blau itu tempat bermuaranya beberapa anak sungai atau setidak-tidaknya empat anak Sungai, di antaranya Bioa Pacua Telai, Bioa Ujung Semapak dan lainnya (belum diketahui namanya, hanya orang menyebut bioa tik (air atau sungai kecil). Konon cerita di kawasan Tawen Blau ada seekor binatang yang menunggu, yaitu Buai Kotong (buaya yang ekornya putus). 
Buaya itu dipercayai bersarang di bawah pepohonan peak yang berada di kawasan kuburan umum desa Kotadonok. Ketujuh, Ujung Semapak Ujung Semapak boleh jadi sebagai kawasan pelabuhan (untuk perahu) masyarakat Kota Donok yang memanfaatkan potensi Danau Tes. Rumah-rumah penduduknya sebagian berada di atas permukaan air Danau Tes yang ada di pinggiran. Berupa rumah- rumah bertiang tinggi. Di Ujung Semapak itu setiap pagi atau sore dapat dilihat puluhan bahkan lebih perahu yang ditambatkan, juga jaring-jaring yang dijemur atau peralatan penagkapan ikan lainnya milik warga dijemur di pinggir air Danau Tes.

Y-Brigade



Opgericht            : 15-06-1946 te Leeuwarden
Vertrek Indië     : 20-02-1947 a/b "Kota Inten"
Aankomst Indië                : 26-03-1947 Batavia
Toegevoegd aan:T.T.C. Zuid-Sumatra
Ingedeeld bij     : Y-Brigade
Actiegebied(en):  Praboemoelih, Lahat, Pendoppo, Tebing-Tinggi, Benkoelen
Commandant    : Kapt. Kampman   15-06-1946/-11-194,  Kapt. K. de Boer -11-194/1948, Kapt.B.
Warner -1948/07-03-1950
Gerepatrieerd   : 06-02-1950 a/b "Atlantis", 07-03-1950 aankomst Amsterdam
Omgekomen     : 3 man
De AAT viel onder de Verpleging en Transportdienst (VTD). De centrale leiding berustte bij het directoraat van de VTD. De regionale leiding was in handen van de Territoriaal Verpleging en Transportofficier (TVTO). De leiding bij de eenheden berustte bij de verpleging en transportofficier (VTO) van de AAT. 16 AAT, gevormd uit OVW'ers, bestond uit vijf pelotons t.w. 1 stafpeloton, 1 werkplaatspeloton en 3 transportpelotons. In het stafpeloton waren o.a. ondergebracht, de fourier, betaalmeester, koks, motorordonnansen, administratie en het transpportbureau, waar de transportofficieren alle transporten regelden en de verantwoording hadden van de BOS Het werkplaatspeloton verzorgde alle reparaties en het onderhoud aan de voertuigen. De transportpelotons werden voornamelijk ingezet in het 2e lijntransport. Dit hield in, het transport van levensmiddelen, munitie, brandhout, bouwmaterialen, BOS-producten etc. van de Verbruiks en Levensmiddelen magazijnen (V.L.M.n.) naar de aanvullingplaatsen en voor het transport van de troep bij acties en andere verplaatsingen. Dit werk was beslist niet zonder gevaar. Voortdurend was er de dreiging van sluipschutters of voor mijnen en 'trekbommen'.
Na aankomst te Batavia werd 16 AAT gelegerd in het Transitcamp  bij Tandjong Priok. Op 3 en 6 april werd 16 AAT overgebracht naar Palembang op Zuid Sumatra. In Batavia bleven 120 man achter. Hiervan werden ongeveer 70 man ingedeeld bij 4 AAT (G-peloton). De overigen werden ingedeeld bij de 7 Dec.Divisie. In Palembang werd 16 AAT, dat bestond uit het stafpeloton, het werkplaatspeloton en het A-peloton, gelegerd te Charitas en de kampong Kebon Doekoe. Het in Palembang gelegerde 24 AAT, bestaande uit KL en KNIL, werd als B-peloton toegevoegd. Het materiaal van het A-peloton bestond uit enkele oude "Jappenwagens", een waterwagen en een 15cwt. De werkplaats beschikte over weinig middelen en gereedschappen. Geleidelijk kreeg 16 AAT meer en betere wagens en middelen tot haar beschikking.  Op 5 juni arriveerden de 50 man ex 7 Dec.Divisie te Palembang en vormden het C-peloton. Op 28 juni werd het C-peloton op voertuigen van de M.T.D in groepen gedetacheerd bij diverse onderdelen. Op 20 juli werd op de zuidoever van de Moesi te Bagoes Koening het B-depot AAT opgericht. Te Palembang werd het A-depot AAT opgericht.

Tijdens de 1e politionele actie, op 21 juli 1947, was 16 AAT ingedeeld bij de aanvalscolonnes naar o.a. Praboemoelih en Lahat. Na de 1e politionele actie hervatte 16 AAT weer haar normale werk. Op 22 augustus werd de spoorbrug op het traject van Praboemoelih naar Moeara Enim vernield, waarna 16 AAT de bevoorrading voor M. Enim verzorgde. Uit het A en B-depot AAT werden 35 man onttrokken en werd het C-depot opgericht te M. Enim. Tussen 23 en 25 september arriveerde het G-peloton te Palembang en loste het de voor het grootste deel bij het B-peloton verblijvende mannen van 24 AAT af. Het A, B en C-depot werden opgeheven. Het nieuw gevormde B-peloton werd gelegerd te Praboemoelih, Bagoes Koening en Palembang. Het A-peloton was geheel gelegerd in Palembang. Geregeld werden er secties tijdelijk gedetacheerd bij de infanterie zoals o.a. te Rasowan, Lahat, Sekajoe, Pendoppo en Karang Waroe. Tijdens de 2e politionele actie, op 30 december 1948, trok 16 AAT mee op naar Tebing Tinggi  en Benkoelen. Na de actie was 16 AAT o.a. gedetacheerd te Loeboek Linggau, Tjoeroep, Kepahiang en Pagaralam. In dit gebied bleef 16 AAT gelegerd tot aan de repatriëring.

Pidana Politik Dalam Sinetron Klasik Indonesia


Oleh Naim Emel Prahana

ANDAIKAN Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkejut mendengar putusan majelis hakim tentang vonis terhadap Gayus ’makelar’ Tambunan dengan pidana 7 tahun dan denda Rp 350 juta. Maka, hampir seluruh rakyat Indonesia tidak terkejut sama sekali. Sebab, sudah lama diduga akan berakhir seperti itu, walau masih banyak kasus Gayus lainnya menunggu giliran diputar di stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia bak serial sinetron.

Seagai pemeran utama dalam film drama hukum, Gayus Tambunan merupakan pemain kontroversial. Karena naskah drama yang ditulis sutradaranya atau penulis naskahnya banyak yang tidak sesuai dengan adegan-adegan yang diputar selama proses penyidikan dan proses persidangan kasus makelar pajak itu. Sebagai pemain utama, Gayus patut diacung jempol. Penampilannya yang dingin, ceria dan lincah memaksa banyak pemirsa mematikan chanel televisinya ketika sinetron Gayus Tambunan diputar.

Film sinetron Gayus mengandung item-item keuangan negara itu, mampu menghipnotiskan ratusan juta rakyat Indonesia dengan jumlah uang yang ia peroleh serta jumlah aset Gayus yang tersebar di banyak tempat dengan aneka ragam usahanya. Nilainya ratusan miliar rupiah. Bukankah nilai yang sangat fantastis untuk PNS golongan III seperti Gayus itu?

Namun, dalam sinetron atau film di Indonesia, tidak ada yang kontroversial, semua bisa dibuat sedemikian rupa. Walaupun tidak didukung oleh teknis pembuatan film yang memadai. Artinya masih kasar betul. Akan tetapi, cara melakukan perbuatan yang kasat mata itu pun tidak mampu dideteksi secara baik oleh sistem penegakan hukum Indonesia dan tidak mampu diterjemahkan ke dalam ranah hukum secara murni oleh aparat penegak hukum.

Film sinetron Gayus itu mempunyai durasi yang cukup panjang dan melelahkan bagi pemirsa yang menontonnya. Pasalnya, Gayus begitu hebat tampil di depan publik sebagai ciri-ciri orang yang mempunyai uang banyak. Kita dapat melihat sosok yang sama seperti yang ditampilkan oleh Anggodo Widjaya, Arthalina Suryani alias Ayin, Aulia Pohan (besan SBY) dan kasus hukum lainnya yang punya nilai tersendiri dalam kancah penegakan hukum di Indonesia.

Sangat beralasan jika banyak yang mengusulkan secara bercanda, agar Gayus Tambunan diangkat saja menjadi salah satu Menteri di Kabinet Indonesia Bersatu ke II atau ke III. Dengan diangkat Gayus sebagai Menteri, maka diproyeksikan Gayus mampu menggali potensi pajak. Baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dan, sinetron Gayus Tambunan pasti akan berakhir, sebgaimana kasus Bank Century—yang untuk diperbincangkan saja di tingkat Pansus DPR-RI sudah menelan biaya sekitar seratus miliar rupiah.

Prototype Gays di depan publik, lagi-lagi luar biasa. Dengan gagah dan tegar, sorot matanya tajam menatap para aparat penegak hukum dan siapa saja yang ditatapnya menunjukkan bahwa Gayus sudah mampu membaca proses penegakan hukum di Indonesia. Artinya ia mampu melihat, semua kasus akan bisa diakhir dengan uang dan politik ”adu domba”.

Tim juri lomba sinetron ketika menilai serial sinetron Gayus Tambunan masing-masing terpana melihat alur cerita sinetron Gayus itu. Apalagi ketika dihadapkan dengan Gayus Tambunan. Deretan bayangan uang miliaran rupiah di sekeling Gayus membuat tim juri (aparat penegak hukum) silau. Sulit mengeluarkan kata-kata hati hukumnya, sulit mengatakan kebenaran yang seadil-adilnya, sulit untuk memutuskan sanksi apa yang harus diberikan kepada pemeran utama sinetron Gayus Tambunan itu. ”Berharap, berharap, berharap dan banyak berharap!” kepada Gayus.

Gayus sudah pasti menjadi pahlawan bagi para koruptor di Indonesia, terutama yang belum tersentuh oleh sentilan hukum. Dan, Gayss pun mampu mengobok-obok ranah politik. Ia mampu memainkan peran sebagai gladiator politik dan kemampuannya untuk memasukkan kasus hukumnya ke dalam ranah politik. Bukankah itu luar biasa? Gayus sudah menjadi milyader baru di Indonesia, tanpa berusaha keras ternyata orang Indonesia mampu mengeruk keuntungan luar biasa. Itulah Gayus dan Gayus lainnya di Indonesia.

Mungkinkah sinetron hukum Gayus Tambunan akan memperoleh award diajang film Internasional? Yang mampu membuktikan bahwa Indonesia benar-benar negara terkorup di dunia dan hukumnya dapat diatur sedemikian rupa, yang penting ada uang. Maka, vonis 7 tahun bagi pemeran utama kasus ”makelar kasus” Gayus Tambunan tidak ada artinya jika dibandingkan harta kekayaan Gayus yang gemah ripah loh jinawi itu.

Jika ia ke luar dari pemnjara, maka Gayus tetap berleha-leha. Ia akan mencalonkan dirinya sebagai anggota legislatif tahun 2014, atau ia akan menjadi calon gubernur suatu daerah miskin di Indonesia atau belum ke luar dari penjara ia suah ditawari kedudukan sebagai staf akhli presiden SBY. Di Indonesia tidak ada yang tidak bisa diatur.

Aktor Sang Aktor GayusT



 Oleh Naim Emel Prahana*

SANG Aktor terpopuler sepanjang tahun 2010 sampai sekarang tidak ada pilihan lain, kecuali jatuh ke sosok Gayus Tambunan. PNS yang bekerja di Ditjen Pajak di Jakarta yang mampu menambah kemelut dan krisis perekonomian dan politik maupun penegakan hukum di Indonesia. Sejauhmana kehebatan Gayus Tambunan (GayusT) di antara 250 juta penduduk negeri ini?

Sebagai seorang aktor dalam film Markus. GayusT bukan hanya aktor berdarah dingin, tetapi ia juga mampu bertindak sebagai aktor yang memainkan peran politik di tengah kasus-kasus hukum yang melilitnya, bahkan melibatkan para tokoh untuk berdiri di belakangnya. Tidak banyak resep yang dipakai GayusT. Simple, sederhana dan psikologis.

Pengalaman GayusT ketika filmnya diputar di Pengadilan Negeri Tangerang (PN) membuatnya lebih pintar 100 X dari potensi dasar yang ada dalam diri GayusT. Ia memungsikan semua otaknya, kiri dan kanan berfungsi dengan baik. Semuanya terbangkit ketika ia mampu mengeruk keuntungan luar biasa dari statusnya sebagai mediator alias makelar kasus (Markus).

Kemudian, GayusT berupaya, berusaha dan nyatanya berhasil menyuap hakim di PN Tangerang dan ia lolos. Rangakaian penyuapannya, tidak hanya di majelis hakim PN Tangerang, akan tetapi ia meruntuhkan idealisme beberapa polisi di Mabes Polri Jakarta. Semuanya berhasil dengan baik. GayusT kembali beroperasi tanpa gangguan apapun. Sebab prinsip pemeliharaan orang miskin di Mabes Polri menjadikan ia lebih didominasi oleh karakter penjahat ’koruptor’ kelas megametropolis.

Sang aktor GayusT telah merubah perjalanan penegakan hukum di Indonesia. Kendati secara sepakat nasional pembuktian terbalik dalam penegakan hukum sudah mulai diterapkan. Namun, GayusT menjadi tokoh dalam sinetro berjudul ”Hukum Pidana Indonesia”. Siapa sutradaranya, siapa editornya, siapa pengisi suaranya, siapa dan siapa di balik melankolisnya penegakan hukum di Indonesia.

Memang berbeda antara aktor dengan figuran. Bukan hanya soal honor, tetapi pelayanan pun begitu berbeda, sampai-sampai penampilan karakter sang aktor dengan figuran. Jauh-jauh sekali berbeda. Perbedaan terakhir terjadi, manakala vonis majelis hakim terhadap sang aktor yang memiliki harta kekayaan mencapai ratusan miliar dengan figuran yang hanya memiliki gubuk reyot dengan susah payahnya mencari makan dan minum.

Itu suatu kewajaran. Di mana jika kita punya kedudukan atau harta benda yang melimpah, apapun bisa dilakukan. Apapun dapat dijungkir balikkan dengan polesan para pemburu harta kekayaan yang mungkin terdiri dari jaksa, hakim, pengacara atau siapa sih yang ada di belakang sang aktor. Apakah benar seorang sutradara kaliber kelas internasional? Semua bisa terjadi di sini, jangan heran. Seorang bupati saja yang jelas-jelas sudah ditetapkansebagai tersangka, kemudian dinaikkan grid statusnya menjadi terdakwa, kemudian dinonaktifkan oleh Mendagri dari jabatannya. Itu pun masih dapay merlolooskan diri dengan terbahak-bahak sambil menginjhak-injak KUHP dan hukum lainnya. Atau seorang tokoh swastawan yang memiliki harta kekayaan yang banyak, royal kepada siapapun, juga mampu menjungkir-balikkan ’korban’nya. Padahal, korbannya itu yang harus dimenangkan oleh pengadilan. Tapi, apa yang tidak bisa dijungkir-balikkan di Indoensia.

Sang aktor rupanya berkaitan dengan banyak pimpinan Nasional, sampai-sampai heboh vonis 7 tahun diupayakan untuk pengalihan perhatian publik dengan 7 tahun gaji presiden tidak naik-naik!!

Sayang memang, kenapa sistem penjajahan masih dianut di Indonesia. Media dunia maya yang telah mendongkrak populeritas teraniayai korban Rumah Sakit Internasional OMNI via facebook. Ternyata, kini sudah mampu dihadang oleh penguasa dan pengusaha. Sehingga teriakan-terikan seperti ”Kami Tidak Setuju Aset Negara Dijual Kepada Asing”, atau ’Raport SBY yang Selalu Merah” dan seterusnya itu, sekarang hanyalah ocehan belaka. Tidak ada makna, gaung atau perhatian dari sipapaun, selain jadi guyonan antar facebookers.

Populer dengan cara tidak populer belakangan ini sering menjadi acuan oknum-oknum yang tidak mempunyai jiwa nasionalisme yang kental. Tidak pernah menyanyikan lagu Indonesia Raya, kecuali menghitung uang dan harta kekayaan dengan para kroni, sindikat dan depcolectornya.

Jika sang aktor GayusT dengan timbunan pidana yang luar biasa hanya divonis 7 tahun. Niscaya Gayus-GayusT lainnya akan muncul dan akan menjadi berani lebih berani lagi. Sebab, mereka akan beralasan, bahwa GayusT yang kesalahannya mencakup Sabang sampai Merauke, kenapa kami tidak bolh melakukan hal yang sama? Itulah yang disebut dengan preseden buruk vonis terhadap sang aktor GayusT.

Hal itu akan berbeda dengan vonis pencuri sendal jepit yang rata-rata di atas 12 bulan. Padahal, harga sebuah sendal jepit, atau seekor ayam, sebuah semangka, satu tandan pisang atau satu langkah memasuki ruah pengusaha bagi rakyat kecil. Pasti dan pasti vonisnya akan lebih berat daripada sang aktor GayusT.

Aktor lainnya dalam dunia film atau sinetron, juga sama dengan sang aktor GayusT. Masalah narkoba, hukumannya hanya beberapa bulan. Paahal, jika seorang penganggur yang mengedarkan 1 butir ineks, hukumannya bisa 18 bulan. Astaqfirullahal adzim.

Hukum pidana untuk sang aktor ternyata lebih manusiawi dibandingkan dengan hukum pidana untuk para figuran (rakyat biasa). Di mana letak perbedaaannya? Ya, tentu ada pada banyak atau tidaknya harta kekayaan yang dimiliki para pemain sinetron itu. Sendiri. Jika kita tak punya harta benda yang bisa dibagi-bagikan pada saat terlilit kasus, maka janganlah membuat langkah-langkah yang menjadi jebakan untuk memasuki pintu penjara. Tapi, jangan takut penjara atau sekarang namanya Lembaga Pemasyarakatan (LP/Lapas), sudah bukan rumah yang menakutkan. Tetapi menjadi rumah yang menyenangkan. Kapan mau ke luar, berikan uang, kapan mau berdagang narkoba, banyak-banyaklah upeti dengan petugas LP atau kalau mau kabur, tinggal atur waktunya dengan penjaga LP. Lengkap kan peranan sang aktor dalam penegakan hukum di Indonesia? . (penulis penikmat masalah sosial dan budaya)

“Sumpah Timah dan Air Panas” Syirik Modern Terkutuk


Oleh Naim Emel Prahana

BILA dikatakan sekarang manusia semakin maju, berpikir dan berkehidupan. Ternyata benar! Tetapi, di balik kemajuan yang dicapai itu, ternyata manusia disaat ini semakin mundur pola pikirkannya tentang kehidupan itu sendiri. Sudah tahu tetapi pura-pura tidak tahu, sudah beragama tetapi msih berbuat dosa dan melanggar norma-norma agama. Yang terdekat yang sering dilakukan adalah perbuatan syirik, pengkianatan terhadap hati nurani, pengingkaran janji dan sumpah. Dan, melawan kodrat alam, termasuk merekayasa firman-firman Allah dan sunah-sunah Rasul-Nya.

Sebenarnya kita tidak bingung menghadapi fenomena demikian. Membaca dan mehamai Alquran telah memberikan petunjuk kepada kita tentang mbalelonya manusia, pengkhianatan, pengingkaran dan perekayasaan manusia terhadap perbuatan-perbuatannya. Boleh jadi hal itu terjadi setiap hari di lingkungan kehidupan kita saat ini. Seorang pejabat yang sudah bergelar haji, bahkan sudah beberapa kali naik haji menuntaskan pelaksanaan rukun Islam pada dirinya. Ternyata dengan wajah tanpa dosa, dengan kata-kata tanpa menyesal, masih sering melakukan sumpah atas nama Tuhan ketika ia membela perbuatan korupsinya, perbuatan penyelewengan tugasnya dan perbuatan amoral, asosial dan anti kejujurannya.

Kenap asih masih demikian, sedangkan predikat, status dan harta kekayaan sudah digenggam semua. Seperti halnya banyak insan pendidikan alias guru yang berbuat tidak senonoh. Pengertian, pemahaman dan penyadaran diri terhadap predikatnya sebagai guru, dibuang begitu saja, ketika nasfu birahainya memuncak. Selalu memerankan tokoh yang antigonis (berlawanan). Betapa banyaknya seorang guru pria menjalin hubungan gelap dengan guru perempuan yang diperoleh dengan cara-cara tidak normal, yaitu menggunakan—meanfaatkan jasa dukun, paranormal ata “orang pinter”.

Semua yang dilakukannya itu, hanya ingin mendapatkan seorang guru wanita yang sudah punya suami. Astaqfirullahalazim. Apa yang dikenal sepanjang masa tentang guru adalah orang yang patut—pantas ditiru, digugu, dirindukan perbuatannya di tengah kehidupan. Ternyata, sekarang sudah tidak pernah terlihat lagi. Bermain dengan handphone (HP), mengusik ketentraman keluarga orang lain dengan short mesage service (SMS) yang menggelar-glegar berisi kata-kata, “say, lagi apa yanng...!”, lalu si guru perempuan yang sudah punya suami, pada saat di dalam kamarnya, dan suami berada di ruang tamu. Si guru perempuan itupun menjawab, lagi tidur-tiduran. Maka si guru laki-laki tadi mengirim lagi sms dengan isinya, “ yo tak bobokin..” atau dengan bahasa dan kata-kata ABG lainnya.

Tanpa memikirkan akibat, tanpa merasa berdosa mengganggu isteri orang atau mengganggu suami orang. Kebanyakan insan pendidikan, khususnya di daerah (bahkan di kota), membuat inovasi baru tentang predikat guru. Dari yang digugu dan ditiru menjadi diburu dan dicumbu raya. Padahal, mereka telah mengikuti berbagai jenis pendidikan dan latihan (diklat), mengikuti berbagai pembekalan dan mengikuti berbagai training, termasuk masalah ESQ dan sebagainya. Pakaian ibadah sekarang ii bukan lagi merupakan lambang kesucian atau kejujuran dan kebaikan. Tetapi, sudah menjadi trend pakaian. Hanya trend. Moralitasnya tidak sebagus busana yang mereka kenakan setiap hari di sekolah atau di tengah masyarakatnya.

Termasuk juga para PNS, yang di kantor jika datang waktu sholat mereka sholat, bicaranya sopan dan santun. Tetapi ketika menghadapi musibah seperti pencurian di kantor. Lalu menggunakan pola pikir atheisme! Pola pikir yang menggunakan jasa dukun untuk menuduh, menentukan, menetapkan, dan memastikan kepuasan bathin terhadap pencuri di kantornya. Ketika dikasih saran, kalau benar merasa tidak bersalah dan memang benar terjadi pencurian. Kenapa tidak pakai sumpah dengan Alquran saja? Lalu ia menjawab, saya nggak mau, karena nggak pasti. Saya maunya sumpah menggunakan air panas dan timah panas yang direbus dalam kuali.

“Bagi siapa yang mencuri uang saya, ketika ia celupkan tangannya ke air panas dan di atas timah panas dalam wajan (kuali) maka tangannya akan melepuh. Bila itu terjadi, maka dialah si pencurinya!” katanya dengan yakin dan pasti ajaran dukun itulah yang pasti, bukan janji dan kekusaan Allah SWT. Astaqfiruyllahal azim!  Fenomena kekafiran, kesyirikan apa lagi yang dibuat oleh manusia modern, manusia berstatus pejabat, PNS ata guru dewasa ini?

Mereka semua lupa dan sangat lupa, bahwa dukun, paranoirmal atau orang pinter tidak akan mampu memberikan rezki kepadanya. Tidak akan mampu memberikan kehidupan setelah kematian. Tidak akan mampu melindunginya dari musibah, peristiwa alam dan atau menyembuh penyakit secara permanen. Seorang dukun tidak akan mampu menyelematankan seseorang dari kecelakaan pesawat terbang atau kecelakaan tabrakan kendaraan umum yang ditumpangi.

Kenapa? Kenapa karena ingin memuaskan hati, ketika kehilangan uang yang dia sendiri belum tahu hilangnya di mana, apakah di kantor tempat ia bekerja, apakah di rumah atau apakah memang ia lupa, bahwa uang yang dikatakan hilang itu sebenarnya tidak hilang, tetapi sudah dibelanjakan atau memang lupa disimpan dimana? Kenapa harus menuduh sekian puluh orang pegawai se kantornya—dengan tuduhan diantara mereka adalah pencuri. Oleh sebab itu, digunakanlah “sumpah air dan timah panas” sebagaimana diajarkan oleh seorang dukun.

Seharusnya, sebagai umat beragama, ketika kita mengalami suatu musibah; katakanlah kehilangan uang. Kita harus istiqfar, kita harus menyadari, mengevaluasi dan mengoreksi diri tentang apakah harta atau uang yang hilang itu kita dapat melalui jalur yang benar atau istilahnya kita dapat melalui jalur panas dan dingin! Sebelum menuduh orang lain, sebaiknya kita membersihkan dulu hati dan pikiran kita. Hal itu bukan berarti kita tidak percaya dengan hal-hal yang ghaib sebagaimana Rukun Iman. Percayakepada yang ghaib harus ada pada diri kita sebagai manusia yang hanya mengabdi kepada Sang Pencipta.

Artinya, kalau kita selalu syirik dalam kehidupan kita, sedikit-sedikit persoalan lari ke dukun, paranormal atau orang pinter. Tetapi, syirik pribadi kita itu jangan dibawa ke kantor atau ditularkan ke muka umum (masyarakat). Sebab, dosa kita tidak bisa dipindahkan ke orang lain, demikian pula sebaliknya, termasuk pahala kita. Hanya doalah yang dapat memberikan kekuatan lahir dan bathin dalam kehidupan. Doa itu ditujukan kepada Sang Fatharah.

Melakukan “sumpah timah dan air panas” di dalam wajan adalah perbuatan syirik, jika itu dilakukan, maka selama 40 hari amal ibadah kita menjadi blank—tidak diterima oleh Allah SWT. Percuma kita suntuk jungkir balik sholat, tapi masih melakukan perbuatan syirik!

Rabu, 03 Februari 2016

BERTETANGGA YANG BAIK



Catatan Kehidupan Sosial
Oleh Naim Emel Prahana

Kehidupan bertetangga yang kurang memahami satu sama lain, sering menimbulkan gejolak tertentu yang mengakibatkan putusnya hubungan silaturrahmi dan hubungan interaksi sosial lainnya. Walaupun saat ini bisa dipercayai bahwa setiap rumah penduduk, penghuninya memiliki alat komunikasi yang disebut dengan handphone (HP) atau telepon genggam. Dengan alat komunikasi itu setiap orang bebas melakukan kontak, walau tidak harus berhadapan fisik.
Namun, sampai pada kenyataannya alat komunikasi itu sangat berpengaruh terhadap tingkah laku sosial masyarakat. Salah satunya adalah mengakibatkan kehidupan bertetangga tidak harmonis, tidak nyaman, tidak tentram dan tidak tertib. Untuk mengatasi hal itu ada beberapa tip kehidupan bertetangga yang sederhana dan baik untuk dilakukan. Tips tersebut antara lain adalah:
1.      bertetangga itu harus ikhlas, sabar dan saling memahami;
2.      bertetangga itu harus saling menghormati satu dengan lainnya;
3.      bertetangga itu sangat dibutuhkan tegur sapa, sopan santun, beretika dalam pergaulan;
4.      hindari hidup bertetangga dengan selalu memamerkan harta kekayaan, status sosial dan kekuasaan;
5.      hindari hidup bertetangga harus saling berkomunikasi dan berinteraksi fisik secara langsung sesuai kesempatan waktu yang dimiliki;
6.      hindari dalam bertetangga itu memberikan informasi tentang tetangga lainnya yang kurang baik, kendati memang ada sesuatu peristiawa atau kejadian yang menimpa tetangga tersebut;
7.      jika memiliki kendaraan (mobil dan motor) ke luar masuk kampung harus dengan sopan santun, menghargai waktu tetangga yang sedang istirahat atau selalu menghargai tetangga yang ada di pinggir jalan ketika mengendarai keandaraannya ke luar masuk kampung.

INTERAKSI KEHIDUPAN SOSIAL



File Kehidupan
Catatan Naim Emel Prahana

Tradisi kehidupan masyarakat sehari-hari di suatu wilayah pemukiman, bisa di wilayah Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Lingkungan (LK) bagi seseorang atau sebuah keluarga anggota masyarakatnya dalam interaksi sosial sangat dibutuhkan ketenanan, kedamaian, kenyamanan dan ketertiban maupun keamanan. Semuanya merupakan rangkaian denyut rasa dalam berinteraksi sosial sehari-hari. Saat ini di tengah masyarakat telah terjadi perkembangan yang luar biasa tentang “arti kehidupan bertetangga”
Pertama—Sebagian warga di suatu tempat menganggap kehidupan bertetangga itu memegang prinsip “Kamu, kamu. Saya ya saya” kemudian mereka membuat pembatas-pembatas hubungan interaksi sosial secara kasat mata, seperti kebanyakan bangunan rumah di kota (yang sudah menjalar ke kampung dan desa) membangun tempat tinggal dengan memagar bangunan rumah dengan pagar tembok yang kokok sekeliling bangunan rumah.
Akibatnya, akses hubungan ke rumah tetangga sebelah kiri kanan, dengan belakang tertutup sama sekali. Kegiatan-kegiatan di dalam rumah yang dikelilingi tembok tinggi sulit diketahii, ada apa? Mereka berhubungan dengan warga atau keluarga tetangganya kebanyakan didasarkan kepada pola hidup materialisme yang berkembang begitu cepat di tengah masyarakat sekarang ini.

Kedua—Sebagian masyarakat yang tingkat kesejahteraan dan ekonomi keluarganya masuk dalam kategori warga menengah ke bawah melatar-belakangi hubungan interaksi sosial mereka dengan filosofi ‘keguyuban’. Kelompok masyarakat kebanyakan ini masih memiliki sifat karakter kehidupan mereka dengan saling menghormati, saling memberi dan menerima, saling membantu dalam semua aspek kehidupan dan akses informasi tentang kejadian, peristiwa atau kegiatan mudah diketahui oleh satu warga dengan warga lainnya. Mereka berhubungan tidak didasarkan sifat materialisme.

Dari dua komunitas sifat dan karakter masyarakat kita dewasa ini seperti di atas itu, dalam meresponnya perlu kebijakan-kebijakan yang normal dan untuk mencegah terkotak-kotaknya hubungan kehidupan dalam interaksi sosial selanjutnya. Informasi lisan dalam hubungan interaksi sosial masyarakat secara lisan sangat cepat berkembang dan menjalar sedemikian rupa antarwarga. Jika tidak ada filterisasi penerimaan informasi atau ‘isu’, sangat terbuka kemungkinan terjadinya misunderstanding sesama warga masyarakat tersebut dan jika salah informasi, maka akibatnya cukup fatal. Terutama akan semakin kokohnya hidup individualisme dan materialisme di tengah masyarakat kita. Bahkan, satu sama lain hidup ibarat segerombolan srigala yang senantiasa mengintai, memanfaatkan kesempatan dalam keadaan seperti itu, untuk menelan anggota masyarakat lainnya yang dianggap sombong, angkuh, sok, sewena-wena berkomunikasi edan lainnya. Bisa jadi, ada rencana tertentu untuk merusak tatanan hubungan masyarakat yang ada dengan penyelewengan-penyelewengan norma-norma agama, sosial, susila, adat istidat maupun tradisi guyub.

KABAR MALAM INI



 --untuk seorang kekasih

Nafasku menghela nafas
Menggamit suasana malam
Di tengah peradaban gelap
Kucatat namamu berulang
Kupanggil

Engkau sudah tidur sayang
Engkau sudah melewati lelah
Yang melelah di sekujur tubuhmu
Aku bergurau dengan waktu
Malam yang sangat setia
Menunggu pergantian rindu waktu

Engkau sudah bermimpi manis
Ada sebuah telaga dan air terjun di dalamnya
Aku sendiri sering memimpikannya
Sejuk, sepoi dan penuh gairah

KABAR MALAM INI
--untuk para dukun

Kau racik order manusia dajjal
Meremas-remas kembang tujuh macam
Mulutmu yang tak pernah diam komat kamit
Kau tantang Tuhan semesta alam
Dengan mengguna-gunai orang diam
Hanya karena order binatang jalang
Berselimut di wajah mereka yang malang
Selalu membawa benci, dendam, geram
Selalu ingin membuat orang lain karam

Tidurlah wahai dukun malam
Kembalilah ke jalan yang benar
Jalan yang diridhoi oleh-Nya
Tinggalkan order manusia dajjal
Pergilah mandi di sungai tentram.
Sebab azab Tuhan akan lebih dahsyat
Jika kau tetap menjadi dukun.


KABAR MALAM INI
--untuk para iblis

Walau Tuhan mengizinkan kalian
menggoda anak Adam
aku tak takut, biar matamu merah
tubuhmu seberat gunung bebatuan
aku takkan memejamkan mata memandangmu
biarlah kalian tak enyah dari sisiku
aku enyahkan bisikan kalian

tidak ada persahabatan antara kita
apalagi penandatanganan MoU
atau kontrak kerja ke luar negeri
tidak, itu takkan aku lakukan

malam ini
malam beribu malam kalian ganggu aku
ganggu yang lainnya yang sedang lemah
malam yang penuh tantangan bagiku
engkau atau aku yang tersingkir

pikirkanlah karena doaku mengalir
karena wiridku selalu menuju dari kalbu
ke singgasana Tuhan sang pencipta alam semesta
tempat aku menaruh sauh rindu kehidupan ini.


KABAR MALAM INI
--dialog

Seperti malam sebelum ini
Kau selalu bertanya kepadaku
“apakah kamu belum tidur?” katamu
“belum,” jawabku
“Apakah kamu sudah makan?” tanyamu
“belum,” jawabku
“Apakah kamu lagi susah?” tanyamu
“tidak,” jawabku
“Apakah kamu dianaiyai orang?” tanyamu
“(aku terdiam.....aku diam....aku terpaku),”
“Kenapa engkau diam?” tanyamu
“................” aku tak menjawab
“Kenapa kau tak menjawab?” tanyamu
“..................” aku tak menjawab
“Kenapa kamu ini?” tanyamu
“aku?” aku balik bertanya
“Ya, kamu?” tanyamu
“aku?” kataku lagi dalam hati.
Lalu engkau berkata lagi
“Ya kalau begitu, berpikirlah selagi malam
  Pergilah ke suasana damaimu dalam hati,
  Berikanlan bingkisan kepada nuranimu,
  Dan berpikir di malam hari
  Adalah zikir yang mengalir,
  Juga doa-doa yang didengar Malaikat,
  Gunakanlah waktu kau tak tidur malam
  Untuk berdialoh dengan Sang Khaliq...!” katamu
Akhirnya...
Kuingat dosa-dosaku
Tergambar salah perbuatanku
Terlihat jelas kata-kataku yang ceroboh
Gambar-gambar kubuang waktu beribadah
Jelas dan bersih gambarnya

Ya Rabb aku dihadapan Mu
Jangan Kau jauhi aku
Jangan Kau biarkan aku kalah
Aku inginkan cinta Mu
Aku ingin kasih sayang Mu
Aku ingin rahmat dan karunia Mu
Bukalah jalan hidupku yang damai
Tentram sampai batasnya.


Tekad IX

Ya Rabb
Aku tak mau seperti penyiar
pandai berucap
di luar lupa apa yang telah diucapkan

Ya Rabb
aku tak mau pandai berbicara
tak pernah dilaksanakan
juga tak mau pandai menduga-duga
karena sesuatu keinginan

Ya Rabb
aku mau kekasih
dalam setiap helaan nafasku
berucap kata sama perbuatan
jadi yang paling sabar
di antara kebaikan dan kesabaran

hidup ini meniti gelombang malapetaka
kehidupan kekinian hidup tanpa roh

aku tak mau berandai-andai seperti
menulis sajak para penyair
yang tidak pernah satu dengan yang ditulis

(2011)


Sengaja Dilupakan

Ada yang tidak kau berikan
setelah sekian lama  bersama dan kutunggu
hanya diam kudapati datang

tapi, bisakah sejenak
kita bersandar di awan
menelusuri jejak dan
ucapan

apa itu emansipasi
apa itu film sinetron
apa itu sms dan
wajah di balik rupawanmu

yang ada
telah ditiadakan
yang tak terucap kata
dimunculkan di permukaan setiap kali
berbincang

(2011)



Di Meja Malam

Telah aku campakkan amarah
Dendam dan emosi
Kulemparka jauh di gelap waktu
Agar tidak ditemukan di lain rindu

Ya Shobur
Aku terus mendiamkan diri ini
Di tengah hura-hara kehidupan
Entah siapa saudara seiman
Di mana pula kucari tetangga ramah
Sopan dan bijak

Hanya pada Mu
Kuutarakan keinginan
Sabarnya Rasulullah Alaihissaam
Dalam hidupku

Di meja malam Mu
Kususun lagi salah
Kuramu lagi hiikmah
Sampai Kau kirimkan berkah

Aku belajar dan belajar terus
Tentanga rumah kesabaran dalam diriku
Menjadi tiang kehidupan


(2011)


Besok Lusa

sampai sore ini penerangan di rumah
hatiku ini belum menyala

(2011)


Pemilik Pagi Ini

(1)
bergegas disemuanya pelataran
melantunkan percakapan pagi
berangkat dan kembali pada waktunya
aku menunggu sambil berteduh
memelihara rindu yang belum terajut
segeraku dalam kalbu yang satu
di daerah cinta itu.

(2)
hutan sudah luka
betapa ragu kuucapkan cinta
ketika jiwa tidak sejalan dengan raga
pergi entah ke mana?

(3)
siapa di balik suaramu
bergetar menyampaikan bisikan
yang tertatih diucap terbata-bata
di sana jelas sosok ketakutan
menakutkan
apa yang sembunyikan siapa?

seperti gerimis tadi malam
menyirami permukaan menyirami
rerumputan yang tak sampai kerongkongan
sudah jalan terhalang
tak menawarkan dahaga

senyummu
tak memberikan apa-apa
seperti gumpalan tanah hitam
menjadi lumpur
menggantungkan tatapan

(4)
ada kata tak terbaca
maknanya belum tiba
apa yang harus kujawab
pagi ini dedaunan rontok
berhamburan diterpa angin
berserakan diterjang langkah
kotor dan berdebu

padahal rumah itu
halaman di sini
milik kita.

(5)
lemah lambaian tanganku
disaat berpapasan di perampatan jalan
kita berjanji seiiring sejalan
tapi engkau di jalan
kenapa aku ada di siring?

jangan terburu nafsu
impian kita sama
tanpa tanpa ragu dan kebimbangan
kegelisahan di jalan bersimpang-simpang.

September 2011

Siapa Yang Dapat Membahagiakan Lebong



 Oleh Naim Emel Prahana
Aku adalah putra Kuteidonok (Kotadonok), sebuah desa di jalur Bukit Barisan yang terletak di provinsi Bengkulu. Kotadonok merupakan salah satu desa tertua di daerah Rejang dan Lebong. Namun, perkembangan di berbagai aspek kehidupan sangat tidak menggembirakan.
Sejak beberapa tahun silam Desa (kampong) Kotadonok dimekarkan menjadi 2 (dua) desa, (1) Desa Kotadonok dan (2) Desa Sukasari. Walaupun dimekarkan, persoalan yang ada tetap tidak terpecahkan, kendati Lebong sudah resmi jadi Kabupaten sendiri, lepas—hasil pemekaran Kabupaten Rejang Lebong.
Aku sebenarnya sudah ingin sekali pulang ke kampung di Lebong, namun belum ada waktu dan belum memiliki banyak bekal (uang). Aku ingin mengabadikan beberapa kawasan yang sangat bersejarah, indah dan perlu diperhatikan oleh pemerintah.
Namun, tiba-tiba aku pulang karena kakak iparku meninggal dunia pada hari Kamis, 24 Mei 2012 sekitar pukul 09.45 WIB. Kabar itu membawa aku pulang dengan terburu-buru, karena musibah meninggalnya kakak ipar tadi.
Aku menempuh Jalur Lintas Barat dengan menggunakan kendaraan roda empat bersama putra sulungku, kami berangkat dari Kota Metro sekitar pukul 16.30 WIB. Sekitar 30 km dari Metro tepatnya di Poncowati, Bandarjaya, Lampung Tengah kami mengisi bensin diantara antrian kendaraan, kami hanya dibatasi membeli bensin Rp 100.000,- dengan harga bensin Rp 4.500,- per liter di sebuah SPBU. Bersikeras untuk full tanks mobil, tetap kami ditolak.
Sejak Poncowati sampai Kota Bengkulu kami tidak menemukan sebuah SPBU (POM Bensin) yang menjual BBM, dan sepanjang jalanpun BBM khususnya bensin sulit ditemui. Kami membeli bensin di kota kecil Bukit Kemuning, Lampung Utara dengan harga Rp 9.000,- per liter. Bensin sebanyak itu kami pergunakan untuk perjalanan sampai kota kecil di Pantai Lampung Barat, Krui. Di Krui sebuah SPBU buka, namun antrian panjang terlihat dengan memprihatinkan. Aku tak mungkin antri, karena harus secepatnya sampai Kotadonok, Lebong provinsi Bengkulu.
Tapi, apa yang kami alami sejak Krui (Lampung Barat) sampai Kota Bengkulu, tidak ada satupun SPBU yang buka. Kami membeli bensin eceran yang hanya beberapa liter dengan harga bervariasi antara Rp 9.000,- sampai Rp 10.000,- per liter. Itu harus kami beli, karena kami harus terus berjalan sampai kampung halaman. Begitu sulit memperoleh bensin, dalam benakku berkata, “Sudah saatnya Sumatera ini merdeka, lepas dari negara Indonesia!”

Jalan Rusak
Sepanhang perjalanan dari Lampung ke Bengkulu, kami melewati ruas jalan yang rusak di mana-mana. Kerusakan itu diakibatkan (1) proyek perbaikan jalan dan (2) memang jalannya rusak—yang tidak mendapat perhatian serius pemerintah untuk membantu sosial dan perekonomian rakyat di sepanjang Jalan Lintas Barat yang kami lalui.
Ketika hendak ke luar dari Kota Bengkulu menuju Curup, keadaan jalan di Bengkulu Tengah begitu parah rusaknya dan itu terus berlanjut sampai Kota Bengkulu setelah melewati kota Kepahiang, Kabupaten Kepahiang.
Bensin kami peroleh di sebuah SPBU di Bengkulu Tengah, tidak jauh dari Kota Bengkulu. Perasaan lega menyelimuti aku dan putraku. Kami semakin tenang melanjutkan sisa perjalanan.
Akan tetapi, sampai di daerah wisata antara Bengkulu dan kepahiang, kami menemui masalah, karena kanvas rem roda depan mobil kami habis total dan terpaksa harus kami ganti baru di Kota Kepahiang. Setelah itu kami melaju kembali ke Curup dengan melewati jalan yang rusak parah dan terus menuju daerah Lebong dengan kondisi ruas jalan yang sama.
Dengan perjalanan yang berat akibat jalan rusak di provinsi Lampung dan Bengkulu, akhirnya kami sampai di kampung halaman di Kotadonok dan langsung menuju kediaman rumah kakak kami, yang di sana sudah berkumpul semua keluarga besar Prahana dan warga lainnya di Kotadonok dan Kotadonok II.
Hari Minggunya, aku berkesempatan sebentar melihat kondisi lingkungan kampung tempat aku dilahirkan. Keindahan panoraman alam masih tetap seperti dulu, namun kondisi hutan dan desa semakin tidak terkendali, mengalami kemerosotan di banyak aspek kehidupan. Siapa yang dapat membahagiakan Lebong?

KHUTBAH JUM’AT



PENGERTIAN KHUTBAH JUM’AT
memahami-hadis-tentang-imam-dan-khatib
Secara etimologis (harfiyah), khuthbah artinya : pidato, nasihat, pesan (taushiyah). Sedangkan menurut terminologi Islam (istilah syara’); khutbah (Jum’at) ialah pidato yang disampaikan oleh seorang khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran), mau’idzoh (pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat).
Berdasarkan pengertian di atas, maka khutbah adalah pidato normatif, karena selain merupakan bagian dari shalat Jum’at juga memerlukan persiapan yang lebih matang, penguasaan bahan dan metodologi yang mampu memikat perhatian.
Selain khutbah Jum’at, ada pula khutbah yang dilaksanakan sesudah sholat, yaitu: khutbah ‘Idul Fitri, ‘Idul Adha, khutbah sholat Gerhana (Kusuf dan Khusuf). Sedangkan khutbah nikah dilaksanakan sebelum akad nikah. Dalam makalah ini yang akan dikaji adalah khusus tentang khutbah Jum’at.

B. DALIL-DALIL TENTANG KHUTBAH JUM’AT
Firman Allah SWT dalam surat Al-Jumu’ah ayat 9 :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at (shalat Jum’at), maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah urusan jual beli (urusan duniawi). Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui”. (QS. Al-Jumu’ah : 9)
Riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar r.a.:
“Adalah Nabi SAW. berkhutbah pada hari Jum’at dengan berdiri, kemudian beliau duduk dan lalu berdiri lagi sebagaimana dijalankan oleh orang-orang sekarang”.
Riwayat Bukhari, Nasai dan Abu Daud dari Yazid bin Sa’id r.a.: “Adalah seruan pada hari Jum’at itu awalnya (adzan) tatkala Imam duduk di atas mimbar, hal demikian itu berlaku pada masa Rasulullah SAW. hingga masa khalifah Umar r.a. Setelah tiba masa khalifah Usman r.a. dan orang semakin banyak, maka beliau menambah adzan ketiga (karena adzan dan iqomah dipandang dua seruan) di atas Zaura (nama tempat di pasar), yang mana pada masa Nabi SAW. hanya ada seorang muadzin”.
Riwayat Muslim dari Jabir r.a.:
      “Pada suatu ketika Nabi SAW. sedang berkhutbah, tiba-tiba datang seorang laki-laki, lalu Nabi bertanya kepadanya: Apakah Anda sudah shalat? Hai Fulan! Jawab orang itu : Belum wahai Rasulullah! Sabda beliau: Berdirilah! Shalatlah lebih dahulu (dua raka’at) (HR. Muslim).

C. PERSYARATAN KHATIB
Ikhlas, terhindari dari pamrih, riya dan sum’ah (popularitas). Perhatikan firman Allah SWT. dalam menceritakan keikhlasan Nabi Hud AS:
Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini, ucapanku tidak lain hanyalah dari Allah yang menciptakan aku. Tidakkah kamu memikirkannya?”. (QS. Hud:51).
‘Amilun bi’ilmihi (mengamalkan ilmunya), Allah SWT. berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan? Amat besar kemurkaan di sisi Allah terhadap orang yang mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS. As-Shaf : 2-3).
Kasih sayang kepada jama’ah, Rasulullah SAW. bersabda:
“Bahwa sesungguhnya aku terhadap kamu semua laksana seorang ayah terhadap anaknya”. (HR. Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).
Wara’ (menghindari yang syubhat), perhatikan sabda Nabi SAW:
“Jadilah kamu sebagai seorang yang wara’, maka kamu adalah manusia yang paling tekun beribadah”. (HR. Baihaqi dari Abi Hurairah)
‘Izzatun Nafsi (tahu harga diri untuk menjadi khairunnas), Allah SWT. berfirman:
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar (dalam menegakkan kebenaran), dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. (QS. As-Sajdah : 24).

D. FUNGSI KHUTBAH
1. Tahdzir (peringatan, perhatian)
2. Taushiyah (pesan, nasehat)
3. Tadzkir/mau’idzoh (pembelajaran, penyadaran)
4. Tabsyir (kabar gembiran, harapan)
5. Bagian dari syarat sahnya sholat Jum’at

Berkenaan dengan fungsi khutbah tersebut di atas, maka khutbah disampaikan dengan bahasa yang mudah difahami oleh jama’ah (boleh bahasa setempat), kecuali rukun-rukun khutbah. Allah SWT. berfirman:
Dan tidaklah Kami mengutus Rasul, melainkan dengan bahasa yang difahami oleh kaumnya, agar ia dapat memberi penjelasan kepada mereka”. (QS. Ibrahim : 4).

E. SYARAT SAHNYA KHUTBAH
Dilaksanakan sebelum sholat Jum’at. Ini berdasarkan amaliyah Rasulullah SAW.
Telah masuk waktu Jum’at, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Anas bin Malik r.a. ia berkata:
Sesungguhnya Nabi SAW. melaksanakan shalat Jum’at setelah zawal (matahari condong ke Barat)”. (HR. Bukhari).

Tidak memalingkan pandangan
Rukun khutbah dengan bahasa Arab, ittiba’ kepada Rasulullah SAW.
·  Berturut-turut antara dua khutbah dan shalat
·  Khatib suci dari hadats dan najis, karena berkhutbah merupakan syarat sahnya shalat Jum’at.
·  Khatib menutup ‘aurat, sama dengan persyaratan shalat Jum’at.
·  Dilaksanakan dengan berdiri kecuali darurat, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Ibnu Umar ra: “Sesungguhnya Nabi SAW. apabila keluar pada hari Jum’at, beliau duduk yakni di atas mimbar hingga muadzin diam, kemudian berdiri lalu berkhutbah”. (HR. Abu Daud).
·  Duduk antara dua khutbah dengan tuma’ninah, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Ibnu Umar r.a. ia berkata: “Adalah Nabi SAW. berkhutbah sambil berdiri, kemudian duduk, dan berdiri lagi sebagaimana kamu semua melakukannya sekarang ini”. (HR. Bukhari dan Muslim).
·  Terdengar oleh semua jama’ah
·  Khatib Jum’at adalah laki-laki
·  Khatib lebih utama sebagai Imam sholat

F. RUKUN KHUTBAH
1.      Hamdalah, yakni ucapan “Alhamdulillah” , berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir ra: “Sesungguhnya Nabi SAW. berkhutbah pada hari Jum’at, maka (beliau) memuji Allah (dengan mengucap Alhamdulillah) dan menyanjung-Nya”. (HR. Imam Muslim).
2.      Syahadat (Tasyahud), yaitu membaca “Asyhadu anla ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa Asyhadu anna Muhammadan abduhu warasuluhu”, berdasarkan hadits Nabi SAW: “Tia-tiap khutbah yang tidak ada syahadatnya adalah seperti tangan yang terpotong”. (HR. Ahmad dan Abu Dauwd).
3.      Shalawat
4.      Wasiat Taqwa, antara lain ucapan “Ittaqullah haqqa tuqaatih”.
5.      Membaca ayat Al-qur’an, berdasarkan hadits Nabi SAW, dari Jabir bin Samurah ra: “Adalah Rasulullah SAW. berkhutbah (dalam keadaan) berdiri dan duduk antara dua khutbah, membaca ayat-ayat Al-Qur’an serta memberikan peringatan kepada manusia”. (HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Tirmidzi).
6. Berdo’a
Semua rukun khutbah diucapkan dalam bahasa Arab. Empat rukun yang pertama (Hamdalah, Syahadat, Shalawat dan wasiyat) diucapkan pada khutbah yang pertama dan kedua, sedangkan ayat Al-Qur’an boleh dibaca pada salah satu khutbah (pertama atau kedua) dan do’a pada khutbah yang kedua.

G. SUNNAH-SUNNAH KHUTBAH
1.      Berdiri di tempat yang tinggi (mimbar)
2.      Memberi salam. Berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir ra.: “Sesungguhnya Nabi SAW. apabila telah naik mimbar, (beliau) memberi salam”. (HR. Ibnu Majah).
3.      Menghadap Jama’ah. Berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Adi bin Tsabit dari ayahnya dari kakeknya: “Adalah Nabi SAW. apabila telah berdiri di atas mimbar, shahabat-shahabatnya menghadapkan wajah mereka ke arahnya”. (HR. Ibnu Majah).
4.      Suara jelas penuh semangat, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir ra: “Adalah Rasulullah SAW. apabila berkhutbah kedua matanya menjadi merah, suaranya lantang/tinggi, berapi-api bagaikan seorang panglima (yang memberi komando kepada tentaranya) dengan kata-kata “Siap siagalah di waktu pagi dan petang”. (HR. Muslim dan Ibnu Majah).
5.      Singkat, padat, akurat dan memikat, Rasulullah SAW. Bersabda: “Adalah Rasulullah SAW. biasa memanjangkan shalat dan memendekkan khutbahnya”. (HR. Nasai dari Abdullah bin Abi Auf).
6.      Gerakan tangan tidak terlalu bebas, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Abdurrahman bin’ Sa’ad bin ‘Ammar bin Sa’ad ia berkata: “Adalah Nabi SAW. apabila berkhutbah dalam suatu peperangan beliau berkhutbah atas anak panah, dan bila berkhutbah di hari Jum’at belaiu berpegangan pada tongkat”. (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi).
Seusai khutbah kedua segera turun dari mimbar, berdasarkan hadits Nabi SAW. “Adalah shahabat Bilal itu menyerukan adzan apabila Nabi SAW. telah duduk di atas mimbar, dan ia iqomah apabila Nabi SAW. telah turun”. (HR. Imam Ahmad dan Nasai).
Tertib dalam membacakan rukun-rukun khutbah, yaitu:
*       Hamdalah,
*       Syahadat,
*       Shalawat,
*       wasiyat,
*       Ayat Al-Qur’an dan
*       Do’a.

H. HAL-HAL YANG DIMAKRUHKAN DALAM KHUTBAH
*       Membelakangi Jama’ah
*       Terlalu banyak bergerak
*       Meludah

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIAKAN OLEH KHOTIB
*       Melakukan persiapan, mental, fisik dan naskah khutbah
*       Memilih materi yang tepat dan up to date
*       Melakukan latihan seperlunya
*       Menguasai materi khutbah
*       Menjiwai isi khutbah
*       Bahasa yang mudah difahami
*       Suara jelas, tegas dan lugas
*       Pakaian sopan, memadai dan Islami
*       Waktu maksimal 15 menit
*       Bersedia menjadi Imam shalat Jum’at

J. MATERI KHUTBAH
*       Tegakkan akidah, murnikan ibadah, perluas ukhuwwah
*       Evaluasi amaliah (ummat) mingguan
*       Kaji masalah secara cermat dan singkat
*       Berikan solusi yang tepat
*       Tema-tema lokal peristiwa keseharian lebih diutamakan
*       Hindari materi yang menjenuhkan atau persoalan tanpa pemecahan

K. KESIMPULAN
Khutbah Jum’at adalah pidato yang normatif disampaikan berkenaan dengan ibadah sholat Jum’at, maka para khatib harus mampu mengemas materi dengan singkat, padat, akurat dan memikat, dan harus mampu menjadi Imam shalat.

(Ditulis oleh : Drs HM Syamsuddin MPd. Disampaikan Pada Pelatihan Khatib Masjid Nurul Huda Desa Rajawetan, Kec. Pancalang, Kab. Kuningan oleh : Maman Sumari, S.Pd.I)