DAHLAN Iskan dengan gagasan “listrik gratis” bagi pengguna daya 450 MW yang
disebut sebagai “orang miskin” belum dijalankan PT (Pesero) PLN. Tahu-tahu
tarif dasar listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dinaikkan untuk konsumen yang
meggunakan daya di atas 900 MW. Yang lebih enak didengar, karena PT PLN
mengatakan, dengan kenaikan TDL itu, listrik tidak akan pernah mati atau
pemadaman bergilir lagi. Pernyataan pejabat PLN maupun Dirut PT PLN, Dahlan
Iskan itu, walau terdengar baik dan memberikan angin surga. Tetapi, rakyat
tidak meresponnya.
Respon
rakyat—konsumen itu ternyata benar. PLN memang menggombal, merayu konsumen
dengan janji listrik gratis dan alasan kenaikan TDL sebagai dasar listrik di
Indonesia tidak padam-padam lagi. Apa iya? Ternyata, tidak ada ujung pangkalnya
janji manis PT PLN itu.
Sejak
tanggal 1 Juli 2010, listrik di Lampung klhususnya tetap dilakukan pemadaman
bergilir. Artinya, listrik PLN tetap dipadamkan, sesuai keinginan pejabat PLN
itu sendiri. Mana listrik gratis, mana “listrik tak akan dipadamkan jika TDL
naik? Bukti, buktinya memang sudah dicari dan ditunggu, tetapi tetap tidak ada
realisasinya. Selayaknya lembaga penegakan hukum, seperti KPK, BPK, Kepolisian,
Kejaksaan harus melakukan pemeriksaan terhadap PLN. Permainan apa yang ada di
PLN itu.
Sebab, PKS yang menyetujui listrik gratis sebagaimana
dikatakan ketuanya, Zulkieflimansyah, menilai usulan Dirut PLN itu sangat tepat dan layak diikuti oleh
BUMN lainnya, termasuk pertamina. Apa kata ketua DPP PKS itu” Sudah saatnya
pemerintah tidak membebani rakyat kecil, dan di sisi lain tidak mensubsidi
golongan yang lebih mampu," katanya beberapa hari lalu. Jangan-jangan
persetujuan dalam pernyataan PKS itu, ada apa-apanya dengan PT PLN.
Kalkulasi
Dirut PT PLN menjelaskan, bahwa Dengan memberikan seluruh subsidi kepada
golongan masyarakat miskin (pengguna 450 MW) dan pembayaran normal atau sebesar
biaya produksi listrik (Rp 1.000 per kwh) oleh golongan lain. Maka PT PLN akan
kehilangan dana sebesar Rp 1,5 triliun tetapi dapat penerimaan sekitar Rp 30
triliun. Bahkan, Dahlan Iskan menantang DPR, dengan suara lantang bertanaya
(retorik); kenapa yang miskin nggak
dikasih gratis. Biarin saya dibilang
gila, tapi kalau mau mementingkan yang miskin ya dikasih gratis saja. Sekarang dan
mungkin sampai dunia ini hancur, listrik merupakan kebutuhan sangat strategis
dan vital oleh sebagian besar penduduk dunia. Namun, tidak semua keluarga mampu
menikmati listrik dengan baik dan sederhana.
Nyata
sekali, political will PLN. Untuk menaikkan TDL, kenapa harus banyak bacotg
sih? Cobalah terbuka dan jujur saja kepada konsumen. Tentu, masyarakat butuh
apresiasi tentang kenaikan TDL itu. Catatan bahwa rakyat—konsumen, tidak lagi
butuh pernyataan-pernyataan ansor (angin surga). Konkritisasi pernyataan akan
lebih ditunggu konsumen ketimbang “angin surga” yang pada hakekatnya hanya
ingin menaikkan TDL listrik.
Sekarang
pasca kenaikan TDL, pernyataan listrik gratis dan tidak ada lagi pemadaman
bergilir. Ternyata pemadaman tetap dilakukan pihak PLN—di Lampung dilakukan
pemadaman terus menerus setiap malamnya untuk daerah-daerah yang dijadwalkan
sudah harus dipadamkan. PLN, seperti tidak dijalankan oleh manusia sehingga
mengabaikan penderitaan rakyat banyak yang ekonominya sangat sulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar